NovelToon NovelToon
Shortcoming

Shortcoming

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Balas Dendam / rumahhantu / Akademi Sihir / Persahabatan / Romansa
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Kravei

Istana dan dunia istimewa. Semuanya immortal, kuat dan ajaib, tapi dunia itu hanya ada di dalam mimpi. Itu yang Layla yakini sedari awal mimpi buruk menghantuinya.

Di mimpi itu, dia mengenal Atoryn Taevirian, pemuda yang tengah patah hati dan mulai kehilangan akal sehat. Dia membenci ayahnya yang telah membunuh perempuan yang dia cintai. Dia membenci semua orang yang tidak ada kaitan dengan kematian Adrieth bahkan Layla yang hanya bisa melihatnya dari kejauhan.

Atoryn menakuti dan menyakiti semua orang dengan tuntutan sang ayah harus mengembalikan Adrieth, sementara Layla berusaha mencari cara untuk melenyapkan mimpi buruk.

Alih-alih berhasil, hidup Layla malah menjadi semakin horor. Suatu hari dia ditarik memasuki dunia itu dan bertemu Atoryn. Layla berdiri tepat di depannya, gemetar ketakutan dibuat kebencian Atoryn yang membara.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kravei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kebenaran yang Diungkapkan

Keadaan kacau setelah Layla menipu Atoryn. Alasan dirinya bisa mendekati istana dengan mudah adalah karena Samsons bersamanya. Algar dan teman-temannya tidak berani menantang Samsons, jadi mereka membiarkan Layla lewat dan mencari target lain.

Pintu depan terbuka dan sesuai dugaan, Atoryn sudah menunggu. Dia tidak pernah terlambat dan kenyataan itu membuat Layla frustasi. Meski begitu, Layla berusaha menghindari pertarungan yang dirasa tidak perlu. "Maafkan aku, Tuan!" Dia menarik lengan Samsons dan membawanya kabur. Layla bisa berbelok ke mana saja tapi Atoryn selalu muncul di sana dan membuatnya terpaksa berbalik arah.

Terus seperti itu sampai kepala Layla mulai berputar. "Ini tidak akan berhasil." Samsons tidak mau lagi kabur. Dia menahan tangan Layla dan melepaskannya. "Kau cari apa yang kau butuhkan dan aku akan melawannya."

Mereka tidak punya waktu berdebat. Layla mengganguk dan buru-buru pergi sementara Samsons menghadang jalan Atoryn. "Lawan aku seperti pria, Nak." Hanya satu kalimat, dia berhasil menyulut amarah Atoryn dengan mudah.

Samsons memunculkan pedang, Atoryn melakukan hal yang sama. Mereka saling menyerang dan beradu kekuatan. "Berhenti sekarang atau kau akan menyesal, Atoryn." Samsons berniat baik menegur tapi Atoryn membalasnya dengan senyuman remeh.

"Memang apa yang bisa kalian lakukan?" Dia menebas pedang Samsons dan mengerahkan kekuatan untuk menjatuhkannya. Sebenarnya Samsons belum tahu apa rencana Layla, dia hanya berusaha semampunya.

Samsons buru-buru bangkit tapi kekuatan Atoryn mengekangnya di tempat. Atoryn menantang, "buat aku menyesal kalau kau bisa. Aku tak sabar menantikannya." Dia melempar pedang dan pergi menyusul Layla.

"Di mana pedang itu?!" Layla ingat pernah melihat Atoryn berdiri di ruangan yang dipenuhi oleh emas dan pedang yang diberi Adrieth menancap di sana. Tempat itu bagaikan kuburan dan itu adalah apa yang Layla cari.

Setelah delapan pintu, akhirnya Layla membuka pintu yang benar. Dia tidak punya waktu untuk lelah, harus tetap bergerak karena Atoryn bisa muncul kapan saja. Layla menutup pintu itu dan menghampiri pedang yang menancapi emas di tengah-tengah ruangan. Dia mengambilnya tapi malah menjatuhkannya karena berat.

"Kau datang untuk mencuri barang yang bahkan tidak bisa kau angkat?" Suara Atoryn yang tidak diharapkan mengejutkan Layla, membuatnya tak sengaja menyenggol koin emas dan terpleset. Perempuan itu merintih kesakitan, menyentuh punggung yang terhantam keras.

"Auch!" Layla meringkuk kesakitan. Atoryn menghinanya menggunakan tatapan sebelum mendekat dan mengambil pedang tadi untuk diarahkan ke jantung Layla.

"Siapa kau sebenarnya?" Atoryn semakin penasaran karena Layla adalah satu-satunya orang yang telah mati berkali-kali tapi dia masih hidup dan terus kembali entah bagaimana.

"Aku kembali untuk memberimu kado," ungkap Layla, tidak bisa banyak bergerak karena Atoryn menekan ujung pedangnya ketika merasakan pergerakkan. Layla tidak boleh gegabah atau Atoryn akan menikam jantungnya dan rencananya sejauh ini berakhir sia-sia.

"Kado?" Atoryn meragukan kata-kata Layla, di sisi lain penasaran mengapa dia menyusup sejauh ini hanya untuk sebuah pedang. Atoryn tidak bisa mengabaikan bahwa Layla pasti punya alasan yang kuat mengingat dia tahu pedang itu adalah hadiah dari Adrieth.

"Kado." Layla perlahan menggerakkan tangannya dan menggengam segepal koin emas. "Kado yang sangat spesial untuk menghukummu!" Dia melempar koin-koin itu ke wajah Atoryn sebagai pengalihan dan kesempatan pun datang, Layla menggeser ujung pedang dari bagian jantung menuju perut dan menikam diri sendiri tanpa keraguan.

Menyadari apa yang terjadi, Atoryn bergegas menarik pedangnya tapi tidak bisa memindahkannya entah bagaimana. Cahaya yang keluar perlahan membuat Atoryn melangkah mundur, samar-samar melihat Layla merintih kesakitan dan meringkuk tak berdaya.

Layla mulai sesak. Memang bukan bagian vital yang ditusuk tapi ternyata rasanya jauh lebih menyakitkan karena tidak langsung mati. Telapak tangan Layla berdarah karena tergores pedang dan sekarang lebih banyak darah memenuhi perutnya. Dia harus menahan rasa sakit itu dan tetap sadar.

"Auch, auch! Terbakar! Terbakar!" Layla sudah tidak berdaya, malah datang lebih banyak sakit menyiksanya. Seluruh badan Layla seperti terbakar dan mendidih, Atoryn kebinggungan tidak bisa menebak apa yang terjadi. Bercak-bercak merah mulai memenuhi badan hingga wajahnya.

"Sakit!" Layla merasa seperti akan mati dibunuh oleh rasa sakit tapi dia tetap menjaga mata dan kesadarannya seperti yang Adrieth minta. Layla terbatuk-batuk, sangat menyiksa sampai membuatnya meneteskan air mata. "Tolong aku!"

Tiba-tiba pedang itu berguncang dan ketika muncul cahaya yang menyilaukan mata, tubuh Layla berubah.

Adrieth muncul sementara Layla menghilang. Dia membuka mata, menatap langsung rasa terkejut yang luar biasa besar di dalam mata Atoryn. " Layla...?" Atoryn menatap tempat di mana Layla meringkuk kesakitan. Dia tidak ada di sana dan matanya kembali pada Adrieth.

Atoryn tidak pernah merasa sangat terkejut sampai-sampai merasa dungu. Dia banyak memasang ekpresi binggung dengan mulut sedikit terbuka. "Kau ... bukan Adrieth." Akhirnya dia berbicara, tepat di saat Adrieth mengedipkan mata dan menundukkan kepala. "Kau bukan Adrieth." Atoryn ingin menyangkal tapi perempuan itu malah terlihat semakin nyata di matanya. Dari cara bergerak bahkan ekpresi, tidak bisa dipungkiri bahwa dia adalah Adrieth.

Atoryn di antara takut dan binggung, tidak ada kesenangan di hatinya.

"Atoryn Taevirian ...," panggil perempuan itu sembari tersenyum tipis.

"Tidak. Ini pasti perbuatan ayahku dan Layla." Atoryn berusaha menyangkal. Dia memejamkan mata dan ketika membukanya lagi, Adrieth masih menatapnya. Dia merasa takut entah mengapa, secara tak sadar mengambil langkah mundur.

"Aku pikir kau akan senang melihatku, Tuan." Adrieth terjeda sejenak. "Apa mungkin ... kau tidak senang karena takut pada kejahatan yang telah kau lakukan?"

Atoryn tidak menyangkal tapi tebakan Adrieth tepat sasaran. " Layla benar kau melihat segalanya ...," bisiknya, gelisah. Atoryn selalu berpikir Adrieth telah tenang di alam lain, tapi dia berbicara seolah tahu apa yang telah Atoryn lakukan dan karena itu Atoryn takut. Lebih dari itu, Atoryn syok untuk tahu ternyata selama ini Layla berkata jujur. Layla bilang dia akan membuat dirinya menyesal dan dia di ambang keberhasilan.

"Ini tidak seperti yang kau kira." Atoryn mencoba beralasan. Alisnya yang kaku berubah tertekuk. Jantungnya berdetak sangat kencang sampai-sampai bisa terdengar olehnya sendiri.

"Aku melihat semuanya," sela Adrieth sebelum Atoryn sempat berbicara lebih banyak. "Ketika kau membunuh seorang perempuan tak bersalah tanpa mengedipkan mata. Tiga kali. Ketika kau meminta para murid untuk saling membunuh. Kau benar-benar punya penjelasan atas sikapmu?"

"Aku-"

"Aku marah padamu, Tuan," sela Adrieth lagi, yakin bahwa Atoryn tidak punya alasan atas sikap tak logisnya. "Bukan hanya marah. Aku benci ... pada diriku sendiri. Karenaku, kau menjadi seperti itu."

"Ini tidak ada hubungannya denganmu. Ayahku-"

"Ayahmu benar ketika beliau berkata dirimu tidak tahu apa pun."

"Apa ... maksudmu, Adrieth?"

"Aku tidak ingin memberitahumu tapi Layla mengorbankan dirinya agar kita bisa bertemu. Maka dari itu, aku tidak ingin mengagalkannya."

"Layl-"

"Kau berpikir ayahmu membunuhku. Kau salah besar, Tuan. Beliau menyembunyikan kenyataan aku memilih mati demimu, agar kau tidak terluka lebih banyak dan menyalahkan dirimu sendiri."

"Apa maksud-"

"Kelemahanmu adalah aku, Atoryn. Kau sakit karena aku terlalu mencintaimu dan hari di mana kau hampir mati, aku memutuskan berkorban untukmu. Demi menyelamatkanmu."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!