Mantan Istri Sang Mafia

Yumna berjalan pelan dengan suasana hati yang tidak menentu, ia tersenyum tipis saat mengingat pria yang tadi siang menghabiskan waktunya dengannya.

Yumna duduk terdiam di kamar tidurnya, ia tersenyum tipis dengan wajah yang tidak bisa menyembunyikan perasaan senang di hatinya .

"Ah..." Ucap Yumna seraya berguling-guling di atas ranjang.

Tok.. Tok.. Tok..

Terdengar suara ketukan di pintu rumah Yumna, wanita itu terdiam sejenak. Ia mulai menebak-nebak orang yang datang ke rumahnya, di sore hari seperti ini.

Dengan perlahan Yumna berjalan dan membuka pintu rumahnya, ia sengaja tidak membuka pintu dengan lebar.

Yumna membuka pintu dan mengeluarkan kepalanya saja untuk melihat orang yang ada di depan rumahnya.

"Untuk apa kau datang lagi ke sini?" Tanya Yumna dengan tatapan mata yang tajam.

Raymond berdiam diri dengan ekspresi kesal, ia tersenyum mengejek saat melihat mantan istrinya seperti yang sedang waspada kepadanya.

"Buka pintunya dengan benar Yumna, aku ingin masuk." Ucap Raymond.

"Enggak! Siapa yang mengizinkan mu masuk ke dalam rumah ku, dengan tegas aku menolak kedatanganmu ke sini." Ucap Yumna yang langsung menutup pintu rumah dan segera menguncinya.

Raymond terdiam sejenak, Roni yang berada di belakang Raymond seakan bisa melihat aura gelap yang keluar dari tubuh pria itu.

"Roni, apa menurutmu menghancurkan pintu di depan ku tidak akan membuat masalah?" Tanya Raymond dengan tatapan tajam.

"Tentu saja akan menjadi masalah, bisa saja para warga akan datang dan mengganggap anda sebagai pencuri." Jawab Roni.

"Oh.. Hanya warga kan? Yumna tidak?" Tanya Raymond.

Roni berpikir sejenak, "Emm.. Mungkin Nyonya Yumna yang paling marah." Jelas Roni dengan senyuman canggung dan bingung.

Raymond tersenyum, ia berbalik dan mundur beberapa langkah. Dengan cepat pria itu berlari dan mendobrak pintu Yumna dengan tubuhnya, hingga pintu itu bisa terbuka dan lepas dari tempatnya.

Yumna yang berada di dalam kamar terkejut saat mendengar suara gaduh dari lantai bawah, dengan tatapan malas. Yumna berjalan dan melihat.

Tapi seketika ia terdiam saat melihat Raymond berada di rumah rumahnya, tapi yang membuatnya shock parah adalah pintunya yang sudah terlepas dan terbaring di atas lantai.

"Ah.........." Teriak Yumna dengan suara lantang.

Matanya lalu melihat Raymond yang tengah membersihkan debu di pundaknya, "Apa yang kau lakukan, dasar gila!" Teriak Yumna.

"Membuka pintu." Jawab Raymond dengan santai.

"Itu bukan membuka tapi mendobrak dan merusak." Maki Yumna kesal, ia hampir menangis melihat pintunya yang hancur gara-gara Raymond.

"Itu salahmu karena kau tidak membuka pintu." Jawab Raymond yang tidak mau mengaku salah.

Pria itu lalu berjalan mendekat ke arah Yumna dan memangku tubuh wanita itu, "Apa yang kau lakukan?! Turunkan aku." Teriak Yumna kesal.

"Tidak, aku harus membawamu." Jawab Raymond dengan senyuman di wajahnya.

Raymond memangku tubuh Yumna layaknya karung beras dan membawa wanita itu keluar dari rumah, Roni hanya tersenyum saat melihat kelakuan konyol majikannya.

"Siapa kau?! Apa yang kau lakukan." Terdengar suara pria menegur Raymond yang hendak membawa pergi Yumna.

Erick menatap pria yang tengah memangku tubuh Yumna, dengan perlahan Erick berjalan mendekat.

"Lepaskan Yumna, aku bisa melaporkan mu pada polisi." Ucap Erick dengan tatapan tajam.

Yumna tersenyum tipis saat melihat Erick, pria itu sangat tampan dan bak seorang pahlawan.

Raymond langsung menurunkan Yumna, tapi saat Yumna hendak pergi. Pria itu memeluknya dan segera memasukkan Yumna ke dalam mobil dan menguncinya agar tidak bisa keluar.

"Sebaiknya kau jangan ikut campur." Jawab Raymond yang masih santai.

"Tentu saja aku harus ikut campur, Yumna kekasih ku. Dan kau tidak berhak melakukan itu kepadanya." Jawab Erick dengan tatapan tajam.

Raymond terdiam sejenak saat mendengar hal itu, ia menatap tajam dan tak suka pada pria di depannya. Hingga ia ingat jika pria itu. adalah pria yang tadi siang menghabiskan waktu bersama Yumna.

"Kau kekasihnya? Dan kau tahu siapa ku?! Aku adalah suaminya dan di sini yang harusnya pergi adalah kau!"