CEO Cantik Dan Berondong Nakal

Agung mengendarai motornya dengan santai. Karena memang ingin menikmati jalanan. Walau panas terik, tapi terlihat Catherine begitu menikmatinya. Catherine memeluk erat Agung di belakangnya.

Hiruk pikuk jalanan tidaklah menjadi penghalang keduanya untuk saling berinteraksi. Walau kadang suara bising kendaraan menjadi penghalang pendengarannya.

" Mampir ke mini market dulu Yang!. Buat oleh oleh untuk nenekmu.." Saran Catherine.

Agung mengangguk kemudian mencari letak minimarket yg terdekat. Perjalanan sudah cukup jauh dari apartemen Catherine. Bahkan sudah lebih dari 20 km. Dan sesampainya di sebuah minimarket pun Agung membelokkan kendaraannya. Catherine turun kemudian masuk minimarket di ikuti oleh Agung. Tak berapa lama keduanya pun keluar.

" Masih jauh yang...?" tanya Catherine kepada Agung.

" Sebentar lagi. Paling 5 km lagi. Tapi jalanan kampung bukan jalan raya..." jawab Agung.

Catherine mengangguk kemudian ikut Agung kembali naik motornya. Agung pun menjalankan motornya kembali dengan perlahan. Apalagi saat ini jalanan perkampungan yg tidak sepenuhnya jalan aspal maupun cor.

Catherine mendekap erat Agung. Hingga sampainya di sebuah warung kecil tepat di pinggir jalan. Memang tidak banyak tetangga di sebelahnya. Hanya ada 2 rumah, dan itu pun rumah sederhana. Sementara warung tempat berhenti Agung sudah semi permanen.

" Ini rumahnya nenekmu...?" tanya Catherine.

Agung mengangguk dan menjawab iya, kemudian melangkah menuju pintu rumah.

" Assalamualaikum...!"

Agung pun mengucap salam. Aku mengikutinya dari belakang.

" Waalaikumsalam warahmatullahi wa barakatuh..."

Suara wanita tua menyambut salam Agung dan suara langkah perlahan.

" Kok jam segini sudah pulang...?" tanya nenek Agung yg mendapati tangan nenek Agung dicium oleh cucunya. Dan Catherine pun mengikuti Agung.

" Iya nek, tadi setengah hari..." jawab Agung.

" Sudah tidak kerja di tempat yg dulu kan?. Kok semalam enggak pulang..?"

Nenek bertanya kembali. Karena dulu Agung bekerja di klub malam sehingga seringkali pulang pagi. Bahkan kadang langsung sekolah.

" Enggak nek, Agung sekarang kerja kantoran. Walaupun cuma bebersih maupun nyapu..." jawab jujur Agung.

" Alhamdulillah kalau begitu..."

" Ini siapa...pacar kamu...?" tanya nenek Agung.

" Iya nek pacar Agung. Insyaallah calon istri Agung. Namanya Catherine!, panggil saja Key!, nek.." ucap Agung dengan lembut.

Neneknya pun memperkenalkan diri. Bernama Intan Sari. Memang selama ini hanya berdua dengan Agung sejak kakek Agung meninggal dunia. Dan sebenarnya Agung masih mempunyai Ayah. Namun pergi entah kemana. Dan tidak pernah kembali.

Nenek Intan bercerita sambil menitikkan air mata. Catherine yg mendengar pun memegang tangan nenek Intan untuk menguatkannya.

" kata kata ini?, kata kata nenek Intan seperti pernah aku dengar?, Dimana ya..?"batin Catherine

Dan Catherine pun bercerita. Jika dirinya yatim piatu dan hidup di panti asuhan. Dan kini kerja bersama Agung. Dan ketiganya pun saling bertukar cerita. Terutama tentang suasana desa. Yg berbeda jauh dengan kota, tempat kerja Agung dan Catherine.

" Tadi malam tidak pulang kemana..?" tanya nenek Intan kepada Agung sambil menepuk tangan Agung.

" Agung menginap dirumah saya nek. Kebetulan rumah saya dekat dengan tempat kerja.."

Catherine yg menjawab. Agung terdiam. Karena pasti akan ada sandiwara. Nenek Intan hanya geleng geleng kepala. Karena menurutnya, belum pantas agung menginap dirumah seorang wanita.

" Panggil uwak Jamal....!!" Perintah nenek Intan tegas.

Memerintahkan Agung untuk memanggil uwak Jamal. Catherine tampak kebingungan dengan nada keras nenek Intan entah apa maksudnya. Catherine pun tidak tahu.

Mendengar nada bicara neneknya, Agung pun keluar rumah, dan menemui uwak Jamal. Sementara nenek Intan diam tak bergeming sambil menunduk. Catherine semakin bingung dengan suasana ini. Hingga tak berapa lama. Agung datang dengan seorang lelaki tua, lengkap dengan sarung dan peci. Dan Catherine menyebutnya ustad dan mungkin kiai.

Setelah mengucap salam Agung dan uwak Jamal pun masuk menemui nenek Intan.

" Ada apa nek mencari saya..?, tanya uwak Jamal kepada nenek Intan.

" Nikahkan mereka berdua, sebelum mendapatkan fitnah di kemudian hari. Walaupun secara siri. Itu lebih baik. Daripada berpacaran dan berdua duaan..!" perintah nenek Intan kepada Uwak Jamal.

Catherine dan Agung terkejut dengan keputusan nenek Intan. Dan ini sangat mendadak sekali. Bahkan Agung dan Catherine tidak bisa berkata kata. Uwak Jamal menatap Agung, kemudian menatap Catherine.

" Kalian pacaran?, berapa lama?, apa ini keputusan tepat..?"

kata uwak Jamal bertanya kepada Agung dan Catherine.

Catherine menyadari. Bahwa ada perkataan jujur yg berakibat fatal. Terlebih mengatakan jika Agung menginap dirumahnya. Berbeda dengan kehidupan di kota. Yg sedikit bebas untuk berbuat sesuatu. Terutama tentang Agung dan Catherine yg sudah tidur bersama.

" Saya belum lama, mengenal Agung, tapi saya sangat mencintainya. Dalam keadaan apapun kami akan selalu bersama..." jawab Catherine.

" Baik, sore ini kalian menikah secara Agama..." kata uwak Jamal.

Tanpa ingin mendengar pembelaan Agung. Justru agung menyetujuinya. Karena memang ia juga tidak mau kehilangan Catherine.

" Baik Wak, apa saja yg dibutuhkan...?" tanya Agung.

Dan wak Jamal pun memberikan beberapa yg dibutuhkan nanti. Salah satunya adalah kartu identitas. Beruntung Catherine juga membawanya. Dan disana sudah tertera jika Catherine seorang janda.

Nenek Intan pun merasa lega. Karena keputusannya ini diterima oleh Agung dan juga kekasihnya. Bahkan tidak mempermasalahkan jika Catherine seorang janda. Yg penting jangan berbuat zina. Yg dilarang oleh agama . " Maafkan kami nek, karena kami sudah melakukannya..." batin Catherine sambil menunduk, karena merasa bersalah.

Nenek Intan menguatkannya, dan minta maaf karena terpaksa menikahkan Catherine dengan cucunya itu. Sementara Agung mempersiapkan semua kebutuhan kebutuhannya. Salah satunya pergi mencari cincin untuk berdua. Memang tidak mewah, hanya dua gram saja. Dan itupun Agung mengambil uang yg rencananya untuk kuliah.

Hingga sore harinya wak Jamal datang bersama ketua RT dak ketua dusun. Karena nenek tidak ingin orang kampung mengetahuinya. Hanya 3 orang, satu untuk saksi dan wakil Catherine karena yatim piatu. Dan satunya lagi untuk Agung sebagai walinya. Sementara wak Jamal sendiri yg menikahkan keduanya.

Kata 'sah' pun berkumandang di ruang tamu nenek Intan. Sehingga pukul 4 sore ini Agung dan Catherine resmi sebagai suami istri secara siri.

Dan setelah selesai. Ketua RT maupun ketua Dusun pun meninggalkan rumah nenek Intan. Mereka berdua diminta untuk tidak mengatakan kepada siapapun. Karena mereka tahu siapa nenek Intan sebenarnya.

Agung dan Catherine diminta untuk istirahat terlebih dahulu. Sementara nenek Intan masih bersama Wak Jamal.

" Mal. Saya tidak mau , pernikahan mereka diketahui oleh siapapun. Kecuali kalian bertiga..." kata nenek Intan.

" Baik nek, saya akan merahasiakan nya..." jawab Wak Jamal.

Dan nenek intan juga meminta wak jamal untuk mengurus secara hukum. Namun ada beberapa hal yang harus ditutupi. Terutama untuk nama Agung maupun nama Catherine. dan semua diurus oleh Wak Jamal. Masih banyak lagi yg dibicarakan keduanya. Karena memang keduanya saling terkait.

*****

Sementara di kamar Agung, Catherine menangis, entah bahagia ataupun sedih sebab. Beberapa kali Agung mencoba menghiburnya serta minta maaf pun belum ada jawaban. Dan Catherine hanya menggelengkan kepala. Sambil kepalanya telungkup di bantal. Sehingga Agung tidak bisa melihatnya.

" Sayang, maafin nenek ya?. Menikahkan kita tiba tiba seperti ini..." kata Agung.

Kembali Catherine menggelengkan kepala. Hingga suara isak tangisnya pun berhenti, kemudian menoleh ke samping. Dan didapati nya Agung. Catherine langsung memeluk Agung bahkan tak ingin lepas.

" Aku bahagia!. Tapi juga bingung.." kata Catherine.

" kenapa bingung....?"

" Kamu tahu kan siapa aku..?" kata Catherine. Agung mengangguk.

Dan Agung pun mencoba memahami serta memberikan solusi. Untuk menghadapi kedepannya. Karena tidak mungkin membiarkan Catherine menghadapinya sendiri. Dan Agung juga tetap merahasiakan hubungannya ini. Terlebih saat ini sudah menjadi suami istri.

" Nginep sini mau engga...?" tanya agung kepada Catherine.

" Terus besok engga kerja..."

" Kerja lah, berangkat subuh kita. Terus ke apartemen mu..."

" Aku mau..." jawab Catherine.

Kemudian keduanya pun melerai pelukannya. Catherine ingin membantu nenek menutup warung. Namun Agung melarangnya. Tapi jika ke area dapur dipersilahkan. Khawatir ada orang yg tahu. Dan menginterogasi nenek.

Dan Catherine pun mengikuti Agung menuju dapur, kemudian keduanya pun melihat masakan nenek yg menggugah selera. Catherine membuat teh untuk nenek dan Agung. Serta untuk dirinya. Catherine mengikuti petunjuk Agung.

Dan setelah adzan maghrib selesai. Kini ketiganya berkumpul di meja makan. Kebiasaan nenek, jika makan tidak ada yg boleh bicara. Dan tentu saja Catherine sudah terbiasa. Namun dari pembicaraan dan perkataan nenek Intan, seperti bukan kampung biasa. Bahkan jika dibandingkan dengan mertuanya dahulu. Maka nenek Intan berada di atasnya. Baik sikap maupun tutur katanya. Bahkan orang yg berkumpul tadi ketika menikah. Tampak jika mereka sangat menghormati nenek Intan.

Setelah makan malam selesai, Agung dan Catherine kembali ke ruang keluarga. Karena rumah ini begitu luas. Walau memang hanya nenek sendiri. Kadang dengan Agung. Nenek memberikan pesan serta petuah kepada Agung dan Catherine. Terlebih saat ini mereka sudah menjadi suami istri.

" Jika ditempat kerja pun kalian jangan sekali kali memperlihatkan jika kalian suami istri. Nanti akan berakibat fatal. Terutama buatmu Key..." kata nenek Intan.

Catherine mengangguk walau tidak paham dengan maksud nenek Intan. Tapi memang benar karena itu pasti tentang keluarga Wilson.

Setelah diberi banyak petuah dan larangan larangan. Agung dan Catherine pun istirahat. Dan paginya mereka kembali bekerja.

.

.

.

$$$$$&&&&$$$$$