Angga Juli Syahputra

Dapat dilihat Angga kini sedang berdiri menatap lurus ke depan melihat banyak nya lampu lampu gedung dan juga kendaraan yang berlalu lalang. Ditambah lagi tak jauh dari gedung ada persimpangan berlampu merah. Jadi iia dapat melihat aktivitas anak anak yang sedang mengamen atau yang sedang berjualan asongan.

Hening..

" Den.. !! " Panggil bik Inah lagi.

Hening..

merasa tak mendapat jawaban dari Angga, akhirnya bik Inah pun turun kebawah dan meninggalkan angga yang masih berdiri melamun.

" Indah ya.. " ucapan Wulan mampu membuat Angga tersadar dari lamunan nya.

" Lo kok bisa ada disini ? " Tanya Angga menoleh ke arah Wulan yang berada di sampingnya.

" Gue tadi nyusul mereka kesini bosen gue di rumah. " Ucap Wulan yang di maksudkan untuk menyusul Riska dan Laras.

" Oh.. " Angga kembali menatap suasana di lampu merah.

Hening..

Wulan melihat wajah Angga dari samping yang tampak begitu tampan membuat jantung nya kini berdebar.

Tapi iia segera menyesuaikan detak jantungnya.

" Apa yang lo lihat.. ? " Tanya Wulan

" Kasihan ya mereka masih kecil sudah di tuntut untuk cari uang. " Angga menunjuk anak kecil berusia 10 - 12 tahun yang sedang mengamen.

" Sudah takdirnya mungkin. " Jawab Wulan asal.

" Takdir mereka akan berubah jika kita tidak menutup mata. Jangan lupa, mereka juga punya mimpi, hanya saja terhalang oleh keadaan. " Ucap Angga lalu mengambil coklat panas yang ada di atas meja kayu.

" Mau coklat ? " Angga memberikan segelas coklat panas kepada Wulan.

" Bukannya ini untuk lo. ? Tanya Wulan.

" Gue ada ini " Angga menunjukan minuman soda kaleng yang berada di tangan nya.

" Biasanya memang bik Inah membuatkan nya untuk gue, tapi gue sekarang lagi gak ingin minum coklat. Kalo Lo gak mau juga tidak apa apa. " Angga hendak meletakan kembali coklat panas nya.

" Eh.. gue mau kok. Kebetulan ini minuman kesukaan gue " Wulan mengambil cepat gelas dari tangan Angga.

" Terimakasih.. " ucap Wulan dan di angguki oleh angga.

Hening kembali.

" Apakah kita bisa menjadi teman. " Tanya Wulan.

" Kan kita memang teman, gue aja yang terlalu bawa perasaan dan menginginkan lebih. " Angga tersenyum kecut.

" M..ma..maafin gue ngga. g..gue gak bermaksud nyakitin hati lo, gue hanya belum bisa lupain masa lalu gue, gue juga belum putus dari Alex ya meskipun dia belum ada kabar sampai sekarang. Tapi hubungan kami belum berakhir.. " ucap Wulan panjang lebar setelah berhasil menyesuaikan dirinya.

" Lo gak salah kok lan. Gue yang salah karna telah mencintai pacar orang. Gue gak tau kalo Lo sudah punya kekasih, kalo gue tau dari dulu Lo punya kekasih mungkin perasaan ini tidak akan pernah muncul. " Angga meminum minuman kaleng nya.

" Gue sebenarnya udah ada rasa sama Lo ngga tapi gue masih ragu sama perasaan gue sendiri. " Batin wulan melihat Angga dengan perasaan yang campur aduk.

Keesokan hari nya.

Angga kini sedang menikmati sarapan bersama kedua orang tua nya. Tidak ada percakapan sama sekali hanya terdengar dentingan sendok saja. Setelah selesai sarapan pun Angga berniat untuk berangkat ke sekolah.

" Nanti bisa kan kamu jemput adek kamu di bandara. " Tanya momy Vina sebelum Angga beranjak dari tempatnya.

" Clara pulang mom ? " Tanya Angga.

" Iya.. dia katanya mau pindah sekolah disini bareng kamu. "

" Ohh. " Angga ber oh saja.

" Jam berapa mom ? "

" Katanya sih jam 3 pesawat nya udah landing. Tapi kamu jangan sampai telat jmput nya, tau sendiri lah kalo adek kamu udh ngambek susah balikin mood nya. "

" Iya mom.. aku pergi dulu mom, dad. " Angga lalu mencium tangan kedua orang tua nya.

" Assalamualaikum.. ? "

" Walaikumsalam, kamu hati hati nak jangan ngebut bawa mobil nya tapi kalo bisa di atas seratus. " Ucap Bram dan langsung mendapatkan cubitan dari Vina ke perutnya. Sementara si empunya hanya cengengesan merasa tak bersalah.

Mobil Honda Civic berwarna putih memasuki areal parkir sekolah,

Tak lama kemudian turun lah seorang pemuda tampan dengan tas yang tersampir di pundak kirinya dengan satu tali dan kedua tangan nya yang dimasukan kedalam saku celana tak lupa dengan kaca mata hitam yang bertengger di hidung nya.

Angga berjalan menuju teman teman nya yang sengaja menunggunya di parkiran.

" Itu Angga kan. ? " Tanya Riska ke joe yang berangkat berbarengan ke sekolah. Di situ juga ada Alfin dan Laras yang juga berangkat berbarengan, serta di susul oleh Wulan dan Rio yang berangkat sendiri sendiri.