Mutiara Sang CEO

Pandangan laki - laki tampan yang sedang duduk di belakang kemudi itu terfokus pada seorang wanita yang sejak tadi menawarkan dagangan pada supir pribadi nya.

Tatapan laki - laki itu terfokus pada perut buncit wanita itu. Rahang nya seketika mengeras, tatapan mata nya begitu tajam seolah mengisyaratkan kebencian yang sangat mendalam. Tanpa dia sadari laki - laki itu mencengkram kuat tangan seorang wanita yang ada di sebelah nya sehingga membuat wanita itu merasa kesakitan.

"Auw...sakit Lex," Jesika meringis kesakitan karena pergelangan tangan nya di cengkram kuat oleh Alex. Wanita itu menarik kasar tangan nya. Untung saja genggaman Alex sudah melonggar jadi dia dengan mudah bisa terlepas dari cengkraman pria itu.

Jesika mendongakkan wajah nya ke arah Alex, dia mengernyitkan dahi nya merasa ada yang tidak beres dengan laki - laki yang sangat dia sukai itu.

"Ada apa dengan Alex, seperti nya dia sedang menahan marah," batin Jesika yang kemudian mengikuti arah tatapan mata Alex.

"Tiara?" lirih Jesika sangat pelan sekali.

Tatapan Jesika pun seketika terpusat pada perut Tiara sama dengan Alex, wajah Jesika langsung terlihat penuh dengan amarah. Ingatan nya langsung tertuju pada kejadian malam itu. Tangan nya pun terkepal keras," jadi benar dia hamil sekarang, dan aku yakin jika itu adalah anak dari Alex," geram Jesika dalam hati nya.

"Pucuk di cinta ulam pun tiba," batin Jesika dengan tersenyum sinis setelah menemuka sebua ide untuk mempermalukan Tiara di hadapan Alex. Jesika yakin jika ide nya kali ini bisa membuat Alex membenci wanita itu.

**

"Alex....." lirih Tiara saat tatapan nya bertemu dengan laki - laki tampan yang sampai saat ini menduduki ruang hati nya.

Tiara menangkap hal aneh dari tatapan Alex sekarang, sangat jauh berbeda dengan tatapan nya saat mereka bertemu terkahir kali sebelum Alex berangkat ke Amerika. Wanita hamil itu merasa jika tatapan Alex sekarang menyimpan kebencian yang sangat mendalam.

"ssh..." Tiara tiba - tiba mendesis pelan karena sang buah hati dalam kandungan Tiara tiba - tiba menendang perut nya dengan sangat kencang sekali sehingga membuat Tiara merasa agak sakit. Wanita itu langsung mengelus pelan perut buncit nya itu berharap anak dalam kandungan nya bisa tenang kembali. Akan tetapi gerakan bayi dalam kandungan Tiara justru semakin asik bergoyang di dalam perut Tiara. Seolah - olah dia memberitahu pada ibu nya jika saat ini anak dalam kandungan Tiara sedang bertemu dengan ayah nya. Hal itu tidak luput dari pandangan Alex, entah mengapa dalam hati kecil nya dia juga ingin sekali mengusap perut Tiara saat mendengar Tiara mendesis tadi.

Merasa risih, Tiara kemudian mengalihkan pandangan nya dan berjalan ke arah samping mobil Alex. Dan aneh nya, tendangan bayi dalam kandungan Tiara berhenti setelah Tiara tidak berhadapan dengan Alex lahi. Baru beberapa langkah dia berjalan dia mendengar ada suara yang memanggil nya.

" Hai wanita mu*****n, lama ya tidak pernah ketemu. Eh.. tahu - tahu nya sudah hamil saja kamu. Ngomong - ngomong siapa tuh bapak nya? secara kamu kan terkenal sebagai wanita simpanan om - om. Jelas sudah banyak dong yang menitipkan benih mereka di rahim kamu, tidak di sangka seorang siswa paling jenius di sekolah dulu hanya seorang sugar baby," ucap Jesika dengan nada yang seolah - olah merasa jijik dengan Tiara.

Tiara tidak menanggapi apa pun ucapan Jesika tersebut, dia memilih diam dan mendengarkan semua hinaan yang Jesika lontarkan pada nya. Bagi Tiara, hal itu sudah menjadi makanan nya sehari - hari. Mental nya sudah kebal menghadapi itu semua.

Berbeda dengan Alex, walaupun dia merasa benci dan jijik pada Tiara saat ini. Akan tetapi jauh dalam lubuk hati nya dia merasa sakit melihat Tiara di hina seperti itu oleh Jesika. Dia ingin membela Tiara, akan tetapi ego nya terlalu tinggi untuk melakukan hal itu.

Tiara benar - benar tidak menggubris ucapan Jesika, dia membenarkan posisi keranjang dagangan nya dan berniat melanjutkan menawarkan dagangan nya itu pada pengendara yang lain.

"Hai tunggu...aku mau beli dagangan mu," teriak Jesika dari jendela mobil.

Karena mendengar teriakan Jesika yang aka membeli dagangan nya, maka Tiara langsung menghentikan langkah nya dan berbalik ke arah Jesika kembali. Kalau bukan karena ingin dagangan roti nya cepat habis, Tiara tidak akan sudi melayani Jesika. Akan tetapi dia masih bisa menurunkan ego nya.

"Mau beli berapa?" tanya Tiara berusaha untuk se ramah mungkin.

Jesika melihat isi keranjang Tiara dengan tatapan sinis," sekarang kamu berjualan roti, bukan tubuh mu lagi? ups....aku lupa, mana ada yang mau ya memakai tubuh wanita yang sedang hamil seperti ini, iya kan Lex..." ucap Jesika dengan melirik ke arah Alex yang hanya memasang muka datar.

"Hanya laki - laki bo***h yang mau memakai barang bekas seperti dia," kata Alex tiba - tiba.

Sontak perkataan Alex membuat Jesika mengembangkan senyuman nya, dia merasa berhasil membuat Alex semakin membenci Tiara sekarang.

"Akhirnya...." batin Jesika dengan sangat bahagia.

Sedangkan Tiara sendiri memejamkan mata nya sejenak untuk menetralkan emosi nya, kemudian menghela nafas nya perlahan. Sekuat tenaga dia menahan supaya air mata nya tidak jatuh, dia tidak ingin terlihat lemah di hadapan Alex dan Jesika. Sekalipun ucapan mereka berdua seperti belati yang menyayat hati nya, terlebih ucapan Alex. Dia tidak menyangka jika Alex akan berkata demikian.

Tiara memberanikan diri untuk menatap Alex sejenak, setiap tatapan mereka bertemu entah mengapa bayi yang ada di kandungan Tiara selalu memberi respon. Walaupun kali ini tendangan yang di berikan tidak se kuat yang sebelum nya. Sehingga tidak membuat Tiara merasakan rasa ngilu akibat tendagan bayi di perut nya.

"Maaf...anda jadi apa tidak membeli dagangan saya, jika tidak saya akan menjajakan dagangan saya ini ke tempat lain," Tiara mencoba untuk berkata setenang mungkin.

"Astaga...sampai lupa aku, beri aku dua bungkus roti murahan mu itu."

Tanpa banyak berkata Tiara kemudian mengambil dua jenis roti dengan varian rasa yang berbeda dalam ranjang nya dan memberikan nya pada Jesika.

Jesika kemudian mengambil lima lembar uang dua ribuan yang ada di dekat kursi supir dan melempar nya keluar jendela.

"Ehm.....maaf, ke lempar deh...ngga papakan? bukan kah kamu sudah biasa ya mengambil uang yang jatuh berserakan di atas tubuh mu, kali ini beda nya uang itu jatuh di aspal dan nilai nya hanya sepuluh ribu rupiah, bukan jutaan lagi sepert biasa nya," ucap Jesika dengan nada yang menghina.

Tiara mengepalkan salah satu tangan nya dan berjongkok memunguti uang tersebut. Dia menyeka air mata nya yang sudah jatuh begitu saja di pipi nya.

"Sabar Tiara...kamu pasti kuat menjalani ini semua..."