Akibat memiliki masalah ekonomi, Gusti memutuskan bekerja sebagai gigolo. Mengingat kelebihan yang dimilikinya adalah berparas rupawan. Gusti yang tadinya pemuda kampung yang kolot, berubah menjadi cowok kota super keren.
Selama menjadi gigolo, Gusti mengenal banyak wanita silih berganti. Dia bahkan membuat beberapa wanita jatuh cinta padanya. Hingga semakin lama, Gusti jatuh ke dalam sisi gelap kehidupan ibukota. Ketakutan mulai muncul ketika teman masa kecil dari kampungnya datang.
"Hiruk pikuknya ibu kota, memang lebih kejam dibanding ibu tiri! Aku tak punya pilihan selain mengambil jalan ini." Gusti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 15 - Tawaran Rilly
Rilly memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Dia memeluk Gusti. Berdalih dengan tujuan untuk menenangkan pemuda itu.
"Tenanglah..." ujar Rilly.
Tak disangka, Gusti membalas pelukan Rilly. Ia mencoba tidak menangis, akan tetapi tak bisa. Sehingga air matanya luruh satu per satu.
"Cup... Cup... Cup... Si tampanku," kata Rilly sambil mengelus punggung Gusti. "Ayo ikut bersamaku," ajaknya seraya menuntun Gusti masuk ke mobil. Lelaki itu sama sekali tidak melawan.
Rilly segera menjalankan mobil. Bersamaan dengan itu, perut Gusti tiba-tiba keroncongan. Memang sejak pagi dia hanya mengisi perut dengan sebungkus mie instan.
"Maaf," ungkap Gusti sambil memegangi perut.
"Hahaha! Kau lucu sekali. Aku semakin menyukaimu," tanggap Rilly. "Beritahu aku. Kau mau makan apa?" tanyanya.
"Aku mau makan-makanan enak sampai perutku kenyang," jawab Gusti. Ia membersihkan wajahnya dari bekas air mata.
"Baiklah kalau begitu. Aku terpikirkan restoran yang makanannya sepertinya cocok dengan seleramu," imbuh Rilly yang segera mengarahkan mobil menuju restoran yang disebutnya.
Tak lama kemudian, Gusti dan Rilly tiba di restoran. Mereka langsung memilih tempat duduk dan memesan makanan.
Sejak tadi ponsel Gusti terus berdering. Elang dan Widy secara bergantian menghubunginya. Namun Gusti mengabaikan panggilan mereka mentah-mentah. Karena kesal, dia pun memilih mematikan ponsel.
"Sepertinya kau sangat marah dengan Elang," cetus Rilly.
"Dia sangat kurang ajar!" ucap Gusti dengan raut wajah cemberut.
"Apa yang sudah dia lakukan padamu?" tanya Rilly.
"Dia tidur dengan cewek yang aku sukai! Parahnya aku memergoki mereka melakukan itu dengan mata dan kepalaku sendiri."
"Itu mengerikan. Pantas saja kau sangat sakit hati."
"Bukankah sudah jelas? Padahal mereka berdua temanku! Elang juga tahu kalau aku menyukai Widy!" Gusti mengomel. Ia mendengus kasar seraya mengusap kasar wajahnya. Setelah mengomel, ekspresi Gusti berubah jadi pasrah.
"Sejak awal, sebenarnya aku juga berfirasat kalau Elang menyukai Widy. Aku hanya kaget melihat Widy mau dengan Elang. Padahal dia lebih sering sependapat denganku," curhat Gusti.
Rilly tersenyum miring. Dia berucap "Apa kau tahu? Sebagian cewek itu tidak hanya menyukai ketampanan. Tapi juga kemapanan. Mungkin alasan Widy lebih memilih Elang karena itu."
Gusti menghela nafas panjang. "Harusnya aku tidak menceritakan masalah kehidupanku pada Widy. Dia pasti memandangku sebagai cowok menyedihkan," sesalnya.
"Kau bisa merubah nasibmu seperti Elang," usul Rilly.
"Maksudnya kau mengusulkanku untuk bekerja sepertinya?" tebak Gusti. Bersamaan dengan itu, makanan pesanannya dan Rilly disuguhkan.
"Mencari uang di ibukota memang tidak mudah, Sayang. Tapi itu bisa mudah didapatkan kalau kau mengambil langkah berani." Rilly berusaha meyakinkan Gusti.
"Kau tidak akan menyuruhku membayar makanan ini dengan tidur denganmu kan?" selidiknya dengan nada pelan.
"Ayolah! Aku tidak sehina itu. Kau bisa tidur dengan wanita mana pun yang kau mau. Selain dapat enaknya, kau juga dapat uang yang banyak," jelas Rilly.
"Wanita mana pun yang aku mau?" Gusti mengerutkan dahi.
"Iya." Rilly mengambil ponselnya. "Aku punya banyak teman wanita yang menginginkan lelaki sepertimu. Lihatlah!"
Rilly memperlihatkan foto-foto wanita yang dia maksud. Gusti dibuat terkejut oleh beberapa wajah yang diperlihatkan Rilly. Sebab dia menemukan ada aktris hingga istri pejabat di sana.
"Karin Relita. Bukan kah dia aktris terkenal? Aku tidak percaya dia adalah wanita yang kau sebutkan!" kata Gusti.
"Mau melihat buktinya? Kau bisa menemuinya besok malam. Aku akan membuatkan janji," tawar Rilly.
Gusti terdiam seribu bahasa. Pertanda dia mulai terpengaruh untuk melakukan pekerjaan yang ditawarkan Rilly.
"Ayolah, Gusti. Kau itu lelaki. Pekerjaan ini akan terasa mudah untuk dilakukan. Karena kau tidak perlu takut hamil," ujar Rilly yang terus menghasut Gusti.