Nisa Si Janda Kembang

Setelah kejadian itu, Mariana mendekam dipenjara selama beberapa bulan. Dan Bima berusaha keras untuk membebaskan mereka dari sana. Perceraian Bima dan Mariam juga tak dapat dihindari. Hasil dari perceraian ini adalah kemenangan Mariam karena sebagian besar dari harta mereka sudah atas nama Mariam.

Mariam pun tersenyum puas atas kemenangannya. Kini dirinya menjalani hidup dengan damai bersama anak-anaknya yang bersekolah di luar negeri. Mariam pun meninggalkan Indonesia karena tak ingin melihat wajah mantan suaminya.

Lalu, Nisa menjalani hari seperti biasanya. Berkuliah, mengurus sawah dan ladangnya, serta aktifitas lain seperti biasanya. Nisa selalu pulang kampung setiap akhir pekan karena kampungnya tak begitu jauh.

Tapi, hidup Nisa masih belum tenang juga karena Sinta ibu tirinya terus menerornya. Sinta hari ini mendatanginya ke kampusnya dan mencoba mempermalukan Nisa.

"Nisa.. Kenapa kau melakukan ini pada ibumu.." ucap Sinta menangis.

"Pertama anda ibu tiriku yang tak menyayangiku, kedua yang memenjarakan Mariana nyonya Mariam bukan aku." ucap Nisa.

"Nyonya Mariam sudah pindah keluar negeri dan tak bisa dihubungi.. Bagaimana ibu hidup tanpa Mariana dan dirimu.. Huhuhu.." ucap Sinta akting menangis.

"Ibu, aku bukan pihak berwajib dan aku tak bisa membebaskan Mariana. Jadi berhenti mempermalukan diri ibu sendiri." ucap Nisa.

"Dasar anak durhaka dan tak tahu diri.. Ini balasanmu setelah kubesarkan sepenuh hati.??" ucap Sinta semakin drama.

"Kemana ibu saat orang-orang menuduhku pelakor atas tuduhan Mariana?? Ibu justru malah menyalahkanku kan? Jadi berhenti menggangguku.. Bebaskan sendiri anakmu dan apa yang terjadi pada Mariana bukan tanggungjawabku.. Dia sudah cukup besar untuk bertanggungjawab atas hidupnya." ucap Nisa dengan nada tinggi hingga semua orang melihatnya.

Orang-orang yang sudah tahu beritanya pun malah membicarakan Sinta yang mengganggu Nisa. Padahal Nisa adalah korbannya.

"Wah, padahal Nisa yang difitnah.."

"Benar, sampai Nisa dijuluki janda kembang kan itu ulah adiknya."

"Benarkah?? Wah jahat sekali.."

"Padahal anaknya yang berbuat onar, tapi kenapa Nisa yang disalahkan.. Dasar orang aneh."

"Benar, aku saja sudah lihat beritanya kalau adiknya yang ternyata pelakor.. Sungguh keluarga kejam."

"Diam kalian semua..! Yang jahat itu Nisa bukan Putriku..!" teriak Sinta.

"Dasar gila.." cibir semua orang.

Sinta pun pergi karena malu dan Nisa terus berjalan memasuki kampusnya dan beberapa orang menanyakan kabarnya setelah Sinta pergi. Nisa pun menjelaskan kalau mereka adalah ibu dan adik tirinya. Mereka memang suka melampiaskan emosinya pada Nisa yang tak bersalah.

"Nisa.." sapa Boby.

"Iya, ada apa?" tanya Nisa.

"Hanya menyapamu.. Habis ini mau kemana?" tanya Boby.

"Pulang ke rumah, lelah." ucap Nisa.

"Aku boleh ke rumahmu??" tanya Boby.

"Tidak, aku tinggal sendiri. Hanya teman wanita yang boleh mengunjungiku." ucap Nisa tegas.

"B-baiklah. Kalau jalan?" tanya Boby.

"Aku lelah Bob, kau tahu kan beberapa minggu ini aku sibuk kesana kemari..?" balas Nisa.

"Baiklah." ucap Boby.

Nisa pun berjalan meninggalkan Boby menuju ke kelasnya. Dan hari ini Luna absen karena ada acara keluarga. Nisa pun langsung pulang begitu kelasnya usai. Dirinya sudah ada janji untuk jalan berdua dengan Clara untuk pergi ke salon.

Clara pun berniat menghibur Nisa yang lelah menghadapi masalah yang ditimbulkan oleh Mariana.

Hingga akhirnya mereka pun ke salon bersama dan menjalani beberapa treatment rambut dan pijit. Nisa merasa tubuhnya benar-benar letih dan kaku. Tapi di tempat yang sama ada nyonya Nia istri dari Ben. Dirinya pun melihat dan mengenali Nisa dan Clara yang juga ada disana.

"Kalian rupanya." ucap Nia.

Keduanya pun membungkukkan badan memberi hormat.

"Sepertinya hidupmu baik-baik saja meski ada banyak masalah." ucap Nia.

"Tentu nyonya, apalagi aku tak bersalah." balas Nisa.

"Ya.. Hiduplah dengan damai, jangan sampai melibatkan perusahaan." ucap Nia.

"Iya nyonya." ucap Nisa.

Kemudian Nisa pun mengabaikan nyonya tersebut dan lanjut perawatan tubuh di salon tersebut. Clara sudah memperingatinya untuk berhati-hati pada nyonya Nia. Nisa paham dan akan menghindari mereka sekeluarga jika perlu.

Setelah selesai treatment, tubuh dan pikirannya kembali segar.

"Wah, rasanya segar sekali." ucap Nisa.

"Benar kan, makanya sesekali ikut aku." ucap Clara.

"Dan kali ini aku yang traktir.." ucap Clara.

"Baiklah, terimakasih Clara ." ucap Nisa.

"Sama-sama.."

"Habis ini kita makan yuk aku yang traktir." ucap Nisa.

"Baiklah.." balas Clara tersenyum.

Mereka akhirnya menghabiskan waktu bersama dan menghibur diri dari lelahnya aktifitas dan semua kejadian yang terjadi.

......

Di tempat lain, Mariana dan Bima pun dinyatakan bebas. Tapi sayang Mariana dan Bima putus, keduanya merasa merugi karena berhubungan dan ketahuan. Ini juga adalah langkah yang diambil Bima untuk memperbaiki nama baiknya di kantor.

Sementara Mariana, menang banyak karena menekan Bima dengan video mesum mereka. Mariana mendapatkan sejumlah uang dan apartemen. Tentu gadis itu bahagia putus dari Bima jika gantinya harta dan uang.

Sinta juga senang putrinya bebas dan mereka merayakannya dengan berlibur ke Singapura. Mereka berfoya-foya dan menghibur diri.

"Ibu, pasti ibu kesulitan." ucap Mariana.

"Tidak, ibu bahkan tak masalah diabaikan oleh Nisa." ucap Sinta.

"Apa?? Kakak mengabaikan ibu?? Berani sekali dia.." ucap Mariana.

"Sudahlah, ibu muak dengannya." ucap Sinta.

"Dia semakin sombong sejak jadi kaya." ucap Mariana.

"Iya, padahal berkat siapa dia bisa begitu." ucap Sinta.

"Sudahlah, lupakan Nisa dan kita liburan saja disini." ucap Mariana.

Begitulah ibu dan anak itu tiada hentinya menyalahkan Nisa dan Nisa. Mereka seakan tak bisa belajar introspeksi diri dari kejadian ini. Bahkan Mariana kini mencari target baru untuk dijadikan pria selanjutnya pengganti Bima.

.......

Sementara itu, Boby tengah merana karena Nisa terus-terusan mengabaikannya. Dan lagi Nisa sudah dengan tegas menolaknya. Hingga Boby mendatangi Mawar.

"Mawar, apa yang kau katakan pada Nisa hingga dia menolakku?" tanya Boby.

"Fakta, kalau keluargamu berbahaya." ucap Mawar.

"Ck.. Kenapa kau mengganggu kehidupanku bukannya membantuku??" tanya Boby.

"Kau pikir orang tuamu akan setuju?? Dan kau pikir Nisa akan baik-baik saja?? Aku mungkin terlihat jahat karena menjauhinya tapi aku tahu kalau Nisa akan jauh menderita jika ada di dekatmu." ucap Mawar.

"Kau sudah melewati batas sebagai sepupu.." ucap Boby.

"Ya.. Memang benar, aku tak ingin Nisa jadi korban orang tuamu. Aku tahu mantan kekasihmu Lisa dan apa yang terjadi padanya." ucap Mawar.

"Apa?? Apa maksudmu?" tanya Boby.

"Yah, sampai akhir pun kau tetap bodoh. Memangnya Lisa yang gadis miskin bisa pergi ke Amerika hanya karena beasiswa?? Itu campur tangan ayahmu." ucap Mawar.

"Jadi.."

"Baru sadar?? Sudahlah Boby, kau itu terlalu naif, dan Nisa akan tambah menderita jika berhubungan denganmu." ucap Mawar.

"Kenapa kau baru bicara sekarang??" tanya Boby.

"Karena aku baru tahu kabarnya beberapa bulan lalu lewat temanku." ucap Mawar.

"Ck.. Menyebalkan..!" gerutu Boby.

"Dan baguslah, jika Nisa tak punya rasa untukmu. Nisa sudah cukup malang dengan hidupnya.." ucap Mawar.

"Kenapa kau peduli padanya padahal menjauhinya selama ini??" tanya Boby.

"Karena aku masih punya nurani dan Nisa tak pernah berbuat buruk padaku." ucap Mawar lalu pergi meninggalkan Boby yang merenung di taman rumahnya.

...----------------...