Oh My Boss

Nayla memicingkan matanya saat melihat Aiko berdandan rapi. Lantas ia bertanya mau kemana Aiko. "Idih cantik amat, mau kemana?" tanya Nayla.

Aiko berdiri di depan cermin dengan wajah ceria. Sudah lama ia tak berdandan anggun seperti itu. Ia tersenyum penuh kebahagiaan. Dan berkata di dalam hatinya, "ternyata aku cakep juga."

"Mau kemana sih?" tanya Nayla lagi. Ia juga memuji kecantikan Aiko yang memakai dress berwarna hijau muda lebih ke warna mint. Dengan riasan tipis tapi terlihat begitu cantik.

"Ke pesta ulang tahun Dewi, yang hari ini adain ulang tahun di hotel kita." jawab Aiko masih menatap cermin besar di depannya.

"Sama pak Arshaka?" Aiko menganggukan kepalanya dengan cepat.

Bersamaan dengan pertanyaan Nayla tersebut. Suara mobil Shaka terdengar dari dalam rumah mereka. Shaka sengaja membunyikan klakson mobilnya, untuk memberitahu jika dia sudah menunggu Aiko di depan rumah.

"Aku pergi dulu ya!" Aiko segera mengambil tas yang ada di meja. Ia berpamitan kepada Nayla.

"Yup, have fun!" seru Nayla. Malam ini dia tidak memiliki agenda apapun. Selepas Aiko pergi, ia segera masuk ke kamarnya.

Aiko berjalan dengan terburu-buru. Ia bahkan sering tergelincir karena saking terburu-burunya. Beruntung kakinya masih bisa stabil. "Maaf ya pak nunggu lama." katanya sembari membuka pintu mobil Shaka.

Namun, Shaka tidak menjawab. Ia hanya terus menatap Aiko dengan lekat. Bibirnya yang merah mulai mengembang. Shaka terpana melihat kecantikan Aiko. Sungguh tak menyangka jika Aiko ternyata begitu sangat cantik walau hanya memakai riasan tipis. Namun, bukan itu yang membuat Shaka terpukau. Ia melihat Aiko yang nampak anggun mengenakan dress berwarna mint selutut. Kulitnya yang putih benar-benar terlihat begitu mulus. "Kamu cantik banget." gumam Shaka masih terpana.

Mendengar pujian Shaka, justru membuat Aiko menjadi salah tingkah. Ia menutup lututnya dengan tas yang ia pegang. Ia merasa terlalu terbuka di depan Shaka. "Maaf pak kalau pakaianku tidak sopan, aku bisa ganti kok." ia hampir membuka pintu mobil kembali.

"Nggak perlu." Shaka dengan cepat menahan Aiko.

"Kamu terlihat anggun pakai itu." imbuh Shaka.

"... Makasih pak.." Aiko menggigit bibir bawahnya. Ia mencoba mengatur irama detak jantungnya yang berdegup kencang.

"Kita berangkat sekarang!" kata Shaka yang langsung di sambut anggukan kepala oleh Aiko.

"Pak, nanti berhenti di toko dekat hotel ya? Aku belum beli kado buat bu Dewi." kata Aiko.

Akan tetapi, Shaka segera menunjuk ke kursi belakang. Disana ada dua buah bingkisan yang sepertinya kado. Ternyata Shaka sudah menyiapkan semua untuk Aiko.

Terdengar hembusan nafas ringan. Sepertinya Aiko merasa lega karena Shaka telah menyiapkan semua untuk dia. "Makasih pak. Nanti aku ganti, potong aja dari gajiku." kata Aiko.

Seketika Shaka menoleh, menatap Aiko. Ia nampak tak suka dengan perkataan Aiko.

Tak lama mereka sampai di hotel. Keduanya segera menuju hall tempat acara ulang tahun Dewi dilaksanakan. Shaka bahkan meminta Aiko untuk menggandeng tangannya. Awalnya Aiko ragu-ragu, tapi kemudian ia yakin meraih tangan Shaka. Baik wajah Aiko dan Shaka nampak bahagia.

Tetapi, kebahagiaan itu hanya sementara. Begitu melihat Shaka, Dewi segera berlari menghampirinya. Bahkan ia dengan sengaja memisahkan tangan Aiko di lengan Shaka. "Kamu datang? Aku seneng banget.." katanya sembari menarik tangan Shaka.

Shaka yang merasa risi berulang kali melepaskan tangan Dewi. Ia bahkan mencari Aiko yang terpaku di tempat. "Ayo Ai!" serunya.

Seketika Aiko tersadar dari lamunannya. Ia tersenyum kecil, ya, ia menyadari posisinya. Ia pun segera mengikuti Shaka dan juga Dewi. Tersenyum sinis melihat Dewi yang terus menggandeng tangan Shaka. Membuat beberapa orang berbisik mengenai hubungan mereka.

Dewi mengajak Shaka menemui papanya yang juga menghadiri ulang tahun anak perempuannya. "Pa, ini Shaka." kata Dewi.

"Iya, papa tahu. Waktu itu kita udah ketemu kan Ka?" Shaka hanya menganggukan kepalanya.

"Oh, hai, kamu assisten Shaka kan?" Badri menyapa Aiko yang berjalan mendekat. Ia menatap Aiko yang terlihat begitu cantik. Badri tersenyum penuh arti. Seperti seorang lelaki mata keranjang, ia menatap Aiko penuh keanehan. Ia bahkan mengedipkan matanya kepada Aiko.

Tentu saja Aiko langsung mengalihkan pandangannya. Ia sangat tahu maksud dari tatapan aneh Badri. Ia pun segera mundur agak menjauh. Namun, sebelum ia menjauh, Aiko memberikan hadiah yang ia bawa ke Dewi.

"Selamat ulang tahun bu Dewi." kata Aiko.

"Em,, makasih Ai.." Dewi menerima hadiah dari Aiko itu dengan senang hati.

"Ini kado kamu buat aku?" tanya Dewi ke Shaka saat melihat Shaka membawa bingkisan juga.

Shaka menganggukan kepalanya. Ia kemudian memberikan hadiah itu untuk Dewi. Tentu saja Dewi merasa sangat senang. Ia menerima hadiah itu dengan sangat bahagia. "Makasih ya Ka.. Makasih pacarku." kata Dewi yang membuat Shaka terkejut. Ia menatap Dewi dengan tajam.

"Pacar bohongan.." bisik Dewi sembari tersenyum.

"Selamat ulang tahun sayank.." tiba-tiba seorang pria berpakaian rapi masuk ke hall itu. Ia membawa buket bunga besar.

"Roy?" Dewi ketakutan dan bersembunyi di belakang Shaka. Dengan cepat Shaka melindunginya dengan tangannya.

"Ngapain kamu kesini?" tanya Dewi masih ketakutan.

"Tentu saja untuk merayakan ulang tahun kamu, sayank.." Roy semakin mendekat. Shaka menghadap Roy dengan tangannya.

"Minggir!" kata Roy menahan rasa kesal.

"Nggak. Aku nggak akan biarin kamu sentuh pacar aku!" kata Shaka yang membuat semua orang di tempat itu membulatkan matanya, termasuk Aiko.

"Heh denger, aku nggak akan lepasin Dewi. Dia cuma milik aku!" seru Roy mulai terpancing.

"Aku juga nggak akan lepasin dia." jawab Shaka dengan santai.

Roy tak bisa menahan amarahnya. Dia mulai memukul Shaka dan membuat kericuhan. Shaka membalas, Roy kembali memukul. Sampai akhirnya Dewi harus melerai mereka, eh siapa sangka justru Dewi kena pukul Roy.

"Akh.." seru Dewi kesakitan.

"Maaf sayank, aku nggak sengaja." kata Roy. Ia juga kaget karena pukulannya justru mengenai Dewi.

Shaka pun menjadi marah. Ia menghajar Roy terus menerus. Sampai akhirnya mereka dipisah oleh pihak keamanan. Badri meminta pihak keamanan untuk mengusir Roy.

Shaka pun segera membawa Dewi ke tempat duduk. Ia mengobati luka Dewi akibat pukulan Roy. Melihat sikap Shaka itu, semua orang mengira jika Shaka dan Dewi beneran pacaran.

Sama dengan apa yang Aiko pikirkan. Ia terus menatap Shaka yang sedang mengobati luka Dewi. Bahkan Dewi juga memeluk Shaka. "Ka, aku takut."

"Udah nggak apa. Ada aku." kata Shaka mencoba menenangkan Dewi. Tapi, itu justru membuat hati Aiko sakit.

Aiko hanya tersenyum tipis. Ia pun segera meninggalkan tempat tersebut tanpa berpamitan. Aiko berjalan keluar hotel dengan hati panas. Karena ingin cepat meninggalkan tempat yang membuatnya sesak itu. Aiko melepas sepatu hak tingginya. Ia keluar tanpa memakai alas kaki. Beruntung tak lama ia mendapat taksi, dan segera pulang dengan perasaan campur aduk. Tapi setidaknya dia bisa bernafas.