Pembalasan Alena

Aurel menatap foto yang ada di album keluarga dengan sendu. Meski kematian Abimanyu beserta istri dan anaknya sudah hampir sebulan namun kesedihannya masih terasa.

"Mommy sedang apa? " tanya Tama yang baru saja memasuki kamar. Dia menghampiri sang istri yang nampak fokus dengan album di tangannya.

"Mommy menyesal tidak bisa melihat mereka untuk terakhir kalinya, " ucap Aurel dengan terisak. Entah sejak kapan wanita yang sudah berusia hampir enam puluh tahun itu menangis.

Bukan hanya Aurel saja yang menyesal, Tama apalagi. Apalagi mereka tidak bisa ikut merayakan ulang tahun cucunya.

"Kita do'akan mereka Sayang. Menangis hanya membuat mereka tidak tenang, " bujuk Tama dengan lembut. Padahal ia sendiri menahan diri untuk tidak menitikkan air matanya.

"Andai Mommy tidak ngotot tinggal di Prancis. Anak cuman satu namun _"

"Hush...kalau ngomong dijaga!!! bagaimana kalau Abian dengar? "

Mereka tidak tahu saja jika sedari tadi Abian berdiri di depan kamar mereka. Dia sengaja kesana untuk berbicara dengan mereka berdua.

Abian tidak menyangka jika akan mendengar ucapan itu dari Mommy nya. Meski memang kenyataannya seperti itu entah kenapa saat kata-kata itu keluar dari mulut Aurel membuat hatinya terasa sakit.

Abian pun memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Dia sudah yakin dengan keputusan yang ia ambil kali ini.

Keesokan harinya Abian mengutarakan apa yang sudah menjadi keputusannya. Kebetulan ketiganya baru saja selesai sarapan.

"Kapan Daddy kembali ke Prancis? " tanya Abian.

"Kenapa memangnya? "

"Nanti sore Bian harus kembali Prancis . Sudah lama Bian ninggalin perusahaan."

Deg!

Aurel dan Tama saling pandang. Sepasang suami istri itu tidak menyangka jika sang putra secara mendadak ingin kembali ke Prancis. Padahal tidak ada pembicaraan apapun sebelumnya.

"Kok mendadak sekali?"

"Sebenarnya sih bukan mendadak. Tapi tadi Bian ada telpon kalau ada masalah di perusahaan. Jadi Bian harus segera kembali, " ucap Abian memberi alasan.

Tama tahu jika Abian sedang berbohong. Dia juga masih sering memantau perusahaan meski perusahaan itu sudah ia berikan pada Abian. Tapi ia bersikap seolah-olah mempercayai ucapanya.

"Apa ada masalah yang serius? "

"Bian sendiri masih mau melihatnya secara langsung. Apa Mommy sama Daddy tidak ingin pulang bersamaku? "

"Mommy akan tinggal disini, " jawab Aurel yang duduk disamping sang suami.

"Tapi disini tidak ada yang menemani."

"Siapa bilang?!! memangnya Bi Surti sama yang lain bukan orang?"

"Bukan begitu maksud Bian."

"Mommy mengerti kok. Kamu tidak usah khawatir. Kalau ada apa-apa pasti kami akan langsung menghubungi mu."

"Tapi kan jarak dari sini ke rumah tidak dekat, Mom! "

Abian masih membujuk kedua orang tua angkatnya untuk kembali bersamanya. Sayangnya keduanya sudah bulat untuk tinggal di Indonesia. Kecewa sih sebenarnya, tapi dia bisa apa. Dengan terpaksa Abian kembali ke Prancis seorang diri.

Untuk sementara Tama menggantikan posisi Abimanyu yang masih kosong. Sambil mencari kandidat yang cocok untuk menggantikannya. Meski sebenarnya Tama sudah menemukannya. Hanya saja semua butuh proses.

......................

Alena kini sudah berada di depan sebuah perguruan bela diri yang cukup terkenal di kota Bandung. Perguruan itu bernama Perguruan Rajawali Putih.

Perguruan Rajawali Putih mengajari anak didiknya karate. Karate merupakan seni beladiri yang berasal dari Jepang.

Adit sengaja memasukkan Alena ke tempat ini karena sudah kenal dengan pemiliknya. Sehingga ia bisa menitipkan Alena padanya.

Adit dan Cahya tidak bisa lagi memberi perlindungan pada Alena. Apalagi setelah ia ditugaskan untuk bertugas ke kalimantan. Belum lagi Alena yang ingin belajar ilmu beladiri.

Perguruan Rajawali Putih memiliki asrama yang bisa ditinggali oleh para pelajar yang berasal dari jauh. Sehingga Alena tidak perlu memusingkan dimana dia akan tinggal.

Setelah melakukan proses pendaftaran, Alena langsung di antar ke asrama. Ternyata asramanya terletak di bagian belakang gedung.

Cahya mengantar Alena sampai ke kamarnya. Kamar Alena berada di lantai lima. Setiap kamar terdiri dari tiga sampai lima orang anak. Kebetulan Alena tinggal bersama dua orang. Usia keduanya tidak kau beda dengannya.

"Kakak harus segera pulang. Kalau butuh sesuatu jangan sungkan untuk mengabari kakak, " ucap Cahya dengan sendu. Sebenanya ia sangat berat meninggalkan Alena disana. Namun ia juga tidak mungkin membawanya ke kalimantan.

"Terimakasih Kak, " ucap Alena dengan tulus. Entah dengan cara apa ia membalas semua kebaikan Cahya dan Aditya. Alena tidak bisa berkata-kata. Dia hanya bisa memeluk erat tubuh Cahya.

"Baik-baik disini. Belajar dengan giat!" pesan Cahya dengan suara serak. Wanita itu mencoba untuk tidak menangis. Meski kenal baru sebentar, namun Cahya sudah menganggap Alena sebagai adik sendiri.

Alena menganggukkan kepalanya. Setelah itu Cahya pun melepaskan pelukannya dan pergi dari sana.

Alena disambut dengan ramah oleh kedua teman kamarnya.

"Selamat datang . Perkenalkan namaku Vina dan dia Rahma. Senang berkenalan denganmu, " sapa Vina sambil mengulurkan tangannya. Alena menyambut uluran tangan itu dengan tersenyum.

"Aurora biasa dipanggil Rara, " jawabnya.

"Oke. Disini ada tiga kamar dengan satu kamar mandi. Jadi kita harus ke kamar mandi secara bergantian. "

"Bolehkah aku tahu, dimana kamar yang akan aku tempati? "

"Kamar nomer tiga."

"Terima kasih. Kalau begitu aku ke kamar dulu. Maaf, tubuhku benar-benar lelah setelah perjalanan jauh, " ucap Alena dengan sopan.

"Tidak masalah. Silahkan! "

Alena pun menggeret koper di tangannya ke kamar nomer tiga. Tidak terlalu besar. kamar itu berukuran dua kali dua meter. Selain kasur, ada juga lemari dan juga meja rias yang berukuran kecil. Tapi itu lebih baik, dari pada harus sekamar bertiga.

Keesokan harinya, Alena sudah mulai belajar. Dia belajar mulai dari tingkatan paling awal. Bahkan sebagian besar masih usia tujuh tahun keatas. Bisa dibilang Alena merupakan murid tertua dibanding yang lainnya.

Apakah Alena peduli?

Tentu saja tidak. Alena fokus dengan tujuannya. Dia ingin menjadi seorang ahli bela diri yang kuat.

Tingkat/posisi dalam karate itu di bedakan lewat kemampuan dalam menghafal atau melakukan gerak yang maximal dalam jurus tersebut.

Maksudnya tingkatan dibedakan oleh sabuk. Untuk mendapatkan tingkatan/posisi tersebut, kita di haruskan mengikutkan sesi ujian sabuk. Yang berlangsung setiap 4 bulan sekali. Untuk tingkat ini terbagi menjadi menjadi:

Sabuk putih. Sabuk ini diartikan sebagai pemula atau awalan seorang karateka. Warna putih sendiri melambangkan kemurnian dan kesucian. Seorang pemula wajib mempunyai jiwa yang sabar saat memperdalam teknik gerakan awal karate.

Sabuk kuning. Berlanjut ke sabuk kuning, yang merupakan level kedua dari seorang karateka pemula. Teori sabuk kuning adalah matahari bercahaya, yang memiliki makna siap berjumpa hari yang baru. Karateka yang sudah di fase sabuk kuning wajib mempunyai jiwa semangat yang kokoh

Sabuk Orange. Berikutnya ada sabuk oranye, yang mencitrakan matahari bercahaya hangat. Seorang karateka sudah dapat merasakan rangkaian ilmu karate dari aspek pikiran serta fisik. Meski begitu, tak semua karateka bisa menggunakan sabuk oranye. Sebab, seorang karateka yang pakai sabuk oranye itu berarti sudah siap menuju tingakatan berikutnya.

Sabuk Hijau . Karateka yang telah bersabuk hijau mulai menuju ke tahap atas. Seorang karateka yang mengenakan sabuk hijau harus bisa menguasai ilmu karate lebih rinci, kemudian diiringi dengan keseimbangan kehidupan sekitarnya dalam menggunakan jurus bela diri.

Sabuk biru . Beranjak ke tingkatan selanjutnya, ada sabuk biru atau Ai Obi. Sesuai dengan warnanya, sabuk biru ini melambangkan warna laut dan samudera, yang mempunyai jiwa semangat besar, serta harus bisa mengendalikan emosi, serta berani tanggung jawab diiringi meningkatkan kedisiplinan.

Sabuk coklat (Kyu 3-1)Adapun filosofi warna cokelat ini melambangkan tanah, yang berdampingan langsung dengan bumi. Sabuk cokelat ini mempunyai makna seorang karateka memiliki sikap yang rendah hati kepada sesama.

Jika belajar karate, wajib menghargai semuanya yang berpartisipasi dalam belajar ilmu karate. Sabuk cokelat ini tingkatan menuju ke sabuk paling senior.

Sabuk hitam ( Dan 1-11)Kuro Obi atau Dan merupakan sabuk teratas dalam karate. Biasanya sabuk ini berwarna hitam dan terdapat tingkatannya lagi di dalamnya.

Adapun tingkatan itu terbagi dari level 1 sampai 11. Jika sudah bertengger di sabuk hitam, berarti seorang karateka sudah memiliki ilmu karate yang sangat tinggi.

( Maaf jika penjelasannya salah🙏🙏🙏🙏 karena informasi yang saya peroleh bersumber dari Google. Untuk saya sendiri tidak begitu faham soal karate.)