Azura adalah gadis cantik tapi menyebalkan dan sedikit bar-bar. Dia mendapatkan misi untuk menaklukkan seorang dokter tampan namun galak. Demi tujuannya tercapai, Azura bahkan sampai melakukan hal gila-gilaan sampai akhirnya mereka terpaksa terikat dalam satu hubungan pernikahan. Hingga akhirnya satu per satu rahasia kehidupan sang dokter tampan namun galak itu terkuak. Akankah benih-benih cinta itu tumbuh seiring kebersamaan mereka?
Cover by @putri_graphic
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DGGM 5. Gadis gila yang hebat
Waktu sudah menunjukkan pukul 2 dini hari, sudah waktunya Azura bersiap untuk pulang. Lalu lintas saat jam itu sungguh sangat sepi. Hanya sekitar 2-3 kendaraan roda empat saja yang terkadang lewat. Pangkalan ojek cukup jauh dari sana. Angkutan umum hanya terlihat di pagi hingga malam sebelum jam 10, jadi tidak memungkinkan untuk Azura menaiki mobil sejuta umat itu. Naik taksi tentu boros untuk ukuran Azura yang pengeluarannya sudah sangat besar. Beruntung ia telah memiliki motor Jupiter MX kesayangannya. Meskipun second, tapi masih sangat layak pakai dan masih sangat gagah serta kokoh. Tidak seperti gadis yang lain yang lebih suka dengan motor matic, ia justru menyukai motor bebek sport.
Jupiter MX Azura sudah keluar dari pelataran parkir club' malam tempatnya bekerja. Ia mengemudikan motornya bak pembalap profesional. Namun saat mengendarai motornya, ia merasakan seperti ada sebuah mobil berwarna hitam yang tampak mengekorinya dari semenjak di club' malam hingga hampir setengah perjalanan ini. Azura pun makin mempercepat laju motornya.
Sadar incarannya sudah menyadari keberadaan mobil mereka, 2 orang yang berada di dalam mobil itu pun menaikkan kecepatannya hingga mobil mereka bersisian dengan motor Azura. Lalu mereka memepet motor itu hingga membuat Azura kehilangan keseimbangan dan terjatuh di atas trotoar.
"Aaargh ... Bang-sat!" umpat Azura saat motornya terbalik membuat kakinya terjepit. Motor yang berat, ditambah kakinya yang mulai nyeri, membuat Azura sedikit kesulitan berdiri. Tapi bukan Azura namanya bila langsung menyerah dan merasa kalah. Sekuat tenaga, ia tahan rasa sakit itu untuk berusaha berdiri sambil menegakkan motornya.
Setelah berhasil, ia menatap nyalang 2 orang pria yang baru saja turun dari sebuah mobil hitam. Kedua pria itu pun berjalan mendekati Azura dengan kedua tangan berasa di saku celana. Mereka menatap sinis Azura dengan wajah angkuhnya seolah mereka begitu hebat dan tak bisa diremehkan.
Tanpa rasa takut, Azura pun ikut mendekati kedua orang itu dengan seringai di bibirnya.
"Oh, ternyata kalian! Para banci yang cuma berani sama perempuan." cibir Azura dengan tersenyum sinis.
"Ternyata mulutmu masih saja tajam padahal sudah terdesak seperti ini. Tapi tak apa. Karena sebentar lagi mulutmu pasti takkan mampu berkata tajam lagi, sebaliknya kau akan kami buat menjerit nikmat di bawah kungkungan kami." cibir pria yang sempat ingin melecehkan Azura di club' malam tadi.
Azura terkekeh mendengarkan sesumbar pria itu.
"Apakah kau mampu?" ejek Azura lalu diperhatikannya secara seksama pria itu dari atas ke bawah. "Apakah milikmu segagah itu hingga mampu membuatku menjerit nikmat? Ah, mengapa aku meragukannya ya? Liat saja, tonjolannya saja hanya sebesar ini, bagaimana bisa membuatku menjerit nikmat? Yang ada baru 3 detik langsung muntah." ejek Azura seraya membuat kepalan dari tangannya yang kecil untuk menggambarkan ukuran kejantanan lelaki itu.
"Kau ... kurang ajar. Sepertinya kita harus segera membungkam mulut tajamnya itu supaya dia tau siapa kita." desis lelaki itu sambil berbicara dengan temannya.
"Ayo, aku juga sudah tak sabar ingin menikmatinya dan membuatnya takluk di bawah kungkunganku!" desis teman lelaki itu yang ditanggapi kekehan oleh Azura.
Lalu lelaki itu bergerak untuk menangkap Azura tapi dengan sigap Azura menangkap pergelangan tangan salah satu lagi lelaki itu dan menekuknya kebelakang hingga membuat lelaki itu mendesis kesakitan kemudian tanpa aba-aba Azura langsung menerjang bokong lelaki itu hingga ia terjerembab ke trotoar.
Lelaki satunya pun terkejut melihat betapa luwesnya badan Azura dalam menghadapi temannya. Padahal tangan dan kakinya kelihatan sedang terluka saat ini tapi ia tetap mampu menghadapi temannya. Di pun segera mendekat dan melayangkan tangannya untuk memukul Azura. Tapi dengan cepat, Azura menangkap tangan lelaki itu dan menghempasnya. Kemudian ia mengangkat kaki kanannya ke atas dengan gerakan sedikit menyamping hingga brakkk ... kaki itu mendarat tepat di leher lelaki itu hingga ia jatuh tersungkur.
Azura menepuk-nepuk kedua telapak tangannya seperti membersihkan kotoran sambil menyeringai.
"Jangan suka meremehkanku, bro!" kekeh Azura. "Itu akibatnya bila macam-macam denganku. Jangan sekali-kali kalian berani macam-macam lagi denganku! Kalau tidak, jangan salahkan aku bila membuat milik kalian tidak bisa kembali menegang." desis Azura seraya menatap tajam pada kedua lelaki itu.
Kedua lelaki yang masih terkapar kesakitan di trotoar itupun langsung menangkupkan kedua telapak tangannya menutupi junior mereka dengan mata membelalak.
"Oke, oke, kami janji takkan mengganggumu lagi."
"Benar, kami janji takkan mengganggumu lagi. Maafkan kami." tukas keduanya bergantian membuat Azura tersenyum mengejek.
'Dasar lemah, dasar payah!'
Kemudian Azura segera kembali menaiki motornya dan meninggalkan kedua lelaki itu yang masih berusaha berdiri menahan sakit.
"Gadis gila, ternyata kau hebat juga." desis Arkandra dari balik kemudinya.
Ya, saat di club' malam tadi, Arkandra sempat mendengar pembicaraan kedua orang itu. Sebenarnya Arkandra tak mau ambil pusing, tapi tiba-tiba naluri kemanusiaannya muncul. Ia tak tega saat tau ada seseorang akan dilecehkan. Karena itu, ia pun membuntuti kedua orang itu dan benar saja kedua orang itu ingin menangkap Azura untuk dilecehkan. Tapi sungguh di luar dugaan, Azura justru dapat menangani kedua orang berotak me-sum itu dengan mudahnya.
...***...
Bila ada seseorang yang bertanya, apa tempat yang tak pernah sepi selain pasar , maka jawabnya adalah rumah sakit. Mereka datang ke rumah sakit untuk berbagai tujuan, mulai dari check up kesehatan, control kesehatan, berobat, hingga mengunjungi pasien yang mereka kenal.
Di pagi ini Arkandra kembali di sibukkan dengan kegiatannya yang dimulai dari visit pasien yang berada di bawah pengawasannya. Setelah selesai, ia pun bergegas kembali ke ruangannya untuk mempelajari catatan kesehatan pasien yang akan ditanganinya.
"Kau ... mau apa kau ke sini?" desis Arkandra dingin saat melihat seorang perempuan cantik duduk santai di ruangannya.
"Ck ... kau ini! Aku ini kakakmu, bukan musuhmu. Apa salahnya aku mengunjungi adikku sendiri." kesal Kencana Satya Ayudya, kakak kandung dari Arkandra Satya Nugraha.
"Tentu salah. Setiap kedatanganmu pasti ujung-ujungnya memberikanku masalah." ejek Arkandra membuat Kencana terkekeh.
"Aku kan hanya melaksanakan tugasku sebagai seorang kakak yang baik. Apa salahnya aku memperhatikan adikku sendiri. Ingat, umurmu sudah berapa. "
"Ada apa lagi kali ini? Jangan bilang kau belum bosan untuk menjodohkan ku dengan gadis-gadis itu?" desis Arkandra kesal sebab setiap kedatangan Kencana pasti berujung memintanya datang ke kencan buta.
"Tentu belum. Aku takkan pernah bosan sampai kau benar-benar menikah dan mengambil alih dan memimpin Satya Medika."
"Sudah aku bilang aku tidak akan menikah dan aku juga tidak suka bekerja di perusahaan." tegas Arkandra.
Kencana mendesah lelah sambil menggelengkan kepalanya.
"Sampai kapan? Jangan karena sampah itu kau jadi membiarkan perusahaan yang harusnya milik kita jatuh ke tangan bajing@n itu." tegas Kencana dengan suara meninggi.
"Kalau kau mau, kau saja yang memimpin."
"Andai aku laki-laki, aku tidak akan bersusah payah memintamu memimpinnya. Andai garis kepemimpinan tidak harus jatuh ke tangan anak laki-laki, aku pasti akan maju tanpa melibatkanmu. Aku takkan rela apa yang menjadi hak kita jatuh ke tangan mereka yang sudah membuat mama jatuh sakit dan meninggal. Apa kau tidak pernah sekali saja memikirkan mama, Kan? Jangan egois kamu! Jangan hanya karena luka masa lalumu, kau jadi mengabaikan mama!" seru Kencana berapi-api.
"Tapi mama telah tiada." lirih Arkandra.
"Karena itu, kau harus memperjuangkan Satya Medika, Kan. Aku tidak rela mereka menikmati hasil perjuangan mama selama hidupnya."
Arkandra terdiam, enggan mendebat Kencana.
"Pokoknya malam ini datang ke Imperium. Aku yakin, kau akan suka dengan gadis ini." final Kencana sebelum keluar dari ruangan Arkandra.
Arkandra mendengus, "Kita lihat saja nanti!" desis Arkandra yang sudah jengah kembali dijodoh-jodohkan.
...***...
...Happy reading 🥰🥰🙏...
zura ng da lawan
PA lg karakter azura oce banget..