Kehidupan Aira berubah ketika seorang pria misterius bernama Arga pindah ke rumah di sebelahnya. Arga adalah seorang penulis yang mencari inspirasi untuk novel terbarunya. Pertemuan mereka yang tidak disengaja menumbuhkan rasa penasaran di hati masing-masing. Seiring berjalannya waktu, keduanya mulai saling membuka diri dan berbagi cerita, menemukan bahwa mereka memiliki lebih banyak kesamaan daripada yang mereka duga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dedhy Karlang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEPUTUSAN YANG MENYESATKAN
Setelah malam pameran yang sukses, Aira kembali mendapat tawaran untuk mengikuti pameran seni di Korea. Kabar tersebut membuatnya dan Arga sangat bahagia. Mereka berdua sudah merencanakan perjalanan yang menyenangkan, tapi takdir memiliki rencana lain.
Saat hari keberangkatan semakin dekat, Arga jatuh sakit dan sepertinya tidak bisa ikut dalam acara tersebut. Hanya mampu meminta Aira untuk pergi sendiri. Awalnya, Aira merasa ragu untuk berangkat sendirian, tapi Arga selalu memberinya semangat.
Karena Reza adalah salah satu sponsor galeri Aira, dia juga berangkat ke Korea bersama beberapa teman lainnya. Sesampainya di Korea, mereka menikmati acara pameran seni dengan penuh semangat.
Namun, di Korea, tradisi minum alkohol sangat umum. Setelah acara pada hari pertama selesai, mereka diundang oleh salah satu penyelenggara acara untuk minum bersama. Meskipun tidak terbiasa dengan minuman beralkohol, Aira merasa tergoda untuk mencoba.
Setelah beberapa gelas, pengaruh alkohol mulai terasa, dan Aira merasa sedikit mabuk. Dia merasa nyaman dengan Reza di sekitarnya dan meminta untuk membeli lebih banyak minuman di luar acara tersebut. Mereka pun akhirnya memutuskan untuk mengunjungi klub malam, tapi karena Aira merasa kurang nyaman di dalam klub, mereka memutuskan untuk melanjutkan minum di tempat lain.
Reza membeli beberapa botol minuman lagi dan mencari hotel untuk melanjutkan pesta kecil mereka berdua. Karena pengaruh minuman tersebut, akhirnya mereka berdua saling berciuman dan berhubungan seksual.
Keesokan paginya, Aira terbangun dengan kaget. Mereka berdua tidur di kasur yang sama tanpa sehelai pakaian pun. Aira merasa terkejut dan terkejut dengan apa yang terjadi semalam.
Dia menangis, terjebak dalam kebingungan dan kecemasan. Aira tahu bahwa apa yang terjadi adalah sebuah kesalahan besar. Ia merasa bersalah pada Arga dan pada dirinya sendiri. Aira meminta Reza untuk menjaga rahasia ini dengan sangat hati-hati. Dia tidak ingin kehidupan rumah tangganya hancur karena kesalahan yang dilakukannya.
Reza mulai menenangkan Aira dengan penuh kasih. Mereka berdua saling berpelukan, mencoba menemukan ketenangan dalam kekacauan yang mereka ciptakan.
Setelah berjam-jam berbicara dan merenungkan situasi mereka, Aira dan Reza akhirnya membuat keputusan yang menyesatkan. Mereka memutuskan untuk melanjutkan bercinta lagi, tetapi Aira memohon setelah tiba di Indonesia, mereka harus melupakan semua yang terjadi di Korea. Mereka harus berpura-pura seolah-olah tidak ada yang terjadi agar Arga tidak curiga.
Keputusan itu dibuat dalam ketakutan dan kecemasan, tapi Aira dan Reza merasa tidak punya pilihan lain. Mereka berjanji untuk saling mendukung dan menjaga rahasia mereka terkunci rapat, sementara hati mereka terbelah antara rasa bersalah dan nafsu yang tak terbendung.
Setelah beberapa hari di Korea, acara pameran seni berakhir dengan sukses. Aira dan Reza bersama teman-teman mereka menikmati setiap momen di sana, meskipun Aira menyimpan beban berat di hatinya. Mereka bersikap profesional di depan orang lain, namun saat berdua, mereka tak bisa menghindari kenyataan pahit dari hubungan yang kini mereka jalani.
Ketika hari terakhir tiba, Aira merasakan campuran perasaan lega dan takut. Lega karena pameran berakhir sukses, tetapi takut karena harus kembali ke realitas kehidupannya di Indonesia, di mana Arga menunggunya. Ia berharap bisa mengubur kenangan pahit di Korea dan melanjutkan hidup seperti biasa.
Di pesawat menuju Indonesia, Aira duduk di sebelah Reza. Mereka berbicara sedikit, tetapi kebanyakan diam, tenggelam dalam pikiran masing-masing. Reza beberapa kali mencoba menenangkan Aira dengan kata-kata lembut dan sentuhan yang meyakinkan, tetapi Aira tahu bahwa ini lebih dari sekadar ketidaknyamanan sementara. Ini adalah beban yang harus ia bawa sepanjang hidupnya.
Setibanya di bandara, Arga sudah menunggu Aira dengan senyum lebar meskipun wajahnya masih terlihat pucat karena sakit. Aira merasa hatinya teriris melihat senyuman itu, penuh cinta dan kepercayaan yang tidak layak ia terima. Ia memeluk Arga erat, mencoba menyembunyikan air mata yang hampir tumpah.
"Selamat datang kembali, sayang. Bagaimana pamerannya?" tanya Arga dengan antusias.
Aira tersenyum, meskipun hatinya terasa berat. "Sangat sukses, Arga. Aku akan cerita banyak nanti."
Reza mengangguk dan memberikan salam hangat kepada Arga. "Pamerannya benar-benar luar biasa. Aira melakukan pekerjaan yang hebat."
"Terima kasih, Reza. Aku tahu dia pasti bisa melakukannya," jawab Arga dengan tulus.
Setelah itu, mereka berpisah di bandara. Aira dan Arga kembali ke rumah mereka, sementara Reza pulang ke rumahnya sendiri. Meskipun merasa bersalah, Aira berusaha keras untuk tidak menunjukkan kegelisahannya di depan Arga. Ia bertekad untuk kembali ke rutinitas sehari-hari dan mencoba melupakan semua yang terjadi di Korea.
Hari-hari berlalu, dan Aira semakin tenggelam dalam pekerjaannya di galeri. Ia mengalihkan semua energinya untuk mengelola pameran-pameran kecil yang akan datang. Arga, meskipun masih dalam masa pemulihan, selalu ada untuk mendukung dan membantu Aira. Namun, di dalam hatinya, Aira merasakan kekosongan yang tak bisa ia isi.
Suatu hari, ketika Aira sedang merapikan koleksi lukisan di galeri, Reza datang berkunjung. Mereka berbicara tentang bisnis dan perkembangan galeri, tetapi ada ketegangan yang tak terucapkan di antara mereka.
"Bagaimana kabarmu, Aira?" tanya Reza dengan nada lembut.
Aira menghela napas dan mengangguk. "Baik, Reza. Terima kasih. Bagaimana denganmu?"
"Baik juga," jawab Reza singkat. Mereka saling bertukar pandang, mencoba mencari ketenangan dalam kebingungan mereka.
Reza merasa bahwa Aira semakin menjaga jarak darinya, dan ia mengerti alasannya. Mereka telah membuat kesepakatan untuk melupakan apa yang terjadi, tetapi itu lebih mudah diucapkan daripada dilakukan.
"Jika kamu butuh bantuan atau ingin bicara, aku selalu ada di sini," kata Reza akhirnya.
Aira tersenyum lemah. "Terima kasih, Reza. Aku akan ingat itu."
Setelah Reza pergi, Aira merasa lega sekaligus sedih. Ia tahu bahwa hubungan mereka tidak bisa dilanjutkan, tetapi ia juga merasa ada bagian dari dirinya yang hilang.
Malam itu, Aira duduk di ruang tamu bersama Arga. Mereka berbicara tentang banyak hal, dari rencana pameran berikutnya hingga hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari. Namun, pikiran Aira terus kembali ke malam di Korea dan hubungan rahasianya dengan Reza.
"Aira, kamu tampak sedikit murung. Ada yang ingin kamu ceritakan?" tanya Arga dengan perhatian.
Aira terkejut dengan pertanyaan itu, tetapi ia berusaha menjaga ketenangannya. "Tidak, Arga. Aku hanya merasa sedikit lelah. Mungkin karena pekerjaan yang menumpuk."
Arga mengangguk mengerti. "Jika kamu butuh istirahat, jangan ragu untuk mengambilnya. Kesehatanmu lebih penting."
Aira merasa hangat dengan perhatian Arga. Ia tahu bahwa ia harus menjaga rahasia ini, tetapi juga menyadari bahwa kebohongan ini bisa menghancurkan mereka berdua jika terungkap. Ia memutuskan untuk lebih fokus pada pekerjaan dan hubungan mereka, berusaha mengubur kenangan pahit di Korea dalam-dalam.
Bulan-bulan berikutnya, Aira berhasil mengalihkan perhatiannya sepenuhnya pada galeri dan proyek-proyek seni baru. Meskipun demikian, bayangan Reza dan malam di Korea terus menghantuinya. Ia berusaha menjaga jarak dari Reza, hanya berinteraksi dalam konteks profesional dan menghindari percakapan pribadi.
Suatu hari, saat Aira sedang bekerja, ia menerima pesan dari Reza. Pesan itu singkat, tetapi penuh makna.
"Aku harap kamu baik-baik saja. Jika kamu butuh teman bicara, aku selalu ada."
Aira menatap pesan itu dengan campuran perasaan. Ia tahu bahwa Reza peduli padanya, tetapi ia juga tahu bahwa hubungan mereka tidak bisa dilanjutkan. Ia memutuskan untuk tidak membalas pesan itu, dan berfokus pada tugas-tugasnya.
Di malam hari, ketika Aira dan Arga duduk bersama di teras, menikmati angin malam yang sejuk, Aira merasa sedikit lebih tenang. Ia tahu bahwa hidup ini penuh dengan tantangan dan keputusan sulit, tetapi ia bertekad untuk menjaga hubungan mereka tetap utuh.
"Aku mencintaimu, Arga," kata Aira tiba-tiba, merasakan dorongan untuk mengungkapkan perasaannya.
Arga tersenyum hangat dan meremas tangan Aira. "Aku juga mencintaimu, Aira. Selalu."
Mereka berdua pun sambil berpelukan dengam hangat dan penuh cinta.
saling sport ya🙏