Dikhianati oleh ibu tiri dan saudara tirinya, Daisy yang baik hati menjadi tawanan di tempat tidur pemimpin mafia terbesar.
Benjove Haghwer, memiliki tinggi badan 190cm, dengan tubuh yang ideal dan wajah yang sempurna... Di balik penampilannya yang mempesona adalah iblis berhati dingin.
Daisy melarikan diri, Benjove terus mengejarnya.
Bagaikan kucing dan tikus, Benjove menikmati permainan ini, tapi tanpa disadari, dia sendiri jatuh cinta!
Akankah malaikat yang baik hati dan cantik ini bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Newbee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 15
"Aku sudah katakan padamu untuk berbicara lebih halus padaku." Kata Ben.
Salah satu tangan Ben mencengkram rahang Daisy dan tangan Ben satunya lagi mencengkram kedua tangan Daisy ke belakang
Diasy memberontak.
"Lepaskan!" Teriak Daisy.
Ben kemudian membuat tubuh Daisy duduk membelakangi Ben dan masih di atas pangkuannya.
Tangan Daisy yang di cengkram kuat Ben ke belakang membuat Daisy tidak dapat berbuat apapun, pikirannya melayang apa yang akan pria itu lakukan pada dirinya. Daisy pasti telah menyulut emosi pria kejam itu.
"Karena kau sudah berteriak padaku, sekarang terimalah sedikit hukuman dari ku." Ben berbisik di telinga Daisy dan menarik tangan Daisy lebih ke belakang membuat dada Daisy membusung.
Ben kemudian memasukkan tangannya ke dalam pakaian Daisy dan membelai punggung Daisy dengan lembut, saat itu Daisy masih memakai dress tidurnya yang berbahan satin.
Daisy yang duduk di atas pangkuan Ben secara otomatis membuat pakaiannya naik hingga memperlihatkan paha mulusnya belum lagi ketika Ben memasukkan tangannya melalui baju belakang dan membelai naik turun punggung Daisy membuat Daisy semakin membusungkan dadanya dan menggigit bibirnya.
Ben kemudian menggigit bahu Daisy dengan lembut dan kemudian sedikit demi sedikit menjadi gigitan yang lebih menekan, lalu kemudian menghisap bahu Daisy dan menimbulkan bekas merah.
Daisy menggigit bibirnya dengan keras, agar ia tidak mengeluarkan suara yang akan ia sesali di hadapan Ben. Daisy tidak mau merendahkan harga dirinya.
"Apa kau akan berteriak lagi padaku?" Tanya Ben kemudian berpindah menghisap bahu sisi kiri Daisy lalu menggigitnya pelan.
Ben masih mencengkram kedua tangan Daisy ke belakang, tangan Ben satunya masih naik turun membelai punggung Daisy.
Daisy yang duduk menganggkang di atas pangkuan Ben benar-benar terlihat sangat seksi dan kacau, wajahnya berubah sangat merah.
"Kau akan berteriak lagi padaku Daisy?"
Kemudian Ben memarik tubuh Daisy lagi kebelakang dan memasukkan satu jarinya ke tulang ekor Daisy membuat Daisy semakin membusungkan dada dan mendongak kan kepalanya.
Daisy dengan cepat menggelengkan kepalanya, pertanda dia tidak akan berteriak lagi pada Ben.
"Mana suara lantangmu tadi yang mengatakan aku adalah iblis, kenapa aku tidak mendengarnya. Daisy, jawab pertanyaanku, apa kau akan berteriak lagi padaku?" Tanya Ben lalu menggigit telinga Daisy, jari Ben pun mengelus dan membelai naik turun tulang ekor Daisy.
"Aaahhh...." Akhirnya Suara Daisy terlepas tanpa sadar membuat Daisy terkejut dan membenci itu. Air mata menetes di pelupuk matanya, ia membencinya, namun kenapa suaranya seperti itu.
Daisy menutup matanya rapat, air mata sebening embun mengalir di sudut matanya, ia menggigit bibirnya dengan cepat. Berbanding terbalik seulas senyuman kecil justru tersungging di sudut bibir Ben.
"Maa... Aaafkan... Sa... Ya Tuan... Sa... Saya..."
Daisy tidak dapat meneruskan kalimatnya, karena Ben telah mencium bibir Daisy dan **********.
Kemudian Ben memutar tubuh Daisy yang duduk di atas pangkuannya untuk berbalik menghadap dirinya.
Ben masih mencium dan melumaat bibir Daisy sangat dalam, lidahnya masuk dan mempermainkan lidah Daisy, hingga Daisy hampir kehabisan nafas Ben tetap mencium Daisy dengan kekuatan yang ia miliki.
Daisy mendorong tubuh Ben berkali-kali namun percuma, tenaganya bukan tandingan Ben.
Kedua tangan Ben mulai merayap naik turun membelai paha mulus Daisy yang ada di sisi kanan dan kiri, lalu tangan Ben naik membelai punggung Daisy juga.
Jika Ben mau, sebentar lagi pakaian tidur Daisy pasti sudah terlepas naik, namun sepertinya Ben hanya ingin bermain-main dan mencicipi bagaimana manisnya tubuh Daisy.
Kemudian Ben melepaskan ciuman nya yang dalam, membuat Daisy menghirup nafas dalam-dalam dan mendelik pada Ben.
Sebuah sentilan pelan dari Ben mengenai dahi Daisy.
"Selain bibirmu yang berteriak padaku, sepertinya matamu juga perlu di hukum?"
Daisy sontak langsung menutup matanya.
Ben tersenyum kecil dan kembali mencium Daisy lagi lebih dalam, kali ini kedua tangan Ben merengkuh tubuh Daisy dan menempelkannya pada tubuhnya, Daisy meronta berkali-kali. Daisy siap untuk menggigit bibir Ben.
"Jika kau menggigitku, aku jamin ini tidak akan pernah selesai." Ancam Ben.
Daisy akhirnya mengurungkan niatnya untuk menggigit Ben.
Namun, siapa sangka ciuman yang dalam itu membuat Ben sedikit tenggelam menikmatinya, sesuatu telah mengeras, tubuhnya memanas dan harus di dinginnya.
Ben tidak sadar jika dirinya semakin terjeremus dengan ciumannya sendiri, ia menikmatinya, ia tenggelam, dan seolah Ben tidak akan puas dengan itu, Ben kemudian hendak mengangkat pakaian Daisy naik dan membuangnya namun sang pilot berkata jika mereka akan mendarat sebentar lagi melalui siarannya dari kokpit.
Peringatan sang pilot menyadarkan Ben, jika dirinya telah tenggelam hanya dengan ciuman yang ia lakukan pada Daisy.
Kemudian Ben berhenti dan mengangkat tubuh Daisy untuk duduk di sampingnya.
"Kau... Sama seperti heroin." Kata Ben menempelkan dahinya pada dahi Daisy.
Tentu saja kalimat Ben tidak di mengerti oleh Daisy, dia hanya bisa mengartikannya bahwa Ben menganggap Daisy sebagai obat terlarang, hal itu cukup membuat Daisy tertawa di dalam hatinya, dan menganggap jika Ben memiliki sifat kekanakan. Namun, itu tidak mengurangi rasa kesal dan kebencian Daisy pada Ben.
Pesawat akhirnya mendarat di landasan pribadi milik Ben, kemudian Ben keluar di ikuti oleh Daisy.
Setelah menuruni tangga Ben melihat kain pakaian Daisy begitu tipis tertiup angin yang cukup kuat, rbut panjang Daisy mengibas-ngibas, kemudian Ben melepaskan mantelnya dan meletakkan mantelnya di bahu Daisy.
"Pakai itu atau kau akan ku hukum lagi." Kata Ben.
Saat itu banyak sekali pengawal-pengawal yang berjaga, mereka kompak memakai setelah jas hitam-hitam dan memakai kacamata, tak lupa juga memakai alat penghubung di telinga mereka untuk berkomunikasi satu dengan yang lainnya.
Mereka memakai pakaian rapi dan senjata senapan tersimpan di dalam pakaian mereka.
Seorang pria yang mungkin memiliki jabatan lebih tinggi dari pada pengawal menundukkan kepala dan menyapa Ben.
"Selamat kembali Tuan Ben. Tuan Rudolf Gama menunggu."
"Bill, sembunyikan gadis ini." Perintah Ben pada pria di hadapannya yang masih menundukkan kepala.
"Baik Tuan." Jawab Bill.
"Traver, bawa barang itu." Perintah Ben.
Traver kemudian mengangguk tanda mengerti dan pergi.
Sebelum Biil membawa Daisy tiba-tiba Ben menarik tubuh Daisy dengan cepat dan menempelkannya pada tubuh besar Ben.
"Berikan aku tenaga dan amunisi dulu." Kata Ben.
Daisy tidak mengerti dengan ucapan Ben, dia bahkan tidak memiliki senjata ataupun membawa senjata, bahkan dia tidak mengerti senjata.
"Ini yang ku maksud." Ben kemudian mencium Daisy dalam dan lebih dalam.
Bill memalingkan pandangannya ke arah lain ketika tuannya sedang bermesraan dengan seorang gadis.
"Bisa kah kau membalas ciumanku, jangan hanya seperti boneka dan diam saja." Kata Ben menggerutu marah.
"Aku..." Daisy tidak mengerti harus menjawab apa, karena ia sendiri tidak menyukainya dengan perilaku Ben yang secara tiba-tiba menciumnya di depan banyak pria.
"Sudahlah! Bill bawa dia, tempatkan di kamar atas." Perintah Ben.
Bill nampak terkejut dengan perintah yang di berikan majikannya itu, bahkan Bill sudah terkejut ketika Ben membawa seorang gadis pulang, belum lagi memberikan mantelnya pada gadis itu, lalu memerintahkannya untuk memberikan kamar atas, dimana kamar atas adalah satu-satunya kamar yang bersebelahan dengan kamar milik Ben.
Bill menganggap bahwa jantungnya telah berkali-kali mati dengan serangan perilaku Ben yang tiba-tiba dan beruntun.
bersambung