Apa yang diharapkan Oryza pada pernikahan yang berawal dari kesalahan? Kecelakaan malam itu membuatnya terikat dengan Orion sang pebisnis terkenal sekaligus calon tunangan adiknya, bukankah sudah cocok disebut menjadi antagonis?
Ia dibenci keluarganya bahkan suaminya, sesuai kesepakatan dari awal, mereka akan berpisah setelah anak mereka berusia tiga tahun dengan hak asuh anak yang akan jatuh pada Oryza. Tapi 99 hari sebelum cerai, berbagai upaya dilakukan Oryza mendekatkan putranya dengan sang suami juga adiknya yang akan menjadi istri selanjutnya. Surat cerai tertanda tangani lebih cepat dari kesepakatan, karena Oryza tau ia mungkin sudah tiada sebelum hari itu tiba
Jangan lupa like, vote dan komen ya🙏🏼
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mukarromah Isn., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Silvi
"Aku tak mengerti apa yang membuatnya menyembunyikan surat cerai itu" Oryza mengatur nafasnya yang ngos-ngosan karena lelah menggeledah laci sampai ruang kerja suaminya namun tak menemukan apapun
"Bukankah harusnya dia senang kalau semuanya di percepat?" Ia masih menggerutu, membuka satu persatu laci dalam kamar mereka
"Apa yang kau lakukan?" Tanpa menoleh, Oryza tau yang masuk kamar adalah suaminya
"Aku mencari surat itu" tanpa menyebutkan surat yang mana, Oryza yakin pria yang masih berstatus suaminya saat ini tau maksudnya
"Surat itu lagi? Kenapa kamu bersikeras memintanya? Apa jangan-jangan kamu punya selingkuhan?" Tuduhnya tak masuk akal
"Jangan menuduhku atas hal yang kamu lakukan!" Tegas Oryza menjawab tepat dimata suaminya. Mata berwarna coklat dengan wajah tegas yang membuat ia pernah mengalami patah hati kesekian kali. Semua orang mengira saat SMA dirinya berpacaran dengan Rendra, namun yang tau tentang siapa ia sebenarnya jatuh cinta adalah dirinya, Rendra dan Tuhan
"Lantas alasan apa yang membuatmu begitu bersikeras ingin bercerai kalau bukan selingkuh?"
"Pernikahan ini sudah ternoda dari awal Orion, tak ada yang baik-baik saja. Bukankah mengakhirinya lebih cepat itu lebih baik daripada terus saling menyakiti?"
"Bagian mana yang kamu maksud saling menyakiti?"
"Mungkin kamu tak tersakiti, tapi aku sakit setiap kali melihat wajah putraku dan berbohong padanya dengan berjuta alasan kenapa ayahnya selalu mengajak Bibi Alice"
"Aku tak cemburu, aku tak melarangmu dengan Alice" sanggah Oryza cepat karena tau kalimat yang akan keluar selanjutnya dari bibir suaminya
"Aku tak melarang Saga lagi untuk dekat dengannya, namun setidaknya kalau kita berpisah sekarang, aku bisa memberikan pengertian padanya"
"Kamu yang membuat janji menandatangani setelah Saga berusia tiga tahun, lantas kamu juga yang ingin mengakhirinya sebelum batas waktu? Apa kamu benar-benar tak menghargaiku? Lalu apa gunanya surat perjanjian itu?" Oryza bungkam, memang benar apa adanya jika ia yang meminta karena berpikir di usia tiga tahun Saga pasti bisa paham kondisi orang tuanya
"Maaf, aku hanya takut tak bisa menandatanginya"
"Apa sesulit itu untuk berpisah denganku sampai kamu tak bisa tanda tangan?" Oryza enggan menjawab, ia memilih langsung merebahkan tubuhnya pada ranjang kosong disebelah suaminya. Hanya keheningan yang menjadi temannya kala malam datang, suara detak jarum jam membuat lengkap sudah suasana yang semakin hening
.
Pagi yang kesekian kali menyapa, dengan kesibukan yang sebentar lagi akan berubah, Oryza masih menjalani hari seperti kemarin walau dengan perubahan yang makin nampak
"Bunda menyuruh kita datang ke rumah nanti malam" Orion bicara sambil menatap wajah Oryza yang serius memasangkan dasi padanya. Aktivitas baru istrinya yang ia biarkan begitu saja. Aneh memang, setiap malam selalu membalas soal perceraian tapi ketika pagi datang langsung berubah menjadi pasangan romantis
"Oh iya? Memangnya ada acara apa?" Oryza membenarkan jas sang suami, mengusapnya lembut seolah meneliti hasil kerjanya
"Silvi akan pulang dari New York. Mama membuat acara makan malam sederhana untuk menyambutnya" Silvi adalah Adik Orion, satu-satunya saudara yang ia miliki
"Baiklah. Apa kami perlu menunggumu?" Oryza bertanya seraya menghidangkan makanan diatas piring suaminya, ia menjalankan peran dengan baik
"Iya, nanti kita berangkat bersama. Aku tak ingin orang lain berpikiran macam-macam" Oryza menghela nafas dan mengangguk, terlalu malas mengungkit masalah yang sama juga berulang kali
.
Malam menyapa lagi, dengan kesendirian, dengan rasa takut, dengan rasa cemas yang seolah menjadi teman. Kesunyiannya memiliki makna yang berbeda untuk masing-masing orang, menenangkan atau justru menakutkan. Sebagai waktu istirahat atau sebagai waktu yang penuh dengan ketakutan
Gerbang hitam tinggi itu dibuka satpam rumah ketika melihat mobil putra sulung majikannya ada disana, Orion berterima kasih dengan sedikit menundukkan kepala membuat satpam tersenyum seraya mengucapkan selamat datang
"Ya tuhan, cucu nenek. Sudah lama kamu tidak bermain kesini" begitu mereka keluar, ibu mertuanya ternyata sudah menunggu mereka, atau lebih tepatnya menunggu Saga karena balita yang sebentar lagi memasuki usia tiga tahun itu langsung digendong begitu saja
"Apa kabar mama?" Oryza mencium tangan ibu mertuanya diikuti Orion di belakangnya
"Mama selalu baik" jawabnya tersenyum lembut
"Jangan terlalu sibuk dengan rumah sakit" ucap Saga, ibunya adalah dokter spesialis bedah utama dirumah sakit keluarga mereka. Wanita itu tak mau mengubur cita-citanya menjadi dokter ketika menikah dengan Papa Orion yang merupakan direktur perusahaan. Ia bilang kalau ini bukan tentang uang, tapi tentang mimpi masa kecilnya
"Jadwal operasi mama sudah tidak sepadat dulu lagi"
"Syukurlah kalau mereka sadar mama tambah tua"
"Dasar anak kurang ajar, apa kamu berharap mama mu ini cepat meninggal?"
"Siapa yang bilang begitu Ma? Maksudku mama bisa lebih banyak menghabiskan waktu dirumah"
"Sudahlah, sekarang ayo masuk"
"Kakak" baru membuka pintu, tubuh Orion langsung digelayuti dengan manja oleh Silvi, adik perempuannya
"Apa kamu benar-benar pulang sekarang? Atau hanya sekedar liburan saja seperti sebelum-belumnya?"
"Kali ini aku serius untuk pulang, lelah juga terlalu jauh dari keluarga"
"Setelah bertahun-tahun, kenapa baru sekarang mengatakan itu. Kamu tak tau bagaimana cemasnya papa mama setiap malam mengkhawatirkanmu"
"Tak usah khawatir, aku bisa menjaga diri" gadis itu bekerja sebagai model dan memilih menetap di Amerika beberapa tahun kebelakang setelah menyelesaikan program sarjananya disana
"Aku tak akan mungkin tiba-tiba mengabari hamil dan mengambil pacar orang lain" Oryza tau dari cara pandang perempuan itu padanya, ia jelas sekali menyindir bagaimana ia dan Orion bisa menikah dulu. Sejak dulu, hubungannya dengan Silvi memang tak baik-baik saja. Gadis itu adalah adik kelasnya yang beda satu tingkat dibawah, sekaligus juga teman Alice. Ia dan Alice berteman dekat, karenanya tak jarang Alice juga sering kali mampir kerumah ini yang membuat hubungannya dengan Orion semakin dekat. Awalnya semua mengira mereka berakhir bahagia, nyatanya Oryza malah datang menjadi antagonis dalam hubungan mereka
Alasan Silvi tak menyukainya juga bukan hanya karena ia merebut Orion dari sahabatnya, tapi ternyata jauh sebelum itu gadis itu sangat membencinya ketika cintanya ditolak mentah-mentah oleh Rendra yang membuatnya malu. Beredar rumor ia yang menjadi pacar Rendra membuat Silvi semakin membencinya setengah mati, belum lagi menanggung malu karena pertama kali ditolak didepan umum karena biasanya ia yang menolak laki-laki. Kecantikannya memang tak diragukan, apalagi latar belakang keluarganya, hanya saja Rendra memang saat itu tak memiliki perasaan apapun dan tak ingin menjalin kisah dengan landasan tak enak hati. Imbasnya gadis itu malah membencinya sampai sekarang. Oryza tak tau apa itu satu-satunya alasan, tapi yang pasti itu alasan kuat yang mendasarinya
Oryza 😭😭😭😭😭🤧
begitulah versi cerita ni... semua feeling jg ada d situ d uli sebati ole author. huhhh sedih bnget ya
karena Allah lebih tahu bahwasanya kita tidak boleh terlalu terlena & memuja yg ada di dunia ini tanpa mengingat penciptanya... Allah mengambilnya supaya kita selalu mengingat & berdoa kepada sang pencipta