Kisah Cinta Devanno dan Paula tidak berjalan mulus. Sang mama tidak setuju Devanno menikahi Paula yang bekerja sebagai waiters di sebuah diskotik. Sang mama berusaha memisahkan Devanno dan Paula. Ia mengirim Devanno ke luar negri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ara julyana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab: 8
Paula dan Devano masih berdiri di depan diskotik yang mulai sunyi itu. Mereka berdua masih berdebat dan saling mengutarakan pendapat masing-masing.
"Sayang, kenapa kamu jadi pesimis begini?" Devano menghela nafas.
"Bukan aku yang pesimis mas, tapi ini kenyataan yang harus kita terima," Devano mau menjawab bantahan Paula, tapi tidak jadi. Karena dari samping gedung tempat mereka berdiri muncul seseorang yang naik sepeda motor.
Sepeda motor itu berhenti di dekat Devano dan Paula yang sedang berdiri.
"Mbak Paula ya yang tadi pesan ojek?" tanya pria itu yang ternyata seorang driver ojek online yang tadi sempat di pesan Paula dari aplikasi ojek online di ponselnya.
"Tidak jadi mas, saya yang akan mengantar pacar saya pulang," ucap Devano seraya mengulurkan uang seratus ribuan pada driver ojek online itu.
"Cancel saja!" lanjut Devano lagi.
Driver itu mengangguk kemudian pergi meninggalkan mereka berdua.
Paula diam saja sampai driver ojek online itu pergi.
"Kamu memaksakan kemauanmu sendiri mas!" kesal Paula.
"Terserah kamu mau mengatakan apa, ayo kita pergi. Lihat tuh security nya sudah mau menutup pagar," Devano menarik tangan Paula.
Dan apa boleh buat, Paula terpaksa mengikuti Devano masuk ke dalam mobilnya. Setelah itu Devano melajukan mobil nya ke jalanan yang saat itu sudah sepi.
Malam memang sudah bergulir menuju dini hari. Perjalanan mereka sangat lancar. Ini adalah hal yang tidak mungkin terjadi pada saat siang hari di kota Jakarta yang terkenal macet. Maka nya dalam waktu yang singkat mereka sudah sampai di rumah Paula.
"Terimakasih mas, ku harap besok-besok kamu nggak perlu nganterin aku pulang lagi," ucap Paula begitu kakinya melangkah turun dari mobil.
"Lihat saja nanti, aku minta air hangat dulu ya sebelum pulang" Devano menjawab pelan, lalu ikut turun menyusul Paula setelah ia mengunci mobilnya.
Hal semacam ini udah sering terjadi. Begitu tiba di rumah Paula, Devano meminta minum dulu baru kemudian ia akan pulang.
Sering kali, Ibu Paula ikut menemani jika kebetulan wanita itu terbangun karena mendengar suara Paula yang baru pulang kerja.
Tapi kali ini Paula merasa keberatan Devano singgah ke rumahnya.
"Nggak baik seorang pria berada di rumah seorang gadis di jam-jam seperti ini mas, kalau kamu mau minum carilah cafe atau restorant yang masih buka!" Paula sengaja membuat alasan agar Devano segera pergi meninggalkannya.
"Aku ingin minum teh hangat buatanmu," Devano tak mau mengalah.
"Kamu mengada-ngada mas," Paula menggerutu.
"Demi untuk bisa lebih lama duduk bersama gadis yang ku cintai, aku nggak keberatan kamu tuduh mengada-ada!" Sahut Devano dengan tetap melangkah di samping Paula.
Sementara itu, Paula yang memang pada dasarnya masih sangat mencintai Devano terpaksa membiarkannya.
Tapi saat baru saja mereka berdua masuk ke dalam rumah, tiba-tiba Paula berubah pikiran.
"Mas, apa nanti yang tetangga pikirkan jika ada orang yang melihatmu disini, saat ini bukan waktunya orang bertamu. Pulang lah mas, besok saja kamu ke sini lagi," kata Paulan dengan ragu.
Devano menatap Paula dengan tatapan tajam.
"Sejak kapan kamu mempermasalahkan hal-hal yang selama ini nggak jadi masalah di antara kita. Dan bagaimana aku harus percaya sama mu yang menyuruhku datang besok, sementara belakangan ini kamu sengaja menghindariku!" ucap Devano.
"Aku hanya ingin tenang mas!" kata Paula serius.
"Jadi kehadiranku disini membuatmu nggak tenang?"
"Bukan begitu maksudku, aku hanya ingin menghindari omongan orang," Paula menatap Devano dengan mata lelahnya.
"Kalau begitu, panggil lah ibumu keluar, pasti beliau mau menemaniku minum teh hangat dengan senang hati. Karena aku yakin, sekarang ini pasti ibumu sudah terbangun mendengar suara kita berdebat!" kata Devano yang keras kepala.
Paula terdiam begitu dia teringat ibunya.
"Sayang, ajak lah tante Mirna keluar menemani kita," Devano mengulangi perintahnya.
Paula menarik nafas panjang lalu membuangnya cepat.
"Baiklah mas, aku jujur..., ibu dan adik ku lagi nggak ada di rumah sekarang. Mereka lagi pulang kampung ke Surabaya karena ada kerabat kami yang mengadakan pesta dan ibu harus datang," jelas Paula.
"Lalu?" Devano menaikkan kedua alisnya.
"Ya karena itulah aku memintamu pulang dan nggak berlama-lama disini karena kita hanya berdua saja nggak enak kalau di lihat orang mas."
"Kalau begitu biar aku menemanimu malam ini."
"Gila kamu mas, bukannya punya pengertian terus pulang, malah mau menemaniku," Paula menjadi marah mendengar keinginan Devano yang ingin menemaninya.
"Apakah ada tetangga yang tahu kalau tante Mirna dan Vania keluar kota?" Devano kembali menanyakan tentang Ibu dan adiknya Paula.
"Enggak, soalnya mereka perginya kemarin pagi tetangga masih pada tidur, tiket busnya berangkat pagi."
"Bagus lah kalau begitu!"
"Apanya yang bagus mas?" Paula yang merasa heran menaikkan kedua alisnya.
"Bagus begini sayang," Devano menarik tangan Paula dan merengkuh gadis itu dalam pelukannya.
Paula yang terkejut langsung meronta untuk melepaskan dirinya dari pelukan Devano.
Tapi perlawanan yang di lakukan Paula semua sia-sia belaka. Karena Devano tidak memberikan kesempatan untuk gadis itu melepaskan diri darinya.
Devano menciumi Paula dengan membabi buta.
"Paula sayang, aku sangat mencintaimu dan nggak mau kehilanganmu," Desah Devano di telinga gadis itu sambil terus menciumi wajah dan bibir gadis itu dengan bibirnya.
"Mas, sadarlah," Paula berusaha bicara di sela-sela bibirnya yang terus di lumat oleh Devano.
Perlawanannya pada perlakuan Devano tiba-tiba melemah, kala pria itu terus menghujami nya dengan ciuman di bibir dan lehernya. Jantungnya berdebar-debar dan mulai menghilangkan akal sehatnya.
Devano tidak menanggapi perkataan Paula. Tangannya yang mulai nakal, sibuk menggerayangi tengkuk dan punggung Paula melalui bagian belakang leher gaunnya.
"Mas, hentikan!" bentak Paula yang akal sehatnya mulai kembali.
"Hush!! jangan berisik! aku nggak mau ada yang menghentikan kemesraan ini," Devano berbisik dengan suara serak.
"Mas, aku serius! berhentilah. Jangan memaksaku seperti ini mas," bentak Paula dengan suara yang lebih pelan dari sebelumnya.
Mendengar ucapan Paula, Devano mulai melonggarkan pelukannya. Matanya yang sayu menatap mata Paula dengan tatapan memohon.
"Paula, jawab jujur pertanyaanku sebelum aku melepaskanmu dari pelukanku," ucapnya.
"Pertanyaan apa?"
"Apakah kamu masih mencintaiku?"
Paula tidak menjawab pertanyaan Devano. Dia diam dan membisu membuat Devano mengulangi pertanyaannya lagi.
"Jawablah sejujurnya Paula, apakah kamu masih mencintaiku?"
Paula menarik nafas panjang. Matanya menyiratkan rasa lelah yang sepertinya sudah dia tahan sejak kemarin. Keinginannya untuk menyudahi hubungannya dengan Devano kemarin-kemarin banyak menyita pikirannya sehingga ia begitu lelah berpikir.
"Pertanyaanmu itu nggak ada hubungannya dengan permintaanku tadi mas," sahut Paula setelah ia lama terdiam.
"Siapa bilang nggak ada hubungannya, justru pertanyaanku sangat berhubungan dengan semua itu maka cepatlah jawab Paula."
"Kamu memang suka memaksakan keinginanmu sendiri!" Gerutu Paula.
"Memang! makanya cepat jawab! Apakah kamu masih mencintaiku Paula?" Devano terus mengulangi pertanyaan yang sama.
"Apa itu perlu ku jawab mas?" Paula masih mengelak.
"Sangat perlu. Karena jawabanmu lah yang akan menentukan keputusan yang akan ku ambil. Yaitu melepaskanmu dari pelukanku atau tidak."
"Maksudmu apakah kamu akan segera keluar dari rumahku kalau pertanyaanmu susah ku jawab?"
"Mungkin!"
To by continued...
Jangan lupa like, komen, subscribe dan bintang limanya....
Terimakasih🙏🙏🙏
❣️❣️❣️
Semoga Paula bisa melewati masalah ini. Hrus bgt di support keluarga sih....
tidak semua waitress club malam itu berstatus wanita gampangan....keren....
Poor girl. Semoga Paula ttap bisa mmpertahankan bayinya. Tapi aku takut ngebayangin gimana reaksi ibunya Paula...
Ingat ya kamu habis ngapain sama Paula !! Jgn habis manis, sepah dibuang 😤😤