NovelToon NovelToon
PESUGIHAN BAPAK

PESUGIHAN BAPAK

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Hantu / Tumbal
Popularitas:19.3k
Nilai: 5
Nama Author: Vie Junaeni

Ratu tinggal di panti asuhan sejak kecil. Ia tak pernah menyangka kalau akan menjadi pewaris harta berlimpah milik Hadinata Praditha dari Desa Gandasturi. Akan tetapi, gadis itu malah disambut cibiran dan dikucilkan oleh para warga desa yang curiga kalau kedatangannya akan menambah musibah. Apalagi di desa tersebut tengah dilanda teror makhluk kerdil yang dianggap “peliharaan” pesugihan bapaknya.

Kedatangan Adam yang tengah melakukan kegiatan KKN di desa, membuat secercah kebahagiaan bagi Ratu. Adam yang juga menyukai Ratu, berusaha membela gadis itu. Namun, kejadian mengerikan yang menyisakan sebuah misteri muncul silih berganti menghantui.

Ratu dan Adam mulai curiga bahwa ada rahasia besar di balik pesugihan keluarga Praditha. Apalagi ketika nyawa mereka malah terancam menjadi sasaran makhluk kerdil dan juga seseorang yang misterius.

Mampukah Ratu dan Adam bertahan hidup untuk menghentikan teror makhluk kerdil di Gandasturi?


Note : Buat yang plagiat, ATM, auto kutilan sebadan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vie Junaeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25 - Perjodohan Keluarga Hadinata dan Nawang Wulan

Bab 25 - Perjodohan Keluarga Hadinata dan Nawang Wulan

“Nak Adam ini ketua para nakes dari kota, kan? Saya dengar para anak yang terkena wabah sudah membaik, apa betul?”

Mira mempersilakan Adam dan yang lainnya untuk duduk. Di tangannya sudah ada secangkir kopi susu yang tengah ia seruput perlahan.

“Iya, Nyonya. Kami berusaha semaksimal mungkin menyembuhkan para pasien,” sahut Adam.

Sementara Sule dan Adit sudah lahap dengan biskuit dan cemilan lainnya dibarengi dengan secangkir kopi susu hangat.

“Panggil saya Mira saja, atau Ibu Mira juga boleh. Kalian bukan pembantu saya, jadi tidak usah panggil nyonya,” ucap Mira.

Sari yang duduk di samping Mira tak henti-henti menatap Adam. Gadis itu sudah tergila-gila pada pemuda tampan itu dari kali pertama bertemu. Mira tahu kalau putrinya sedang jatuh cinta. Ia berbisik pada Sari untuk bersikap sewajarnya dan lemah lembut di hadapan Adam.

“Mbok Mar, Ratu sudah diberitahu kalau ada pertemuan dengan keluarga Nawang Wulan?” tanya Mira menghentikan langkah Mbok Mar yang baru saja meletakkan singkong goreng ke atas meja.

“Belum, Nyonya. Nanti saya minta Siti memberitahukan pada Non Ratu,” jawabnya.

“Bilang sama Ratu supaya dandan yang sepantasnya. Saya ingin perjodohan ini berlangsung sempurna tidak ada halangan,” ucapnya.

“Uhuk uhuk!”

Adam yang baru saja menyeruput secangkir kopi susu sampai tersedak. Ia tak menyangka kalau akan ada perjodohan keluarga Hadinata dengan Nawang Wulan pemilik Desa Onde.

“Ada apa, Mas Adam? Minumnya panas, ya?” tanya Sari.

“Iya, panas banget, sampe keselek saya. Maaf saya mau ke kamar mandi dulu,” ucap Adam.

“Mau Sari anter?” tanyanya dengan tatapan genit.

“Nggak usah, saya bisa sendiri. Mbok Mar, tunggu saya mau ke kamar mandi.” Adam bangkit dan langsung menghampiri Mbok Mar.

Keduanya lantas melangkahkan kaki menuju ke kamar mandi. Sari tadinya ingin bangkit ikut serta, tetapi ibunya sudah sigap melarang dan memintanya kembali duduk dengan tenang.

“Mbok, emang si Ratu ada apa mau ketemu sama keluarga Nawang Wulan?” tanya Adam pelan menahan Mbok Mar.

“Mas Adam ini kok tumben pengen tahu banget, hayo ada apa? Naksir ya sama Non Ratu?” balas Mbok Mar.

“Kepo, Mbok. Emang nggak boleh?” Adam tertawa.

“Mbok juga heran, Mas,” bisiknya.

“Heran kenapa, Mbok?” Adam ikut bersuara dengan berbisik.

“Tapi jangan bilang-bilang, ya?”

Adam mengangguk mengiyakan seraya menunjukkan dua jari telunjuk dan jari tengah membentuk huruf V.

“Asline yang Mbok tau itu keluarga mereka saling berkompetisi, ya pada suka ribut gitu. Nah, tiba-tiba Nyonya Mira menghubungi keluarga Nawang Wulan dan menawarkan perjodohan Non Ratu dan Tuan Muda Joko, kalau gak salah ya namanya Joko.”

“Terus, Ratu setuju dengan perjodohan ini?” tanya Adam seraya menunjukkan wajah serius.

“Ya, pasti tidak setuju, Mas. Tapi, Nyonya bilang ini wasiat Tuan Besar, dan perjodohan ini dapat menyelamatkan pabrik di kota sama membayar semua karyawan Keluarga Hadinata di desa ini,” jelas Mbok Mar.

“Masa sih gara-gara itu alasannya? Pasti ada alasan yang lain, Mbok,” kata Adam.

“Menurut Mbok juga gitu.”

Adam dan Mbok Mar saling mengangguk bersahutan. Tiba-tiba, Siti datang sengaja mengejutkan keduanya. Gadis itu menepuk punggung Mbok Mar dan Adam bersamaan.

“Hayo pada ngapain?!” pekik Siti.

Sontak saja Adam dan Mbok Mar saling berpelukan dengan spontan.

“Yoh, yoh, yoh, si Siti! Kamu itu bisa gak sih nggak usah ngagetin?!” teriak Mbok Mar.

“Tau nih!”

Adam segera melepas Mbok Mar. Dia menatap Siti tajam.

“Hehehe, lagian pada bisik-bisik serius gitu di sini. Pada ngomongin apa, sih?” tanya Siti.

“Itu loh perjodohan Non Ratu. Kamu udah bilang sama dia buat siap-siap besok?” tanya Mbok Mar.

“Udah, Mbok. Duh, lagian kenapa sih hari gini masih aja dijodoh-jodohkan? Non Ratu kesal tau, Mbok,” jawab Siti.

“Tau tuh, kenapa nyonya mu itu menjodohkan Ratu segala sih sama si Joko itu? Tampangnya gak banget tau. Gue pernah ketemu di Desa Onde. Mana ada tai lalat gede banget nangkring di hidung,” jawab Adam.

“Hahaha, Mas Adam cemburu, ya? Suka kan sama Non Ratu?” ledek Siti.

“Bukan gitu, Ti. Ya kasihan aja sama Ratu. Masa baru jadi warga desa sini terus tiba-tiba dijodohkan. Boleh ketemu sama Ratu?” tanya Adam.

“Non Ratu udah kunci kamar, Mas. Dia ngantuk, lagian kasian juga dia shock gara-gara kematian Pak Sugeng. Besok aja ketemu di taman yang baru dekat pasar. Nanti aku bawa dia ke sana,” ucap Siti.

“Oke.”

Adam setuju, lalu menuju ke ruang tamu tempat dua rekannya berada. Setelah berbincang basa-basi dengan Mira dan Sari, ia mengajak Adit dan Sule untuk pamit.

...***...

Keesokan harinya, Adam yang tengah mengunjungi pasien bernama Amir, meminta pada Adit dan Sule agar sementara ini tak pergi ke rumah pasien berikutnya dulu.

“Mas Adam, bisa ikut saya sebentar?”

Pak Ardi ayahnya Amir, meminta Adam untuk ikut ke dalam sebuah kamar. Seorang pria paruh baya tengah menunggu Adam di sana. Dia menunjukkan keris warisan leluhur yang diberikan kakek buyutnya. Keris berukir ular cobra dengan pegangan berlapis emas itu, diperlihatkan kepada Adam.

"Ini Mbah Buyut, Mas Adam. Dia bilang kalau keris ini tiba-tiba bergerak seolah ingin menghampiri pemiliknya,” ucap Ardi.

“Pemiliknya?” Adam bertanya tak mengerti.

Pak Ardi mendekatkan telinganya ke arah pria renta yang dipanggilnya Mbah Buyut itu. Lalu, ia kembali menatap Adam.

“Jenengan keturunan Ratu Kencana Ungu, toh?” tanyanya.

Adam tak mengerti dari mana Pak Ardi tahu mengenai silsilah keluarganya.

“Pak Ardi soal Kencana Ungu itu–”

“Saya paham, Mas. Hal itu mau dirahasiakan, bukan?” ucapnya seraya memotong ucapan Adam.

Adam akhirnya mengangguk.

“Saya paham dan saya akan merahasiakannya. Tapi, ini amanat dari Mbah Buyut. Keris ini dapat membantu untuk memusnahkan roh jahat yang ingin menyakiti Mas Adam nantinya,” ucapnya.

“Menyakiti saya?”

Mbah Buyut terlihat mengangguk lalu tersenyum hangat.

“Baiklah kalau begitu, Mbah. Saya terima keris ini dengan baik kalau begitu,” ucap Adam.

Pemuda itu menanggapi dengan anggukan seraya menelisik dengan saksama keris tersebut. Ia tak enak hati jika menolak.

"Terima kasih ya, Mbah Buyut,” ucap Adam sebelum meninggalkan kamar tersebut bersama Pak Ardi.

“Saya juga berterima kasih, Mas, karena berkat bantuan Mas dan temannya itu anak saya si Amir jadi kembali sehat,” ucapnya.

"Alhamdulillah, Pak. Sudah ketentuan Allah kalau Amir dapat sembuh.”

"Feeling Mbah Buyut saya kuat, Dam. Saya yakin kamu bisa menggunakannya kelak dengan baik untuk menolong kamu dan yang membutuhkan," ucap Pak Ardi.

"Mir, si Adit sama Sule ke mana?” tanya Adam pada Amir yang tengah bermain dengan seekor kucing.

"Katanya mau nyabut singkong di sana!” sahutnya menunjuk ke arah samping kanannya.

"Aduh, itu kan kebun punya Pak Ardi, celamitan amat sih!” keluh Adam.

"Nggak apa, Mas. Biar saja, saya ikhlas silakan diambil,” ucapnya.

"Mas Adam, sini main sama Amir!” ajak anak itu.

Sementara Pak Ardi pamit mau membersihkan Mbah Buyut karena mulai tercium aroma tak sedap dari kamarnya.

“Oke, Mir.” Adam mendekat pada Amir.

"Mas, semalam aku mimpi. Aku ketemu sama makhluk cebol seram sekali. Aku takut tau, Mas. Katanya dia mau bawa aku pergi jauh,” ucap Amir.

...********...

...To be continued ...

1
Zuhril Witanto
lanjut....
Zuhril Witanto
lanjut lah ....
Zuhril Witanto
kok gak pernah up thor
Zuhril Witanto
lanjut
Zuhril Witanto
up dong kak ...
Ainun Asya Rzky
/Cry//Cry/ kak ve.... kngeeeeen
.. novel2 horor kak ve... emang terbaik.... 👍👍
Zuhril Witanto
semangat up kak....
Zuhril Witanto
lanjut thor
Hati Yang Terkilan
si Ratu yg ngalami mimpi buruk...kok aku yg tegang gini../Facepalm//Facepalm/...

Salam Asli Sabahan.Malaysia😘😘
Hati Yang Terkilan
mohon maaf Thor...aku mo nanya gimana tu nasi kucing...kurang ngarti aku Thor...

Salam Asli Sabahan.Malaysia.😘😘😘😘
𝓿𝓪𝓷𝓲𝓪
semangat up nya kak vie
Bunda silvia
Bagus cuman nunggu up lama
Zuhril Witanto
lanjut
Zuhril Witanto
Karyo mencurigakan...
Mama Jasmine
ishhhh si karyo ganggu aja
rodiah
hadeuuuh mas karyo juga misterius itu...
Haryati
wih mas Karyo selalu muncul....curiga nih curuga
Mama Jasmine
mengerikan 😖😖😖
Haryati
haduh Adam hayoook cepat bertindak sebelum banyak korban lagi
Zuhril Witanto
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!