NovelToon NovelToon
Sunflower

Sunflower

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Wa Yana

Menjadi diri sendiri bukanlah hal yang mudah bagi Sebagian orang bahkan untuk beberpa tidak menyadari dan mengenali dirinya seperti apa. Namun bagi Haikal menjadi diri sendiri adalah versi terbaik dalam hidup yang tidak menuntut diri untuk menjadi terbaik dimata orang lain atau menjadi pribadi yang di inginkan orang lain.
Namun entahlah kedepannya seperti apa, bukankah pikiran orang akan berubah sesuai dengan apa yang ditemukan ke depannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wa Yana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

1. Kesan pertama

Terik matahari siang yang menemani beberapa aktifitas beberapa remaja yang sedang mahasiswa baru yang kini sedang mengantri untuk mendaftarkan diri sebagai anggota BEM di kampus ternama. Bem merupakan incaran para mahasiswa baru baik untuk mencari ilmu ataupun untuk mendongkrak namanya untuk sebuah Popularitas.

Universitas Bunga Bangsa, Salah satu Universitas ternama yang berada di kota metropolitan ini, yang terkenal dengan kampus yang melahirkan banyak orang-orang sukses, sehingga tidak gampang untuk masuk kedalamnya.

Namun tidak bagi kedua orang perempuan yang kini juga masuk dalam barisan mengantri untuk menyetorkan formulirnya agar terdaftar menjadi salah satu anggota BEM yang didalamnya terdapat banyak kesibukan.

“Rin, Lu seriusan mau ikut BEM, liat deh antriannya panjang banget” Gisel mulai mengeluh,

Bukan persoalan antrian yang membuat dia putus asa, namun Ia sedikit ragu dapat terdaftar menjadi anggota BEM dengan banyaknya yang ikut mendaftar dan kuota yang tersedia hanya sedikit.

“Percaya deh Gi, kalau kita jadi anggota BEM kuliah kita bisa berharga” Karin tampak pantang mundur.

Gisel akhirnya hanya pasrah mengikuti Karin yang tampak semangat, walaupun sebenarnya Ia sedikit heran dengan temannya itu yang tiba-tiba begitu antusias mengikuti organisasi tersebut.

.

“Wahh…, Akhirnya tenggorokan gue kena air juga” ucap Karin merasa lega setelah 3 jam mengantri untuk penyetoran berkas pendaftaran.

“Gue nggak yakin kita lolos Rin, banyak banget yang daftar gitu” Gisel tampak tidak yakin dengan dirinya sendiri.

“Mba minumnya 3 yah…” ucap salah satu pria dengan postur tubuh yang ideal dengan tubuh berotot namun wajahnya tampak imut karena matanya yang kecil.

Karina dan Gisel yang duduk tepat dekat disamping tempat pemesanan mengalihkan pandangannya ke pad tiga pria yang kini sedang berdiri tidak jauh dari mereka. Namun yang membuat mereka bingung adalah respon heboh dari pengunjung lain terutama para gadis yang terdengar sedikit berlebihan Bagai keduanya.

“Wahh liat deh, mereka itu kaya pilar Bunga Bangsa nggak sih”

“Gue sihh nggak masalah yah walaupun dijadiin yang kesekian”

“Tapi mereka yang masalah kalau sama elu”

Kurang lebih begitulah bisikan beberapa para gadis yang juga berada di kantin saat ini.

Gisel dan Karin yang tidak begitu tertarik kembali fokus pada makan dan minuman yang telah mereka pesan sebelumnya.

“Gi, bentar gue kenali sama teman anak teman mami yah, katanya sih kuliah disini juga terus aku udah kabarin kalau kita sekarang lagi di kanti” ucap Karin sembari mengutak atik ponselnya sembari mengirim pesan.

“Emang sempat yah, gue kan mau langsung balik buat buka toko” ucap Gisel.

Gisel bukan dari keluarga yang tidak mampu, namun karena salah satu hobinya menanam bunga, sehingga Ia membuka toko bunga.

“Lu kan punya karyawan Gi, jangan terlalu nyusahin diri deh” ucap Karin dengan sedikit melirik Gisel lalu kembali pada ponselnya.

“Permisi kita boleh nggak duduk disini soalnya kursi lain penuh” ucap salah satu pria dengan membawa makan dan minumnya.

“Nggak, jangan modus yah” ucap Karin lalu mengangkat kepalanya siap menatap pria tersebut.

Namun respon pria tersebut membuat Karin kini memalingkan wajahnya memperhatikan sekitar tempat duduk yang memang sudah tidak ada lagi yang kosong.

“Duduk aja nggak papa kok, maaf tadi temanku lagi berbalas pesan jadi tidak memperhatikan sekita” Gisel menarik tangan Karin yang ada didepannya agar pindah duduk ke sebelahnya.

Karin yang paham maksud Gisel pun segera berpindah kesamping Gisel dengan memindahkan makan dan minumnya pula.

Ketiga pria tersebut duduk berhadapan dengan Karin dan Gisel.

Mereka adalah Jeno, Juan dan Haikal. Pria yang sebelumnya membuat heboh suasana karena kehadiran ketiganya.

“Kalian mahasiswa baru yah?” Tanya Jeno mencoba mencairkan suasana.

“Iya kita mahasiswa Ilmu Komunikasi” jawab Gisel dengan ramah

Sedangkan Karin kini sedang memperhatikan wajah Jeno yang menurutnya lucu, bagaimana tidak muka jeno tampak tegas namun lucu karena matanya yang sipit.

Mereka tidak berbicara lagi dan fokus pada makanan yang telah mereka pesan sebelumnya. Mereka sadar dengan keberadaan haikal yang tidak begitu suka berinteraksi dengan Wanita. Namun mereka tidak menyadari apa yang kini dilakukan oleh pria tersebut.

.

Setelah pertemuan siang di kantin kini Karin masih sibuk membahas wajah lucu Jeno, yang menurutnya akan lebih lucu jika tersenyum.

“Udah deh Rin, ntar kamu malah suka lagi sama Kak Jeno” tegur Gisel pada Karin.

“Nggak kok,, lagian gue udah pasrah Nerima perjodohan dari Mami” Ucap Karin dengan wajah sedihnya.

“Mami juga nggak nggak bisa nolak, karena ini adalah salah satu keinginan Papi gue sebelum meninggal”sambung Karin menundukkan kepalnya.

“Udah nggak usah dipikirin, terus ini teman anak mami kamu mana?” tanya Gisel yang sudah mulai jenuh menunggu.

“Katanya baru keluar kelas nggak lama lagi kesini kok” senyum Karin kembali seperti sebelumnya.

Beberapa saat kemudian dating dua orang perempuan, yang satu dengan gaun pendeknya selutut dan rambut di kuncir pendek yang satunya lagi dengan dengan dress setengah menutupi betisnya dan rambutnya dikepang dengan beberapa helai poni yang menutup jidatnya.

“Karin maaf yah nunggu lama” tegur salah satunya.

“Iya nggak papa, ini kenali Gisel teman Gue dari orok” Karin mengenalkan Gisel pada temanya

“Hai, Gue Nia, dan ini Wina teman kelas gue, Rin ini Wina.” Nia merupakan anak teman maminya Karin yang bertemu saat ada arisan dan mereka ikut serta dalam acara tersebut.

.

Setelah perkenalan itu Gisel memutuskan untuk Kembali ke toko, Ia yakin saat ini toko bungnya sudah dibuka, karena toko bunganya akan dibuka saat Fina karyawan satu-satunya pulang dari sekolah. Dan Sekaran sudah menunjukan pukul 4 sore yang seharusnya Fina sudah pulang dua jam yang lalu.

“Aduh gue ngapain mikirin tu orang sih” Gerutunya pasalnya bayangan tatapan mata seseorang yang baru saja ditemuinya hari ini cukup mengganggunya apalagi dengan senyum tipisnya yang nyaris tidak jelas, bahkan Gisel ragu jika itu adalah senyuman.

.

.

Ditempat lain beberapa pria tampan sedang mengurus berkas pendaftaran mahasiswa baru sebagai anggota BEM. Yah di sana Jeno Haikal dan Juan dan anggota lainnya sedang memilih mahasiswa yang layak yang telah di seleksi sebelumnya oleh tim seleksi.

“Lu ngapain sih minta kita buat meriksa satu persatu berkas anak ilmu komunikasi” Kesal Juan namun Ia tetap mengikuti apa yang dimau Haikal.

“Udah nggak usah ngeluh, masih bagus dia nggak nyuruh buat nyari berkas tu cewe di catatan sipil” kesal Jeno.

“Heii, pada sibuk apa sih?” Candra dating dengan suara cemprengnya yang khas.

“Eh Lu ngapain sih disini, ini ruang BEM nggak boleh masuk sembarang” Tegur Haikal pada sepupunya yang masuk dengan suara cemprengnya.

“Iya mana suaranya cempreng banget lagi” Sambung Juan.

“Jangan mentang-mentang kalian lebih tua yah seenaknya mengatai ku. Begini-begini aku selalu memang lomba nyanyi” bela Candra.

“Tapi Gue heran deh, Lu kan kalau nyanyi bagus yah tapi kenapa kalau ngomong cempreng yah” sambung Jeno.

“Udah ah males kalau kalian bahas suara” Candra duduk dan membuka ponselnya untuk memeriksa beberapa pesan yang masuk pada ponselnya.

“Eh Can, Lu kan mahasiswa Ilmu Komunikasi kan?” Tanya Juan

“Iya kenapa emang?.., Kalian lagi ngincar anak di sana yah. Tapi emang banyak yang cakep sih” ucap candra dengan santai.

“Berapa jumlah Mahasiswa di angkatan mu sekarang?” Tanya Haikal serius, sepertinya peluangnya kini lebih besar untuk mengenal perempuan yang menarik perhatiannya.

“Gue nggak tahu pasti sih, tapi kita ada 7 kelas” balas Chandra sembari mengingat jumlah pasti Mahasiswa seangkatannya.

“Ya udah Lu belajar yang giat biar kita lulusnya bareng” jawab Jeno mencoba mengalihkan pembicaraan.

Ia tahu betul bagaimana mulut Chandra yang tidak bisa menjaga rahasia dan kepo tingkat tinggi jika mendapati kejanggalan.

1
ℨ𝔞𝔦𝔫𝔦 𝔞𝔫𝔴𝔞𝔯
orok gak tuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!