MULAN, JIWA YANG TERLAHIR KEMBALI

"Awas kau Mu lan..!!" ucap Malik dengan gigi bergemerutuk, menahan rasa sakit dan malu. Sorot matanya tampak berbahaya dan mengancam.

Sejak bertemu dengan Malik, suasana hati Mulan menjadi buruk.

Dan sekarang kesabarannya kembali di uji, karena ada pihak lain yang tiba-tiba ingin bersaing dengan dirinya, untuk berebut mendapatkan pabrik tekstil.

Sebelumnya tidak ada pihak yang tertarik dengan pabrik bangkrut dan gulung tikar ini. Makanya Mulan, memutuskan untuk membelinya. Selain tempatnya dekat dengan pabrik textile pertamanya, Mulan juga ingin membantu para pekerja, agar tidak kehilangan pekerjaan dan mata pencaharian.

Tapi apa yang terjadi sekarang?, mereka ingin bersaing dengannya?. Kalau tau begini, Mulan tidak akan membuang-buang waktunya untuk datang ke tempat ini.

"Saya mundur." ucap Mulan dengan senyum tipisnya, yang terlihat tanpa beban dan tanpa penyesalan sedikitpun.

"Lebih baik jika bisa menukarnya dengan sesuatu." ucap Mulan dalam hati. Kemudian mengingat bagaimana mudahnya Dia mendapatkan rumah dan pabrik tekstil dari kluarga Chu.

Asal tau saja, Mulan sekarang menjadi sosok yang sangat pemalas. Apalagi jika harus bersaing dan memperebutkan pabrik bangkrut seperti ini.

Lebih baik memperbanyak membeli tanah saja, atau membangun pabrik sendiri lagi, jika mau.

Jangan lupakan proyek pembangunan apartemen, dan perumahan miliknya juga sudah berjalan.

Semua mata langsung tertuju pada Mulan.

"Karena tuan William dan tuan Aron sangat berminat dengan pabrik ini, maka saya lebih baik mundur." ucap Mulan sebelum pemilik pabrik sebelumnya, mengeluarkan suara.

"Bagaimana reaksi tuan, kalau tau nona Mulan tidak terlalu menginginkan pabrik ini?" Aron menatap Mulan dengan tatapan yang entahlah.

Pria itu baru sampai di jakarta pagi tadi. Kemudian langsung mendapat tugas ke bandung, untuk membeli pabrik tekstil. Selain lelah, Aron juga kesal.

"Imut sekali." gumam Pria bernama William.

Sedari awal Mulan memasuki ruangan, matanya tertuju pada satu obyek, yaitu Mulan. Jangan lupakan bibirnya yang terus tersenyum, memberikan kesan menyebalkan bagi Mulan.

"Kalau begitu, kami izin undur diri dulu. Permisi tuan-tuan." ucap Adipati, setelah menangkap kode dari mata Mulan.

Adipati, pria berusia 28 tahun, yang sekarang menjadi asisten Mulan. Adipati merupakan keponakan dari pak Thomas, pengacara sekaligus orang kepercayaan Mulan. Sudah tiga tahun ini, pria berkaca mata itu bekerja menjadi asisten Mulan.

"Tapi nona, tuan..." pria dengan perut buncit, yang merupakan pemilik pabrik, mencoba menghentikan Mulan. Sorot matanya menyembunyikan kekhawatiran dan kelicikan.

Dia beranggapan, dengan adanya Mulan di sana, yang bersaing bersama dua pihak lain. Maka dia bisa mendapatkan harga yang tiga kali lipat lebih tinggi.

Mulan dan Adi tidak berniat menghentikan langkahnya. Mereka merasa sangat dirugikan. Karena pemilik sebelumnya sudah berjanji, akan menjual pabrik tersebut kepada pihak Mulan. Tapi ternyata pemilik mengingkari janjinya, dengan menerima tawaran dari pihak lain.

"Tunggu." William, pria itu sedikit mempercepat langkahnya untuk mengejar Mulan.

"Nona Mulan, bisa minta waktunya sebentar?" tanya William, setelah berada di dekat Mulan. Jangan lupakan senyumnya yang tidak pernah luntur.

"Maaf tuan. Tidak bisa." ucap Mulan yang tidak ingin berbasa basi dengan pria bernama William.

"Permisi." ucap Mulan lagi, kemudian masuk kedalam mobil.

Adi menganggukan kepalanya sedikit kepada William, kemudian segera masuk ke dalam mobil.

"Aku menyukainya." gumam William, setelah mobil yang di kendarai Adi, menjauh.

Bibirnya yang tadi terus tersenyum, kini di gantikan dengan seringai misterius. Matanya menyipit, penuh perhitungan.

"Kamu yakin, ingin menyerah?" tanya Adi saat mereka berdua sudah di dalam mobil.

"Tentu saja. Untuk apa bersaing dengan mereka. Toh tujuan mereka, sengaja melakukan ini, untuk mempermainkan pihak kita (aku)." ucap Mulan dengan sedikit sinis.

"Entah apa tujuan pria bernama William tadi. Tapi, yang pasti dia bukan orang yang mudah di tangani. Lebih baik tidak berurusan dengannya."

"Untuk pria bernama Aron. Heh. Aku sudah tau siapa orang di belakangnya." ucap Mulan dengan nada mencemooh.

Perusahaan mereka bergerak di bidang otomotif. Untuk apa mereka repot-repot mengurusi pabrik tekstil. Apa mungkin mereka juga ingin berkecimpung ke dunia perkainan.

"Sepertinya tuan William, jatuh cinta pada pandangan pertama, padamu." ucap Adi pelan, dengan mata yang terus fokus pada jalanan.

"Jangan membicarakan cinta cintaan kepadaku !!" ucap Mulan, dengan malas.

"Besok minta orang mencarikan tanah dan lahan persawahan, yang di jual. Kalau cocok dan tidak bermasalah, langsung beli." imbuhnya lagi, kemudian bersandar pada kursi, dan memejamkan matanya.

Adi melirik sekilas ke arah Mulan, yang mencoba untuk tidur.

"Baik nona." jawabnya singkat, kemudian kembali fokus menyetir.

"Sepertinya dia ingin menjadi juragan tanah." ucap Adi dalam hati, karena selama dia bekerja, dia sudah sering kali mengurusi pembelian tanah dan sawah, di beberapa tempat.

...----------------...

Di belahan dunia lain.

"Tuan." ucap seorang pria, kemudian memberi hormat kepada tuan di depannya.

"Seorang pelayan yang bertugas membawakan makanan untuk orang itu, kembali di temukan tak bernyawa." lanjutnya dengan nada biasa saja. Karena hal ini sudah sering terjadi.

"Ikat dan kurung kembali. Cari pelayan yang memiliki kemampuan, untuk menjaga kediaman orang itu." jawab seorang pria yang di panggil tuan.

...----------------...

Di kediaman Abraham. Nyonya Abraham terlihat mondar mandir dengan rona kecemasan memenuhi wajahnya.

"Kita harus bisa membawa cucu kita kesini, pih."

"Pikirkan caranya dong pih. Jangan diam terus. Mami pusing nih." keluh nyonya Abraham pada suaminya.

"Huh, papi juga nggak tau mih." ucap tuan Abraham, yang belum menemukan sebuah ide pun.

"Kalau begitu, kita langsung datang ke rumah wanita itu saja, pih." ucap nyonya Abraham bersemangat, sepertinya dia menemukan sebuah ide.