"Kamu kenal dengan saya?" tanya Kapten Zayden Khaled kepada gadis itu seraya menatapnya tajam
"Iya,kamu sepupu satu kali saya,kamu anak dari Puang Dewi Anjani,adik Bapak saya,jadi kita bersepupu kan" jawab Ayra tanpa ragu
"Kalau sudah tahu sepupu,kenapa masih mau menikah? kamu memang cinta sama saya?" tanya Zayden Khaled lagi
"Tidak ji,saya tidak cinta sama kamu,tapi Puang Dewi Anjani yang mau,jadi saya menuruti saja" jawab Gadis itu lagi
Zayden Khaled hanya menarik nafas panjang dan mengusap wajahnya dengan kasar.
Ayra Mikayla gadis yang cantik itu fakta yang tidak bisa dipungkiri,tapi jika harus membayangkan menikahi adik sepupunya sendiri,membuat Zayden Khaled pusing. dia frustasi dengan keputusan sang Mama tercinta,tapi apa daya dia, apa yang menjadi keinginan Mamanya itulah yang akan terjadi.
"Bagaimana dengan Emiliana,apa yang harus kusampaikan kepadanya" gumam Zayden Khaled
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon snow white, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 8
Sudah lewat seminggu sejak Ibu Dewi Anjani dan Bapak Malik Maulana berangkat ke Tanah Suci Mekkah.
Ayra di rumah ditemani Wa' Tati dan Pak Akbar, Zayden yang juga pulang saat libur akhir pekan.
Jam menunjukkan pukul enam pagi, Ayra nampak memasak pisang goreng di dapur. Zayden belum keluar kamar sejak semalam pulang dari asrama.
"Wa' Tati,Kak Zayden belum keluar kamar memang dari tadi?" tanya Ayra
"Iya belum pi' ada saya lihat,biasa itu kalau hari minggu begini,pagi-pagi pergi mi' lari-lari na' kelilingi ini kompleks rumah" jawab Wa' Tati
"Kira-kira kalau dibangunin,marah gak ya?" ucap Ayra lagi
"Coba aja... tapi Nak Zayden gak suka marah-marah kok itu,paling na' lempar ki' bantal... hehehe..." ledek Wa' Tati
"Yaaa itu yang bikin takut Wa'..." ucap Ayra
Sesaat kemudian
"Ayra..." sebuah suara mengejutkan mereka
Bersamaan mereka menoleh ke arah suara tersebut.
"Kak Zayden..." ucap Ayra yang kaget melihat wajah pucat Zayden yang berkeringat
"Tolong ambilkan air putih,saya haus..." ucap Zayden pelan seraya duduk di kursi meja makan dan merebahkan kepalanya
"Kenapa ki' Nak Zayden,sakit ki' kah?" tanya Wa' Tati
"Hhhmmm... berat kepalaku Wa'" gumam Zayden
"Ini air hangat kak,minum ki' pelan-pelan dulu" ucap Ayra seraya meletakkan segelas air putih dihadapan Zayden
Zayden pun meminum air itu sampai habis.
"Mau ki' makan dulu kah? ada pisang goreng ini, nanti kubikinkan ki' teh hangat" tanya Ayra lagi
"Boleh,bawa ke kamarku ya nanti,saya mau baring lagi,sakit kepalaku" ucap Zayden lalu beranjak kembali ke kamarnya dengan gontai.
Ayra memasak bubur untuk Zayden. setelah semua siap,Ayra pun membawa makanan itu ke kamar Zayden
"Kak Zayden,boleh ka' masuk?" tanya Ayra
Tapi tak ada jawaban dari dalam,setelah beberapa saat,akhirnya Ayra memberanikan diri mendorong pintu yang sudah nampak terbuka sedikit itu.
Saat masuk kedalam,nampak Zayden tertidur tengkurap diatas tempat tidur.
Ayra pun meletakkan makanan itu diatas meja dan mendekati Zayden pelan-pelan,dan merabah jidat Zayden
"Subhanallah panas sekali badan ta' Kak Zayden" gumam Ayra
Tiba-tiba tangan Ayra tertarik dan tubuh yang mungil itu melayang keatas tempat tidur.
"Aaahhh... Kak Zayden..." seru Ayra
"Astaghfirullah Ayra... maaf,Kakak mimpi,Kakak berasa sedang latihan beladiri Ayra,maafkan Kakak, sakit ki'?tangan ta'? kepala ta'?" tanya Zayden
Tanpa sadar posisinya masih disisi Ayra dengan kakinya diatas kaki Ayra.
"Kak... pindah ki'..." seru Ayra berusaha menarik tangannya dan berontak dengan wajah merona
"Ohhh... Astaghfirullah... Maaf Ayra... Maaf..." ucap Zayden lagi refleks melompat ke lantai
Ayra salah yang salah tingkah dibuatnya terus menundukkan kepalanya.
"Mari sini... Kakak bantu ki'" ucap Zayden seraya mengulurkan tangannya kearah Ayra
Namun Ayra buru-buru bangun sendiri dan melangkah keluar dari kamar Zayden.
"Itu makanan ta' Kakak,segera dimakan ya,mumpung masih hangat" ucapnya lalu menghilang dari balik pintu
"Mampus... kalau Puang Dewi Anjani sampai tahu,bisa dijadikan hewan kurban saya" ucap Zayden seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal
Malam hari,Ayra masih membaca Alqur'an setelah shalat maghrib. terdengar pintu kamarnya diketuk pelan.
"Ayra..." panggil Zayden
Ayra pun bangkit dan membuka pintu.
"Sudah ki' shalat?" tanya Zayden
"Sudah Kak,sisa tunggu shalat isya ini" jawab Ayra
"Hhhmmm... abis shalat isya,bisa temani Kakak ke acara nikahan teman Kakak kah? dekat ji', kita sebentar aja di sana" ucap Zayden
Ayra nampak berpikir sejenak.
"Kenapa? tidak bisa ki'?" tanya Zayden lagi
"Hhhmmm... bisa,tapi itu Kak,jangan ki' naik motor lagi yaaa,bisa gak?" ucap Ayra ragu-ragu
Membayangkan harus memeluk Kakak sepupunya diatas motor seperti kemarin itu membuatnya trauma.
"Hahaha... kenapa,takut ki' saya ngebut lagi? itu belum di Pesawat tempur nya Ayra" ledek Zayden
"Haaa...?!" ucap Ayra dengan ekspresi kaget
Zayden kembali tertawa melihat ekspresi Ayra.
"Kakak tunggu ya,abis kamu shalat isya langsung siap-siap ki'" ucap Zayden seraya berlalu
Setelah tiga puluh menit menunggu, Ayra pun keluar dari kamarnya. dengan baju gamis trendi warna lilac dan hijab agak panjang berwarna orchid dusk,membuat penampilan Ayra sangat anggun,mewah dan elegan,dengan riasan make up yang minimalis tapi tetap kelihatan cantik alami paripurna.
Zayden sampai tertegun saking terpesonanya melihat kecantikan alami Ayra.
"Kak... sudah ini" ucap Ayra
"Eehh... Ohhh... oke,ayo mi' kita naik mobilnya Etta'" ucap Zayden seraya beranjak
Bukan tanpa sebab,Zayden nekat mengajak Ayra, karena digrup SMA nya sudah terpasang taruhan, jika ada yang datang sendiri tanpa membawa pasangan,maka akan dihukum mentraktir seluruh penghuni grup SMA itu.
Zayden malas harus keluar uang sampai jutaan jika sampai kalah. Emiliana sedang diluar negeri, jalan aman satu-satunya ya mengajak Ayra saja.
Mereka pun tiba di Hotel tempat terlaksananya acara pernikahan itu. sudah ramai teman-teman Zayden yang datang.
"Wuihhh... Pak Kapten... gandengan baru nih... yang kemarin mana?" ledek teman-temannya
"Diam ko' semua disitu" ucap Zayden seraya menggandeng tangan Ayra masuk
"Sejak kapan Emiliana pakai hijab panjang begitu" bisik teman perempuan Zayden lalu memotret Zayden dan Ayra
"Sepertinya bukan Emiliana,cewek baru na' Pak Kapten sepertinya itu" bisik teman yang satunya lagi
Ayra menggenggam erat tangan Zayden.
"Kak... malu ka'..." bisik Ayra
Zayden bisa merasakan tangan Ayra yang dingin.
"Tenang saja,tidak berani ji' itu teman-teman ku ajak ki' kenalan,disini saja disampingnya Kakak" ucap Zayden
Ayra pun terus berdiri disamping Zayden hingga mereka pulang ke rumah.