* * *
Gadis cantik dengan mata teduh, hidung mancung dan kulit putih selembut sutra itu bernama Maria Shanna. Wanita berusia 22 tahun yang dulunya menjalani hidup bak seorang putri ...
Namun, dalam sehari gelarnya berubah menjadi Mommy, Daddy dan juga kakak untuk kedua adiknya. karena kedua orang tuanya meninggal akibat kecelakaan tragis.
Shanna yang saat itu masih duduk dibangku SMA kelas dua dipaksa kuat untuk menjadi sandaran bagi adik-adiknya.
Kehidupan Shanna dan kedua adiknya berubah 360 derajat ...
Hingga empat tahun berlalu, Shanna akhirnya bertemu pria bernama Dave Abraham, seorang CEO dan juga ketua mafia.
Pria dingin dan angkuh yang memintanya menjadi istrinya karena kesalahan yang mereka lakukukan membuahkan hasil ...
Tanpa Shanna ketahui, Dave menikahinya hanya untuk mendapatkan hak atas bayi yang dikandungnya ...
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Mampukah Shanna membuat Dave bertekuk lutut di hadapannya?
* * *
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sgt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
eps.8
*
*
*
Shanna memandangi pantulan dirinya pada cermin berukuran sedang. Dress kuning pastel di bawah lutut, sepatu hak berwarna cream dengan tinggi 5 cm, rambut panjang sepinggang berwarna coklat sedikit kerli dibiarkan terurai, tidak lupa polesan make up tipis yang hampir tidak terlihat. Membuat Shanna tampak begitu cantik.
tidak ada yang akan percaya bahwa Shanna bisa bertindak bar bar seperti tadi, melihat bagaimana ia yang begitu anggun dengan pembawaannya yang lemah lembut.
sebelum beranjak dari toilet, tidak lupa Shanna mengalungkan id card nya, ia tersenyum lebar memandangi tanda pengenal yang bertuliskan nama lengkap dan posisinya sebagai desain interior dengan nama perusahaan Bonnati. Salah satu perusahaan konstruksi terbesar di kota Roma.
Shanna merasa sangat beruntung bisa diterima bekerja pada perusahaan tersebut hanya dengan berbekal sertifikat kursus desain interior.
ya, alih-alih berkuliah, ia memutuskan untuk mengikuti kursus desain interior selama setahun agar bisa mengantongi sertifikat. Tadinya Shanna berencana hanya akan bekerja secara online saja, tidak pernah berfikir bekerja di perusaan besar, karena ia cukup tau diri.
namun rupanya nasib baik berpihak padanya. Secara tidak sengaja ia bertemu teman semasa SMA nya yang bekerja di perusahaan tersebut, saat itu temannya menjadi tamu pengajar di tempat ia kursus.
hubungan keduanya kembali dekat, hingga Shanna medapatkan tawaran untuk interv di perusahaan Bonnati tempat temannya itu bekerja.
Shanna diterima bekerja juga tidak lepas dari kemampuannya dalam merancang. ya, walaupun peran temannya sebagai orang dalam juga sangat berpengaruh, untuk itu Shanna bertekad tidak ingin membuat temannya kecewa.
hingga saat ini terhitung Shanna bekerja di perusaan Bonnati sudah lima bulan, masih cukup baru tetapi karena ia yang mudah bersosialisa membuatnya cepat beradaptasi dan diterima baik oleh teman sekantornya.
*
*
Shanna keluar, melangkah menuju ruang rapat yang sudah di siapkan. Ia duduk dikursi tepat bersebelahan dengan arsitek yang akan ia dampingi.
"kau sangat cantik." Bisik arsitek itu menggeser kursinya di dekat Shanna.
"trimakasih pak Andrew." Jawab Shanna tersenyum tipis.
"Jangan panggil pak, kita hanya berdua disini."
"Baiklah ... baiklah ... kak Andrew." Jawab Shanna jengah menekankan kata kak Andrew.
Shanna maupun karyawan lain memang memiliki kedekatan yang cukup baik, karena intensitas waktu mereka yang selalu bersama, mereka akan saling memanggil nama saja jika sedang tidak bekerja ataupun di luar kantor Bonnati.
tidak ada jarak antara bawahan dan atasan, hal ini mungkin karena mereka yang rata rata memang masih muda.
*
*
saat tengah asyik mengobrol pintu ruangan terdengar dibuka.
Andrew dan Shanna berdiri menyambut kedatangan CEO Abraham Group yang sudah mereka nantikan proyeknya sejak beberapa minggu yang lalu.
Shanna kaget, matanya membulat sempurna.
"kenapa mereka disini, mau apa mereka?"
"siapa mereka kak? bisik Shanna bertanya pada Anderew, ia masih ingin berfikir positve.
"sepertinya mataku bermasalah. Sebaiknya aku mampir kedokter mata setelah meeting." Batin Shanna menganggap matanya yang salah.
"Tentu saja Dave Abraham, dia CEO Abraham Group. Serius kau tidak mengenalnya?" jawab Andrew heran. Mana ada orang yang tidak kenal dengan seorang Dave Abraham. pewaris tunggal salah satu perusahaan "super besar" di dunia.
Shanna limbung, matanya berkabut, ia seolah akan pingsan melihat dua orang pria berjalan masuk mendekati meja tempat mereka akan melaksanakan meeting.
Rasanya ingin sekali bersembunyi di lubang jika saja dia adalah seekor semut. Shanna bergeser menutupi tubuhnya di belakang Andrew.
"meetingnya bahkan belum dimulai. Tetapi aku sudah tau hasil akhirnya." batin Shanna lagi, ia hampir tidak bisa menopang berat badannya, tulang-tulang terasa lemas serta matanya memerah menahan tangis.
Shanna yakin proposal mereka akan ditolak mentah-mentah. Padahal belum memulai apapun, tetapi sudah kehilangan proyek pertama ini. Fikirnya
Melihat tingkah Shanna yang aneh Andrew berbisik "ada apa? kau sakit?"
"kak Andrew, sebaiknya kita pulang saja." Bisik Shanna.
"Jangan gila, ini kesempatan besar kita," Andrew berbisik lagi kemudian menarik Shanna pelan agar berdiri sejajar dengannya.
Shanna mengurai rambutnya kedepan berusaha agar menutupi sebagian wajahnya.
"Selamat pagi tuan Dave." Sapa Andrew.
"selamat pagi."
"Perkenalkan saya Andrew dan ini partner yang akan mendampingi saya, namanya Shanna."
Dave yang sejak masuk melihat keberadaan wanita bar-bar yang sudah melukai hidung dan harga dirinya itu, tidak pernah melepaskan pandangannya dari Shanna, sampai-sampai ia tidak menghiraukan Andrew yang sedang memperkenalkan diri.
Andrew yang melihat pandangan Dave pada Shanna merasa senang, ia yakin akan diterima dalam proyek ini karena Dave yang sepertinya tertarik dengan Shanna. Andai saja Andrew tau apa yang baru saja telah terjadi di lobi.
Mike mengambil alih untuk menanggapi Andrew, karena Dave yang tak kunjung membuka suara. "Silahkan duduk tuan Andrew, nona Shanna! tuan Dave sudah membaca point-point penting pengajuan kerja sama anda, proposalnya menarik dan sepertinya tuan Dave akan merima kerja sama ini."
"Siapa bilang?" Dave memotong perkataan mike.
hal itu membuat tiga pasang mata di depannya segera memandang ke arahnya, termasuk Shanna yang memberi tatapan sedih seolah memohon pada tuan CEO yang sudah ia celakai itu.
Dave tersenyum menyeringai, pandangan matanya pada Shanna seolah menegaskan bahwa ia bisa dengan mudah membalas wanita itu berkali-kali lipat.
Membuat Shanna bergidik ngeri.
"Shanna bodoooh ... apa saja yang kau lakukan selama ini sampai kau tidak tahu wajah pemilik Abraham Group." batin Shanna kesal seraya meremat jari jemarinya.
"maaf tuan Dave, maksud anda bagaimana? kami fikir meeting kali ini adalah pertanda bahwa kerja sama antara Abraham Group dan Bonnati sudah bisa mulai direncanakan." ujar Andrew.
"Ya, awalnya begitu."
"Maksud anda tuan?"
"Tadi aku di serang oleh kucing liar dan membuat hidungku berdarah, hal itu membuat moodku rusak."
"Maaf, tapi apa hubungannya kucing liar itu dengan kerja sama ini tuan?" Andrew menahan marah. Ia tidak terima karena Dave seperti mempermainkan mereka.
Hanya karena kucing liar, hingga membuat kerja sama antara dua perusahaan besar menjadi batal, itu sungguh tidak masuk akal.
"sangat ... sangat amat berhubungan! Karena masalahnya kucing liar itu adal- "
Braaaaaak
Perkataan Dave terpotong oleh suara gebrakan meja.
"Tuan Dave." Shanna reflek menggebrak meja dan berdiri. Ia panik jika Dave mengatakan bahwa kucing liar yang dimaksud itu adalah dirinya, yang otomatis akan membuat Andrew maupun atasannya di kantor marah. Bisa-bisa ia bukan hanya kehilangan proyek, tetapi juga kehilangan pekerjaan.
Para pria di depannya itu sontak kaget, tapi tidak dengan Dave, ia justru tersenyum licik. Ingin melihat sejauh mana Shanna akan bertindak.
"Shanna, apa yang kau lakukan? duduklah!" Bisik Andrew kembali mengarahkan Shanna untuk duduk, ini pertama kalinya ia mendengar suara tinggi Shanna.
"aah ... ma-maaf ... ma-maksud saya, tuan Dave tolong pertimbangkan kembali keputusan anda." Shanna terbata.
"to - tolong anda pelajari lagi proposal yang kami ajukan. Saya yakin anda hanya keliru."
"Tidak perlu terburu-buru tuan, kami akan menunggu." serunya dengan sangat sopan dan sorot mata yang mengiba.
"ku mohon jangan hukum aku tuan, kasihanilah aku." ucap Shanna pada Dave tapi melalui sorot matanya saja.
Dave yang paham sorot mata itu tersenyum tipis, ia sangat puas.
"Baiklah, hari ini cukup sampai di sini. Akan aku pertimbangkan kembali." Jawab Dave berdiri mengambil langkah panjang untuk keluar.
"tapi tuan." Andrew ingin protes namun dicegah oleh Shanna.
"Berapa lama kami akan menunggu kabar dari anda tuan?" pertanyaan Shanna membuat langkah Dave terhenti.
"sampai kucing liar itu datang memohon maaf padaku," pungkas Dave tegas tanpa menoleh ke belakang kemudian melanjutkan langkahnya.
Andrew meradang, ia tidak terima dengan perlakuan Dave. Ia merasa harga dirinya dan perusahaan diinjak-injak. Andrew ingin megejar namun lengannya kembali ditahan oleh Shanna.
"Kita tunggu saja kabarnya kak, aku yakin proyek ini akan diterima." Shanna menenangkan Andrew
"caranya? apa kau akan membawa kucing liar itu untuk meminta maaf pada tuan Dave?"Shanna terdiam, ia merasa sangat bersalah.
"Sudahlah, tidak usah difikirkan. Aku juga tidak ingin bekerja sama dengan orang sombong sepertinya, Ayo kita pulang!" Lanjut Andrew lalu mengajak Shanna pulang ke perusahaan.
*
*
semoga dilancarkan segala urusannya...
ditunggu bab selanjutnya...
di tunggu kelanjutan karya terimakasih