Pernahkah sempat kau tanyakan pada Tuhanmu, mengapa Dia mengirim seseorang yang akhirnya selalu bersemayam di pikiran dan hatimu??
//
Siapa sangka ulah adiknya yang kabur di hari pernikahan membuatnya harus menggantikan sang adik untuk menikahi gadis pilihan Papa tercinta.
Perbedaan tabiat dan usia membuat pernikahan mereka di warnai huru hara di setiap harinya hingga akhirnya sang adik kembali di tengah mereka dan menginginkan sang gadis di saat cinta mereka perlahan mulai berbunga tanpa di sadari.
Apakah nantinya sang kakak akan melepaskan pujaan hati ataukah mempertahankan kisah mereka demi menjalani rumah tangga yang tentram setelah tahu kenyataan dari masa lalu mereka.
Mampukah gadis itu menjalani hari sebagai istri seorang prajurit padahal dirinya sangat membenci profesi tersebut karena suatu hal.
Skip untuk yang tidak tahan KONFLIK
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Rindu tak tersampaikan.
Rila memilih menunggu di kamar karena Bang Rigo terlalu lama berada di kamar mandi.
...
Rasa cemas Rila muncul karena Bang Rigo kembali ke dalam kamar dengan wajah sangat pucat.
"Abang sakit?" Tanya Rila.
"Abang sembelit." Jawabnya menutupi keadaan yang sebenarnya.
Rila mengernyit dahi, meskipun dirinya belum bisa memasak tapi ia tidak pernah absen untuk membeli sayuran hijau dan berserat di kantin kecil tak jauh dari rumahnya.
"Apa Abang kurang makan buah?" Tanya Rila lagi.
"Ehmm.. mungkin dek." Bang Rigo menyudahi pembicaraan yang membuat Rila mulai bertanya-tanya.
Sakit yang di rasakan Bang Rigo begitu luar biasa hingga tenaganya terasa habis tak bersisa.
Rila mendesah kesal kemudian duduk di depan cermin seperti kebiasaannya setiap malam menjelang tidur.
POV Bang Rigo on..
Jika rasa ini sedang kambuh, rasa sakitnya bisa menjalar ke seluruh tubuh, terkadang aku ingin menyerah saja tapi aku harus terus sadar dan ingat bahwa kini ada Rila dan bayi kecilku yang masih ada di dalam kandungan.
Kupandangi istriku yang terus saja mengomel karena aku tak pernah meluluskan inginnya agar aku memeriksakan diri ke rumah sakit, sungguh nafasku sesak saat membayangkan jika usiaku tak akan lama lagi. Bagaimana anak dan istriku akan melanjutkan hidupnya kelak. Bayangan Rila akan menjadi janda dan anak ku menjadi yatim membuatku terpukul, aku merasa menjadi suami paling buruk dan paling tidak bertanggung jawab di dunia.
"Tanpa riasan apapun, kau sudah terlihat sangat cantik dek." Kataku. Memang harus ku akui, aku memang tergoda paras wajah ciptaan Tuhan yang satu ini.
"Gombal." Jawabnya.
"Tapi suka khan di gombali Abang?" Aku terus menggoda berharap istriku tidak marah lagi padaku.
Setelah Rila memakai skincare nya, ia berdiri dan tanpa kusangka Rila menubruk ku hingga kami berdua berguling di atas tempat tidur.
"Hati-hati dek, Abang takut anak kita kena banting." Aku yang memang belum berpengalaman, jelas sangat takut bayi kecilku tergoncang di dalam perut mamanya. Aku sedikit memberi jarak pada Rila.
"Iiihh.. Abang kenapa sih? Anak kita amaaan Bang. Perut ibu di desain khusus dari Tuhan agar anak kita nyaman dalam kondisi apapun." Jawab Rila memonyongkan bibirnya, agaknya ia mulai salah paham dengan sikapku.
"Ya sudah, iyaaa..!! Sekarang tidur yuk, bumil Abang nggak boleh capek."
Rila malah semakin cemberut dan tidur hingga ujung dinding.
'Ada apa lagi.'
Pikirku tak bisa menebak apa yang sedang di inginkan Rila, tapi aku sempat was-was mencemaskannya.
"Kenapa Abang jauhi Rila? Apa karena Rila hamil, jadi Rila tidak menarik lagi?" Tanya Rila.
Benar saja, istriku sudah menagih jatah 'belaian' dariku. Aku bukannya tidak ingin melakukannya tapi setiap usai melakukannya, terkadang sekujur tubuhku terasa begitu sakit. Aku tidak ingin Rila curiga jika sakit yang kurasakan tiba-tiba kambuh. Tapi jujur saat ini aku tidak memiliki alasan kuat untuk menolak istriku apalagi 'belaian' itu adalah nafkah batin untuknya dan aku haram mengabaikannya.
"Malah semakin cantik." Jawabku jujur. Memang sejak Rila hamil, kecantikannya semakin bertambah, kulitnya pun menjadi halus tapi aku lah yang tidak sempurna.
Rila memalingkan tubuhnya dan kembali menghadap dinding. Aku tau istriku kecewa karena aku tidak segera melakukan tugasku.
Aku menarik nafas panjang, akhirnya aku mendekatinya. Aku tidak ingin istriku sampai merengek hanya karena membutuhkan pelepasan rindunya.
Perlahan kulepas pengait di belakang punggungnya, ku turunkan pula pakaiannya. Kini kurayu-rayu istriku seperti sewajarnya seorang suami menggoda istrinya. Secara alami naluriku sebagai lelaki masih berfungsi dengan baik hanya saja aku menyadari beratnya beban pikiranku membuatku tidak maksimal seperti saat yang lalu dan aku sangat takut tidak bisa menyenangkan Rila istriku.
"Jangan ngambek donk sayang, Abang juga pengen ko'." Bujuk ku lagi.
Setelah beberapa saat, kami pun terhanyut dalam suasana dan aku pun menikmati suasana yang sebenarnya begitu ku rindukan.
Rila terus merengek manja, aku tau istriku sudah tidak sabar lagi merasakan hentakan rindu hingga ku selesaikan dengan lelehan sayang yang selama beberapa waktu ini belum kuberikan.
Aku pun segera menyatukan diri namun baru berapa kali mengatur ritme, aku terkejut dengan keadaan senjata pribadiku yang sama sekali tidak bisa berfungsi padahal Rila sedang merasakan nikmatnya sentuhanku.
"Ayo Bang??" Rila menagih tembakan senjataku.
Aku bingung harus berbuat apa sedangkan wajar bila Rila sudah tidak tahan lagi ingin kumanjakan.
Tak ada cara lain. Aku menyambar bibirnya, kurebahkan tubuhnya lalu ku atur permainan kecil dengan jemari nakalku. Urusan marahnya akan kutanggung nanti asalkan Rila bisa menikmati malam ini meskipun mungkin tidak sesuai dengan harapannya.
...
Kasurku sudah mulai lembab. Rila terengah mengatur nafasnya yang tersengal. "Kenapa begitu mainnya. Rila nggak suka." Protesnya.
"Maaf dek..!! Hari ini dan besok, Abang full dengan kegiatan. Kalau Abang tidak atur tenaga, Abang bisa tumbang." Jawabku mencari alasan.
"Rila nggak minta Abang kerja keras. Kalau Abang capek biar Rila yang gantikan." Ucapnya bersungut kecewa.
"Cckk.. kalau belum ada si kecil tak apalah kau gantikan Abang. Sekarang sudah ada si kecil di perutmu. Jangan sampai kau yang terlampau lelah. Abang tak ingin ada apa-apa dengan anak kita." Di balik semua rasa, salah satunya memang itu yang kuinginkan.
Seperti tadi, Rila tidur menghadap tembok. Rila menangis karena rindunya tidak terselesaikan dengan benar.
'Nyeri sesekali melihatmu sedih begini, dek. Abang janji, Abang akan berusaha membuatmu senang. Maaf ya cinta..!!'
"Sayang..!!"
Rila menepis tanganku. Dia benar-benar marah padaku.
POV Bang Rigo off..
.
.
.
.
lanjut kak Nara 💪💪💪
ga jd keripik aj udh gitu apa lagi dii jdiin keripik 😂😂😂 ngakak doang aku bisa ny 🤣🤣