Salwa Nanda Haris, anak sulung dari pasangan Haris dan Raisya. Salwa menolak perjodohannya dengan Tristan, pria yang berstatus duda anak satu.
Awalnya Salwa sangat menolak lamaran tersebut. Ia beralasan tak ingin dibanding-bandingkan dengan mantan istrinya. Padahal saat itu ia belum sama sekali tahu yang namanya Tristan.
Namun pernikahan mereka terpaksa dilakukan secara mendadak lantaran permintaan terakhir dari Papa Tristan yang merupakan sahabat karib dari Haris.
Sebagai seorang anak yang baik, akhirnya Salwa menyetujui pernikahan tersebut.
Hal itu tidak pernah terpikir dalam benak Salwa. Namun ia tidak menyangka, pernikahannya dengan Tristan tidak seburuk yang dia bayangkan. Akhirnya keduanya hidup bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terkesima
Salwa masih menangis. Ia meluapkan kekesalannya. Mungkin ini juga pengaruh hormon PMS-nya.
"Apa aku egois? Maafkan aku ya Allah! Aku hanya wanita biasa yang juga memiliki rasa kecewa." Batin Salwa.
greep...
Tristan memeluk istrinya.
"Maaf, maafkan aku yang tidak mengerti perasaanmu! Kita memang baru saling kenal, jadi perlu adanya penyesuaian. Mulai saat ini kita akan jalani hidup kita layaknya suami istri. Kamu mau, kan?"
Dag dig dug
Hati Salwa panas dingin. Ia hanya bisa mengangguk, tak mampu lagi berkata. Karena aroma maskulin suaminya sudah merasuk ke dalam dada. Membawa kedamaian untuknya.
"Salwa.."
Terdengar dengkuran halus yang berasal dari istrinya. Rupanya Salwa tertidur di pelukan suaminya. Tristan menyunggingkan senyum. Ia pun mengecup kening istrinya.
Keesokan harinya
Seperti biasa, Salwa membuatkan minuman coklat untuk suaminya.
"Minumannya, Mas!" Salwa meletakkan minuman tersebut di atas meja balkon. Karena saat ini suaminya duduk di kursi sana.
Saat Salwa berbalik, tangannya malah ditahan oleh Tristan.
"Ya, apa ada yang kurang, Mas?"
"Ada."
"Apa?"
"Bolehkah aku melihat senyuman istriku pagi ini? Mungkin minuman coklat ini akan lebih nikmat!"
Sebenarnya Salwa merasa aneh dengan perlakuan suaminya itu, namun dia ingat perkataan suaminya semalam. Akhirnya ia pun membuka cadarnya, dan tersenyum kepada suaminya.
"Masyaallah.... terima kasih Bundanya Ira!"
Ujar Tristan dengan tersenyum.
Baru kali ini Salwa melihat suaminya tersenyum. Dan hal tersebut membuatnya terkesima.
"Iya, sama-sama Abinya Ira! Sudah, Mas! Aku mau ke kamar Ira dulu!"
Salwa meninggalkan kamar dan pergi ke kamar Khumairah.
"Sudah siap semuanya, Sayang?"
"Sudah, Bunda!"
"Ayo sarapan dulu!"
Mereka pun sarapan bersama. Salwa melayani suami dan anaknya.
"Kalian berangkat dulu ya? Diantar Mang Jaja! Aku berangkat belakangan nanti!"
"Iya, Mas!"
"Iya, Abi!"
Keduanya mencium punggung tangan Tristan. Tristan mencium pipi kanan dan pipi kiri Khumairah.
"Buat Bunda mana, Bi?"
"Hah?" Tristan melirik Salwa. Kemudian ia mencium keningnya.
Khumairah tersenyum lebar melihat kemesraan Abinya.
"Nah gitu dong! Ayo Bunda kita berangkat!"
Setelah kepergian istri dan anaknya, Tristan menyuruh tukang kebun untuk menurunkan foto di kamarnya.
"Taruh di gudang ya, Mang!"
"Baik, Den! Apa mau diganti dengan foto yang lain, Den?"
"Belum ada! Sementara gini saja dulu!"
"Iya ,Den!"
"Nabila, maafkan aku! Aku menyingkirkan foto kita bukan karena aku sudah melupakanmu. Sampai kapan pun kamu tetap ada di hatiku. Begitu pula Salwa, yang saat ini memiliki tempat sendiri di hatiku. Kamu lihat sendiri, anak kita sangat menyukainya. Aku harap kamu tidak marah kepada kami." Batin Tristan.
Kemudian Tristan menelpon Iyan untuk menjemputnya.
"10 menit, telat kupotong gajimu!"
"Ish, main potong saja! Iya, iya, ini juga udah jalan, Bos!"
"Ya sudah, cepetan!"
Setelah sampai di rumah Tristan mereka bukannya berangkat ke kantor tetapi mampir ke kantor Salman, adik kembar Salwa.
"Kamu nggak usah masuk, tunggu di sini saja!"
"Siap, Bos!"
Tristan pun masuk menemui Salman.
"Silahkan, Pak! Anda sudah ditunggu Pak Salman."
"Terima kasih."
Tok
tok
tok
Tristan mengetik pintu ruangan Salman. Tentu saja Salman melihat siapa yang datang. Karena kacanya tembus dari dalam.
"Masuk, Bang bro!"
"Apa aku mengganggumu?"
"Kenapa kamu kaku sekali sih, Bang? Pantes saja Mbak Salwa tertekan!"
"Hah, memang begini, Man!"
"Bang, Mbak Salwa itu nggak pernah yang namanya pacaran! Mungkin kalau sekedar menyukai atau disukai pernah. Masa dulu sama Mamanya Ira kamu kayak kaku gini, Bang?"
"Tidak, mungkin karena sekarang aku lebih berhati-hati. Aku takut terlalu percaya diri."
"Slow, Bang! Abang , kan memang selalu percaya diri, hehe... Mbak Salwa itu orangnya suka dimanja. Kalau dulu Ayah dan Bunda yang manjain dia, sekarang ya kamu sebagai suaminya yang manjain, Bang! Apa lagi, Mbak Salwa itu bukan hanya menjadi seorang istri, tapi juga seorang Ibu. Beruntung dia bisa cocok dengan Ira. Emang Mbak Salwa nggak menarik ya, Bang? Bukannya diam-diam Abang menyelidiki dia, hem?" Salman menarik turunkan alisnya.
"Sial! Kenapa Salman tahu kalau selama ini aku mencari tahu tentang Salwa? Anak sama Bapak sama-sama bar-bar! Hanya Salwa dan Bunda yang tidak bar-bar!" Batin Tristan.
"Bang, Kamu pasti bertanya-tanya dari mana aku tahu, iya kan? Salman gitu lho! Haha..."
Tristan hanya bisa menggelengkan kepala.
"Apa lagi yang ingin Abang tanyakan?"
"Emmm.. Salwa sukanya apa?"
"Sukanya coklat sama yang berbau keju kalau makanan ya! Kalau sesuatu dia sukanya diperhatikan. Karena sebenarnya dia itu orangnya agak cuek. Makanya dia itu suka kalau ada yang merhatiin dan manjain dia."
"Baiklah terima kasih, sudah mau berbagi."
Salman menepuk bahu Kakak Iparnya.
"Bang, kalau cinta ngomong! Jangan diam saja! Kalau telat, bisa brabe! Nyesel lho! Mbak Salwa itu yang suka banyak, bahkan dosen mudanya saja suka sama dia!"
Tristan mencerna perkataan adik iparnya itu.
"Iya, terima kasih sudah mengingatkan aku! Aku pergi dulu!"
"Oke, Bang bro! Hati-hati!"
Tristan pun keluar dari ruangan Salman, kemudian meninggalkan kantor itu menuju kantornya.
Jam menunjukkan angka 10, Salwa dan Khumairah pulang dari sekolah. Sesampainya di rumah, Khumairah mengantuk dan minta tidur. Encus membantu mengganti baju Khumairah.
"Encus, saya titip Ira dulu ya? Saya mau ke kamar!"
"Iya, Nyonya!"
Salwa pun masuk ke dalam kamarnya. Ia mengganti gamisnya dengan gamis rumahan.
"Bosan juga ya di rumah saja! Oh iya, aku lupa mau menghubungi Kayla! Dia pasti menunggu telpon dariku!" Monolog Salwa.
Setelah selesai menghubungi sahabatnya itu, Salwa hendak tidur siang. Ia membuka jilbabnya dan membiarkan rambut sebahunya terurai. Namun saat akan naik ke atas tempat tidur, Salwa tertegun melihat dinding yang biasanya terpampang foto pernikahan suaminya.
"Kok nggak ada? Siapa yang mindahin?" Monolog Salwa.
Ia menoleh ke setiap sisi dinding kamarnya, namun tidak menemukan foto tersebut. Kemudian, ia pergi ke walk in closet mencarinya di sana. Namun tetap tidak ada.
"Apa Mas Tristan yang sudah memindahkannya? Apa aku salah dengan perkataanku semalam? Mungkin nggak ya kalau Mas Tristan tersinggung?"
Salwa tidak jadi mengantuk, ia menggigit jarinya. Duduk di atas tempat tidur dan berpikir keras.
Ceklek...
Suara pintu kamar terbuka.
Salwa menoleh ke arah pintu. Rupanya Tristan yang datang. Salwa tidak ingat saat ini dirinya tengah mengurai rambutnya.
Sontak Tristan tertegun melihat istrinya.
"Kok sudah pulang, Mas? Ini kan, masih siang? Apa mau makan siang di rumah?"
Tristan masih tidak bergeming, ia hanya melangkah tanpa mengeluarkan suara.
"Kenapa dia diam saja? Mungkin nggak ya dia marah sama aku?" Batin Salwa.
"Mas..."
"Eh, iya!" Tristan tersadar saat sudah sampai di depan istrinya.
"Kamu memang cantik, Wa!" Batin Tristan.
"Kok bengong lagi?"
"Eh, anu! Itu... aku belikan kamu milk cheese avocado."
"Oh, ya? Wah pasti seger banget panas-panas makan minum itu. Makasih ya, Mas?" Salwa mengambil kantong plastik yang dibawa Tristan. Namun Tristan masih menahannya.
"Hanya dengan hal sederhana ini, kamu sudah senang, Wa!" Batin Tristan.
"Mas, jadi dikasih nggak sih?"
"Wa, tolong rambutnya jangan dipotong ya!"
"Hah?" Sontak Salwa meraba rambutnya. Ia baru sadar kalau saat ini tidak mengenakan jilbab.
"Ji-jilbabku!"
"Wa, jilbabmu haram kamu pakai kalau kita sedang berdua di kamar."
Deg
Bersambung....
...----------------...
Next ya kak....
Bahasanya Sangat Sempura..
Ceritanya Suka Bgt...👍🏻😍😘
Bagus Baca Ceritanya Si Salwa...😘🤗