BURUK RUPA JADI RATU TUAN KEJAM

Kania menghadap komputer dan mulai melainkan jarinya diatas keyword.

Dibukanya file demi file hingga di berhenti pada file yang terkunci.

"SEDAP 86" Enter"

Mata Kania melotot, file kosong tidak berisi sama sekali.

"Astaga, kenapa bisa seperti ini? Kania mulai panik dengan cepat memainkan kursor menggunakan mouse untuk membuka kembali file siapa tahu lupa tapi hasilnya tetap sama isi file sudah di hapus bersih.

"Mereka telah menghapus file itu dari jarak jauh, pantas saja ruangan ini jarang sekali mereka gunakan, ternyata mereka mengontrol aktifitas restoran dari tempat lain."

"Bagaimana Kania, apa buktinya sudah kamu temukan?

Weni sembari tersenyum mengejek Kania.

"Aku tahu kalian telah menghapusnya dari jarak jauh. kalian benar-benar licik."

"Banyak alasan sekali, bilang saja kalau kamu hanya mengarang-ngarang cerita agar kedok mu tidak terbongkar. Mengaku saja, siapa yang menyuruhmu menyelidiki restoran ini? sambung Rika.

"Aku atau kalian yang mengarang cerita. Linda tolong dengarkan aku, mereka benar- benar telah mencuri uang restoran."

"Mana bisa mempercayaimu begitu saja kalau nyatanya kamu tidak bisa membuktikan ucapanmu kalau selama ini mereka mencurangiku."

"Bagus Linda, orang seperti ini tidak usah diberi hati, baiknya hanya di depan tapi dibelakang dia menikam."

"Benar mba Linda, ada baiknya mereka berdua ini kita laporkan saja ke polisi agar karyawan lain tidak mengikuti jejak mereka."

"Sudahlah bu Rika, Weni, maafkan mereka, mungkin saja mereka lagi khilaf." Carlota mendekat Kania, tapi seperti tadi Kania malah menghindar.

"Hentikan permainan drama kalian sekarang juga, karena kali ini kalian bertiga salah pilih lawan. Sekarang lihatlah permainanku, aku tidak sebodoh yang kalian pikirkan. Geby nyalakan proyektornya."

"Kania, apalagi yang ingin kamu lakukan? kita sudah kehabisan cara untuk membuktikan kecurangan mereka."

"Ikuti saja perintahku. Cepat nyalakan proyektornya."

Tanpa banyak bertanya, Geby langsung menghidupkan proyektor yang ada di samping komputer.

"Apa lagi yang ingin kamu buktikan Kania, percuma saja semua filenya sudah terhapus."

Tanpa Rika sadari dia membuka aibnya sendiri.

"Jadi benar apa yang dikatakan Kania kalau kalian telah menghapus file dalam komputer."

"Bukan itu maksud Tante Linda." Dengan wajah panik Rika mendekati Linda.

"Cukup Tante, pantasan selama ini setiap kali aku menanyakan soal keuangan restoran Tante selalu mengelak dan bilang yang tertera pada laporan bulanan itu yang reel, rupanya kalian telah memanipulasi semuanya."

"Kania cukup, kamu sudah menyebar beri bohong dan sudah memfitnah kami, sekarang kamu pergi dari sini." Rika menarik kasar lengan Kania.

"Tante, lepaskan Kania, biarkan dia membuktikan siapa diantara kalian yang berbohong disini."

"Tapi Linda?

"Cukup Tante, Kania lanjutkan tugasmu."

Kania kembali menghadap komputer dan mulai membuka sebuah situs dimana dia sempat menyimpan file itu di tempat aman sebelum Rika menyuruh anak buahnya untuk menghapusnya.

Proyektor menyala, tampak didinding ruangan semua penghasilan restoran dari dua tahun belakangan ini muncul.

"Bu Rika bagaimana ini? bisik Weni.

"Aku juga tidak tahu, kita sudah memandang remeh buruk rupa itu. Harusnya dari awal kita singkirkan dia dari sini sebelum semua ini terjadi. Tapi jangan kuatir kita masih punya seseorang yang bisa kita menyelamatkan kita."

"Siapa?

Rika menatap kearah Carlota.

"Kania, apa kamu bisa jelaskan semua itu."

Kania maju mendekat kearah dinding dimana cahaya proyektor menampilkan grafik pengeluaran, pemasukan dan keuntungan restoran.

"Coba kamu lihat grafik ini. Bulan ini harusnya mereka menyetor ke kamu lima sampai enam puluh juta, tapi mereka hanya menyetor setengahnya saja dan lebih parahnya lagi, tiga bulan belakangan ini mereka malah menguras modal utama restoran untuk mempercepat kebangkrutan restoran. Dari enam puluh juta mereka hanya menyetor dua puluh jutanya saja dengan dalih restoran sepi padahal disini bisa kita lihat pengunjung makin hari makin bertambah."

"Ternyata masalahnya ada pada kalian. Geby panggil satpam restoran dan suruh mereka menyeret lintah darat ini."

"Baik Bu Linda." Feby bergegas pergi meninggalkan mereka.

"Jaga ucapanmu Linda. Aku bukan lintah seperti yang kamu maksud, aku juga punya hak di sini. Ayahmu itu kakakku jadi wajar jika aku juga mengambil sebagian keuntungan restoran."

Linda mengerutkan dahinya dan tertawa sekencang mungkin.

"Ha..ha..ha...Percuma sekolah tinggi-tinggi tapi otak tidak kepakai. Ini restoran turun temurun dari ibuku bukan dari garis keturunan ayahku, jadi kalian punya hak dari mana coba."

"Linda-linda kamu itu anak kemarin sore. Ingat, dulu restoran ini hampir bangkrut kalau bukan Hamdi kakakku yang memodali mungkin restoran ini sudah tidak beroperasi lagi seperti sekarang ini."

"Dasar keluarga tidak tahu diri, bukanya kakakmu itu yang menghamburkan uang restoran ini, membiayai selingkuhannya dan keluarga kalian. Andai Almarhumah Tiara tidak kasihan padamu dan keluargamu itu mungkin kalian sudah jadi gembel. Oh ..sampai lupa jangan-jangan di balik kematian kakakku ada campur tangan kalian?

"Banyak bicara."

Rika mengangkat tangannya tapi dengan cepat Linda menangkap lalu memutarnya.

"Linda sakit." ringis Rika.

"Tahu sakit juga rupanya. Dulu kamu boleh menindasku tapi sekarang jangan harap."

Linda mendorong tubuh Rika hingga berbenturan dengan meja kerja.

"Ibu tidak apa-apa? Weni berlari membantu Rika berdiri.

"Seperti kamu lihat." balas Rika ketus.

Tidak lama kemudian Geby datang bersama dua orang satpam.

"Seret dia ke kantor polisi, pasti hidup mereka di sana bak neraka."

"Tunggu dulu Linda, satu orang lagi yang harus di seret agar restoran ini terbebas dari benalu liar. Pak seret juga perempuan berkepala dua itu." tunjuk Kania pada Carlota.

"Kania, selama ini aku baik padamu tapi kenapa kenapa kamu menuduhku sekejam ini. Linda tolong aku, jangan sampai mereka membawaku juga bersama mereka." Carlota menangis terseduh hingga membuat Geby tidak tegah melihatnya.

"Selama ini ibu Carlota baik sama kita, tidak mungkin beliau bersekongkol dengan mereka. Tolong Kania kita butuh orang seperti beliau di restoran ini."

"Kamu dan Linda itu terlalu baik hingga mereka memanfaatkan kebaikan kalian. Dulunya juga aku sama dengan kalian, percaya kalau ibu Carlota ini benar-benar baik, tapi setelah mendengar percakapan dia waktu itu di ruangan ini perasaanku berubah 180%, ternyata dia lebih bahaya dari kedua ular betina itu."

"Apa kamu ada bukti kalau aku bekerja sama dengan mereka, Linda tolong Saya."

"Semua bukti rekaman pembicaraan kalian ada disini, apa aku harus putar disini agar semua bisa mendengarkannya."

Kania menepuk-nepuk handphonenya di telapak tangan.

"Dasar buruk rupa. Selama ini aku telah mempersiapkan semuanya dengan rapi tapi kamu datang menghancurkannya dalam waktu sekejap. Rasakan ini."

Carlota menyerang Kania membabi buta, dengan cepat Kania menghindar dan memberi serangan balik.

Mata Geby melotot melihat gerak lincah Kania. Ada sekitar sepuluh menit pertempuran itu terjadi hingga Carlota kehabisan tenaga karena usia lanjut.

Kesempatan itu tidak disia-siakan Kania. Kania memegang lalu tubuh carlota dan membantingnya.

Plok...plok...plok...

"Kania hebat, Kania hebat." Geby begitu kegirangan melihat aksi Kania.