NovelToon NovelToon
Danyang Wilangan

Danyang Wilangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Mata Batin / Roh Supernatural
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: neulps

RONDHO KANTHIL SEASON 2

4 tahun setelah tragedi yang menjadikan Desa Wilangan tak berpenghuni. Hanum masuk usia puber dan kemampuan spesialnya bangkit. Ia mampu melihat kejadian nyata melalui mimpi. Hingga mengarah pada pembalasan dendam terhadap beberapa mantan warga desa yang kini menikmati hidup di kota.
Hanum nyaris bunuh diri karena setiap kengerian membuatnya frustrasi. Namun seseorang datang dan meyakinkannya,
“Jangan takut, Hanum. Kamu tidak sendirian.”

CERITA FIKTIF INI SEPENUHNYA HASIL IMAJINASI SAYA TANPA MENJIPLAK KARYA ORANG LAIN.
Selamat membaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon neulps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pak Febri

“Maksud Anda apa nyuruh kami berhenti?” ketus Siska. Ia beranjak mendahului Sandi, tapi tangannya langsung ditarik anak laki-laki itu seraya memberinya kode dengan gelengan kepala.

“Pak, kami khawatir sama temen-temen kami jadi langsung ngejar waktu lihat Anda bawa mereka ke sini,” terang Sandi.

Febri mengernyit. "Kamu lihat apa?" tanyanya. Ia melangkah mendekat ke samping Sandi.

Sandi tampak gugup. "Saya..."

“Permisi, Pak. Ini musala sekolah, jadi kami berhak masuk tanpa minta izin siapa pun, ya," tukas Siska. "Lagian Anda siapa sih kok ngelarang kami ngedeket ke temen-temen?” tanyanya dengan sorot mata heran.

Dan pertanyaan itu terjawab dua hari kemudian.

Setengah jam begitu upacara Senin usai, Febri melangkah mantap masuk ke dalam kelas 7A. “Selamat pagi, Anak-anak!”

“Selamat pagi, Pak!”

Febri berdiri di depan kelas setelah meletakkan tumpukan bukunya dengan rapi di meja guru. Hanum yang tampak tegang langsung bernapas lega sejak kedatangan pria yang dikenalnya itu.

“Anak-anak, kebetulan hari ini adalah hari pertama kalian menerima pelajaran baru sekaligus guru PJOK yang baru yaitu saya.”

Para murid tampak riuh berkasak-kusuk. Sedangkan Hanum hanya terus menatap Febri dalam diam.

“Jadi hari ini kita perkenalan dulu, ya. Nama saya Febrian Yogaswara. Kalian panggil saja Pak Febri, oke?”

“OKE, PAAAK!”

Hanum tersenyum melihat teman-teman sangat antusias dan penuh semangat. Febri mengabsen satu per satu murid kelas itu sambil diselingi obrolan ringan dan seru. Hingga tibalah giliran Hanum memperkenalkan diri.

Hanum berdiri dari bangkunya yang berada di pojok belakang sendirian. “Nama saya Zarhanum Agustiasih. Saya lulusan SDN 5, berasal dari Desa Wilangan, dan sekarang tinggal di Panti Asuhan Satya.”

Hening. Tak ada respons dari teman-temannya. Febri menatap para murid lalu menatap Hanum sambil tersenyum. Tiba-tiba terdengar tepuk tangan dari bangku tengah. Rupanya Siska. Gadis berwajah chubby itu bahkan berdiri dan menatap Hanum sambil tersenyum lebar.

“Temen-temen, kalian nggak tahu kan kalo ternyata Hanum ini pemilik nilai tertinggi di antara peserta didik baru?” ujar Siska. Membuat teman-teman gaduh lagi dengan kasak-kusuk yang mayoritas merasa senang dengan fakta tersebut.

“Ternyata Hanum?”

“Kirain siapa gitu di antara kita.”

“Kenapa kita baru bahas ini sekarang, sih?”

“Berarti bener dong rumor kelas 7A nih kelas favorit?”

Febri masih diam membiarkan murid-murid ribut dengan obrolan masing-masing. Tiba-tiba Siska menoleh pada Febri. Febri mengangguk sambil tersenyum teduh. Lalu Febri menoleh pada Hanum, memberi kode pada gadis itu dengan alisnya, Hanum merespons dengan kikik tawa.

Febri kemudian tepuk tangan dan diikuti para murid. “Baiklah, perkenalannya cukup sampai di sini. Mari kita lanjut ke materi.”

“Lhoh, Pak, kita nggak olahraga di luar?” celetuk Tiar.

Febri mengambil buku materi dari meja. “Konsep mengajar saya adalah satu hari materi, satu hari praktik. Jadi di luarnya minggu depan, ya!”

“Yaaah...”

***

Selesai mengajar, Febri meninggalkan kelas Hanum dengan berat hati. Pasalnya, beberapa lelembut masih berkerumun di luar jendela samping bangku Hanum. Tatapan matanya yang tajam bahkan tak mempan untuk mengusir mereka. Mereka terus menatap Hanum dengan sorot mata yang menyiratkan rasa lapar maupun dahaga. Sungguh berbahaya. Sementara Hanum belum sempat mendapat pelatihan sejak malam MOP kemarin lusa.

“Pak Febri kenapa balik lagi?” tanya seorang anak yang kaget melihat Febri tiba-tiba muncul di ambang pintu padahal sudah pergi sejak beberapa menit yang lalu.

Tapi Febri hanya diam dengan wajah pucat pasi. Hanum mengernyit. Febri menatapnya dengan datar. Membuat semua teman ikut menatapnya dengan heran. “Pak Febri... ada perlu sama saya?” tanya Hanum.

Febri masih tak menjawab. Hanum mulai gemetaran, telapak tangan berkeringat. Betapa ia terkejut melihat Febri perlahan berubah menjadi sosok hitam dengan duri-duri tajam mirip landak yang wajahnya dipenuhi bulu dan hanya memperlihatkan mata merah besar serta mulut bertaring panjang. Febri yang teman-teman lihat bukanlah Febri yang sebenarnya. Melainkan jejadian.

Menelan ludah, Hanum tampak mulai gelisah. Teman-teman pun kian gaduh bertanya-tanya pada Febri meskipun pria itu tak menyahut sama sekali. Hingga Siska melangkah maju menghampiri Febri. Hanum panik, karena melihat sosok jejadian mengerikan itu meregangkan cakar-cakar tangannya yang panjang.

“Tunggu!” teriak Hanum. Dadanya tampak naik turun. Kalut tapi terpaksa harus berani. Demi keselamatan teman-teman terutama Siska, Hanum memantapkan tekad menatap mata sosok genderuwo tersebut. “PERGI! JANGAN GANGGU KAMI!” jerit batin Hanum.

Dan sejurus kemudian genderuwo itu menggeram lalu balik badan, melangkah pelan keluar kelas, meninggalkan murid-murid kelas 7A dalam keheranan. Seketika Hanum melepas napas yang sempat tertahan di tenggorokan. Sekujur badannya terasa kaku tapi nyeri. Napasnya panas hingga menyesakkan dada.

“Hanum, kamu kenapa?” tanya Siska. Gadis itu menghampiri Hanum yang sedang berusaha mengatur ekspresi wajahnya. “Aku nggak apa-apa,” jawab Hanum. Kemudian Hanum menggenggam tangan Siska. “Aku... boleh minta air minum dikit aja?”

“Of course!” sahut Siska segera, “bentar kuambilin.” Siska melesat ke bangkunya lalu kembali ke tempat Hanum dan menyerahkan botol air minum. Diamatinya diri Hanum yang tengah menenggak air mineralnya itu. Sejatinya banyak pertanyaan dalam pikiran Siska. Tentang interaksi Hanum dengan Nayla, satpam baru, bahkan guru baru mereka. Terutama tentang kejadian di dalam musala saat Febri tak menjawab pertanyaannya dan memilih pergi lalu baru terlihat lagi hari ini. Tapi Siska tak bisa bertanya apa pun untuk sekarang.

“Selamat pagi!” sapa sebuah suara perempuan yang tiba-tiba masuk kelas.

Siska dan teman-teman bergegas kembali ke bangku masing-masing. “Selamat pagi, Bu!”

Guru perempuan itu juga hanya melakukan perkenalan dan obrolan ringan. Fatma, memperkenalkan diri sebagai guru Bahasa Indonesia sekaligus wali kelas 7A. Tak lama kemudian ia berpamitan, “Beberapa menit lagi saya ada rapat jadi tolong yang merasa punya tulisan bagus silakan menulis sedikit materi di papan tulis secara bergantian.”

Karena belum sempat menyusun perangkat kelas, Fatma terpaksa memberi perintah seperti itu. “Yang bernama Hanum?” panggilnya.

“Saya, Bu!” Hanum mengangkat tangan kanannya.

“Tolong kamu bantu dikte teman-teman yang nulis.”

Hanum menoleh ke teman-teman. Mereka tampak tak meragukan dirinya lagi. Hanum pun merasa percaya diri. Ia berdiri dan berkata, “Baik, Bu!”

Hanum berjalan ke meja guru. Fatma memberinya sebuah buku cetak yang cukup tebal dan memberinya arahan. Hanum mengangguk paham. Fatma menepuk pelan bahu Hanum seraya berbisik, “Kamu bisa.”

Hanum tersentak. Ia lirik Fatma dengan tatapan mata tak mengerti. Tapi guru berkacamata tebal itu buru-buru undur diri. Hingga sebuah tepukan mendarat di pundak Hanum. “Kenapa malah ngelamun?”

Hanum menoleh ke belakang. Teman-teman sudah antre ingin menulis secara bergiliran. Hanum coba tersenyum supaya tak dicurigai. “Maaf. Ayo, kita mulai.”

***

Selama proses KBM tadi, Hanum tak menggubris para hantu yang berkerumun di luar jendela kelasnya. Ia juga berusaha keras untuk jangan sampai menatap ke mata mereka. Takut kalau-kalau mendadak melihat kelebat momen ajal lagi. Jadi ia sekuatnya menahan rasa takut meski beberapa kali dikatai teman bahwa dirinya terlihat tegang.

Hingga kini, setelah bel tanda pulang sekolah berbunyi, Hanum ragu-ragu melangkah keluar kelas. Karena para makhluk tak kasatmata itu menyambutnya di luar pintu. Dilihatnya teman-teman menerjang mereka tanpa sadar. Hanum langsung menggeleng cepat lalu menundukkan wajah.

“Hanum!”

Hanum sontak mendongak. Dilihatnya Nayla sudah berdiri di ambang pintu diadang Siska. Sedangkan para lelembut sudah tak tampak di sana. Pasti diusir oleh Nayla.

“Mbak?” gumam Hanum. Ia merasa lega karena dapat bantuan di tengah kegamangannya.

“Ayo, pulang!” ajak Nayla.

Tak buang waktu, Hanum berlari kecil menuju Nayla. Tiba-tiba Siska menarik tangan Hanum. “Aku anter pulang, yuk?” rengeknya, memaksa.

Hanum menatap Siska dan Nayla secara bergantian. Lalu menggeleng pelan. “Maaf, aku habis ini ada les sama Mbak Nayla,” dustanya.

Siska tampak ngambek tapi melepaskan genggamannya dari tangan Hanum. “Yaudah, deh.” Siska melangkah pergi lebih dulu.

Nayla merangkul pundak Hanum. “Tadi ada kejadian, ya?” bisiknya.

“Kok tahu?”

Tanpa menjawab, Nayla menarik Hanum ke suatu tempat. Hanum sempat bertanya akan dibawa ke mana. Tapi Nayla tetap tak menjawab. Hingga tibalah keduanya di belakang tempat parkir kendaraan murid.

“Pak Febri?” gumam Hanum. Nayla langsung membekap mulut Hanum sambil meletakkan telunjuk tangan di bibirnya. “Sst! Diem!” suruhnya.

Kemudian selama beberapa saat, kedua gadis itu menonton tindakan brutal Febri yang tengah mengoyak tubuh genderuwo berduri landak dengan tanpa ampun.

Hanum menutup matanya dengan tangan karena tak tahan. Meski Hanum sadar bahwa Febri menghukum sosok yang meniru pria itu bahkan berniat buruk terhadap dirinya dan teman-teman, tetap saja ia tak terbiasa melihat pembantaian.

“Bilang sama teman-temanmu, jangan coba-coba meniru wujudku! Atau kalian akan berakhir musnah menjadi asap hitam!” desis Febri dengan penuh penekanan.

Sontak Hanum dan Nayla merinding. Febri yang terlihat ramah di luar ternyata sangat bengis saat berhadapan dengan makhluk astral.

1
Ali B.U
next
reska jaa
wahhh.. masih sempat up.. thank you👌
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
next
Yulia Lia
lanjut thoor
reska jaa
bagus cerita muu thour.. di lanjut 🥳🥳
n e u l: terima kasih /Pray/ siapp /Good//Smile/
total 1 replies
Lyvia
suwu thor u/ upnya, matrehat
n e u l: sami-sami /Pray/ matur suwun juga terus mengikuti
total 1 replies
Ali B.U
apa yang terjadi sama Pak Dirman.?

lanjut
n e u l: masih misteri ya pak /Joyful/
total 1 replies
Lyvia
lagi thor
Ali B.U
next.
Ali B.U
next
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
next
Yulia Lia
jangan2 Siska anak yg punya panti tempat kinar yg mau di jadiin tumbal ...nah lho thor
n e u l: identitas asli Siska ntar direveal /Sneer/ ikuti terus ya kak /Joyful/
total 1 replies
Ali B.U
next
Yulia Lia
lanjut thor
n e u l: siap! /Determined/ terima kasih /Smile/
total 1 replies
Ali B.U
is the best
Ali B.U: semoga semangat dalam berkarya
n e u l: matur tengkiyu pak ABU /Pray//Determined/
total 2 replies
Ali B.U
next
Ali B.U
lanjut
Ali B.U
next
n e u l: siap pak /Determined/ terima kasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!