Cinta Untuk Ibu

"Jika aku tahu kalau dia adalah darah daging ku, kau akan tahu akibat nya telah mengelabui ku selama ini."Ancam Bryan.

"Aku tak mengerti maksud mu Bryan, kau terlalu berlebihan, Kyana adalah putri ku, bukan putri mu." Balas Jane. Wanita itu lalu bangkit berdiri dan berjalan pergi.

•••

Jane kembali ke meja kerjanya, semua mata menatapnya sembari berbisik, tentu perlakuan Bryan yang menariknya dengan kasar membuat semua orang bertanya tanya apa yang di perbuat Jane hingga membuat Bos mereka begitu marah pada wanita itu.

"Masih karyawan baru saja sudah berani buat Pak Bryan marah, terlalu berani."Ucap Sisil teman kantor Jane yang menyindir Jane. Namun Jane tidak memperdulikan perkataan Sisil.

Beberapa saat kemudian, Frans datang menghampiri Jane dengan khawatir.

"Jane, kamu baik baik saja?." Tanya Frans. Jane menatap Frans dengan kedua mata yang berkaca kaca tanpa mengatakan apa pun.

"Pak Bryan menyakitimu?." Tanya Frans lagi.

"Kamu tahu dari mana?." Tanya Jane. Namun ia menyadari salah bertanya, karena tentu saja mudah saja berita itu menyebar hingga ke divisi lain, karena tidak bisa menahan omongan orang.

"Ada yang memberitahu aku, sebenarnya apa yang terjadi?." Balas Frans. Namun ia tidak mendapatkan jawaban dari Jane yang memilih diam.

"Frans, aku mau pulang saja."Balas Jane.

"Baiklah, Aku akan akan mengantarmu." Kata Frans.

"Aku bisa pulang sendiri Frans."

"Tidak, aku akan antar."

Jane pun mengiyakan untuk di antar oleh sahabatnya itu.

Di mobil

Jane tampak diam sejak masuk ke dalam mobil, diam tidak mengatakan apa pun, kepala nya bersandar di kaca jendela, mata nya melihat keluar jendela.

Frans yang menyetir sesekali menoleh melihat ke arah Jane dengan kasihan, melihat Jane sedih, Frans pun merasa sakit.

Jane lalu menyadari kalau mobil Frans tidak berjalan di jalan pulang menuju ke rumah Jane. "Frans, Kita mau kemana?." Tanya Jane. Frans tidak menjawab dan terus menyetir hingga sampai di sebuah danau.

"Ayo turun." Ajak Frans. Jane masih terdiam, rasa nya ia sangat malas untuk turun, ia hanya ingin pulang dan masuk ke kamar nya menyendiri.

"Ayo, Tempat ini cocok untuk kamu yang lagi sedih."Ajak Frans lagi.

Jane pun lalu akhirnya setuju untuk turun bersama Frans. Mata Jane melihat sekeliling danau. Suasana yang sepi, angin yang berhembus dan menggoyangkan daun daun di pohon membuat Jane merasa sangat tenang saat itu.

"Coba lah berteriak!." Seru Frans. Jane mengerutkan kening nya tak mengerti dan ragu dengan suruhan Frans.

"Ayo cobalah seperti ini."

"Jane, kamu jangan sedih, kalau kamu sedih wajah mu sangat jelek."Teriak Frans. Mendengar teriakan Frans Jane tersenyum.

Jane lalu melihat ke arah danau, lalu menarik nafas bersiap berteriak.

"Aku capek, jangan terus menganggu hidupku, Masalalu sialan."Teriak Jane dengan suara yang keras. Jane memejamkan mata nya merasa lega setelah berteriak.

Frans tersenyum kecil melihat Jane, ia tidak tahu apa yang sedang di hadapi wanita di samping nya itu. Apa Masalalu yang di maksud pun membuat Frans penasaran, namun ia tidak ingin memaksa Jane bercerita dan menyimpan rasa penasaran nya jauh jauh.

Setelah cukup tenang kedua nya duduk di tepi danau, Jane dan Frans pun kembali ke mobil untuk pulang.

"Frans, terimakasih sudah mengajakku kesini, kamu tahu apa yang ku butuhkan."Kata Jane di dalam mobil.

"Jangan memendam semua sendirian Jane, ingatlah ada aku bersamamu, aku tidak akan membiarkan mu melewati hari buruk sendirian."Ucap Frans. Jane tersenyum dan mengangguk.

Jane merasa Beruntung memiliki Frans di hidup nya, selama ini Frans yang selalu ada untuk nya, tidak pernah membiarkan nya merasa sedih terlalu lama, selalu punya cara nya sendiri untuk membuat dirinya kembali tersenyum.