Update rutin 1-5 Bab ... Selamat membaca.
Jangan lupa tinggalkan jejak di komentar...
Long Tian, seorang pendekar jenius yang lahir di Alam Dewa, membawa bakat dan kekuatan yang melampaui batas. Namun, kehebatannya justru menjadi kutukan. Dibenci dan ditakuti oleh para pendekar lainnya, ia dianggap ancaman yang tak bisa dibiarkan. Suatu hari, empat pendekar terkuat dari ranah yang sama bersatu untuk menghancurkannya. Dalam pertarungan epik, Long Tian harus menghadapi kekuatan gabungan yang mengancam nyawanya—apakah ia mampu bertahan, ataukah takdir Alam Dewa akan berubah selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Malam harinya. Di sebuah kedai kecil di kaki gunung, Long Tian duduk bersama Bai Zhi, Han Yu, dan Yu Mei. Meja mereka dipenuhi dengan hidangan lezat dan kendi-kendi arak terbaik yang bisa ditemukan di tempat itu.
Bai Zhi, menjadi orang pertama yang mengangkat cawan araknya. “Untuk Long Tian, sang juara turnamen! Kau membuat kami terlihat seperti semut di depan gunung!” Ia tertawa lebar, wajahnya sudah memerah karena arak.
Han Yu menimpali sambil menunjuk Long Tian dengan sumpitnya. “Jujur saja, Tian, kau bahkan tidak berusaha hari ini, kan? Kau hanya mempermainkan kami semua!” Gelak tawanya menggema di kedai yang ramai itu.
Long Tian hanya tersenyum tenang sambil menyesap araknya. “Aku hanya melakukan apa yang harus dilakukan. Tidak lebih, tidak kurang.”
Yu Mei, yang duduk di samping Long Tian, memukul lengan bajunya dengan ringan. “Kau membuat semua orang merasa kecil di turnamen tadi. Bahkan aku merasa seperti murid biasa yang lemah saat melawanmu!” Namun, senyumnya menghangatkan suasana. “Tapi aku bersyukur bisa sampai di final. Terima kasih sudah memberi kesempatan, Long Tian.”
Long Tian menatap Yu Mei dengan santai. “Kau tidak perlu berterima kasih. Kau sampai di final karena kerja kerasmu sendiri, Yu Mei. Pertarunganmu tadi benar-benar hebat.”
Ucapan itu membuat wajah Yu Mei memerah, tetapi ia cepat-cepat menyembunyikannya dengan menyeruput araknya.
Sementara itu, Bai Zhi sudah mulai terlihat mabuk, menepuk pundak Han Yu dengan keras. “Han Yu, lihat ini, aku bisa minum lebih banyak dari siapa pun di sini!” Ia menuangkan arak ke dalam cawannya hingga penuh dan menenggaknya dalam satu tegukan.
Han Yu menggelengkan kepala sambil tertawa. “Kau? Lebih banyak dariku? Ayo, kita lihat siapa yang bertahan lebih lama!”
Perlombaan minum antara Bai Zhi dan Han Yu pun dimulai, dengan kedua pria itu meneguk arak tanpa henti. Long Tian dan Yu Mei hanya bisa tertawa melihat tingkah mereka yang semakin tidak karuan.
Setelah beberapa saat, Bai Zhi mulai berbicara dengan suara keras, mencoba bersajak tetapi gagal total. “Di atas gunung tinggi… eh, apa tadi? Oh ya, angin bertiup… ah, aku lupa sisanya…” Ia tertawa terbahak-bahak, membuat semua orang di meja itu ikut tertawa.
Han Yu, yang sudah mulai bersandar di meja, mencoba menyelesaikan sajaknya. “Angin bertiup… membawa Bai Zhi… ke dalam jurang malu!” Ledak tawa kembali memenuhi udara.
Yu Mei menatap mereka dengan wajah geli. “Kalian berdua benar-benar seperti anak kecil. Apa tidak takut besok bangun dengan kepala pusing?”
Long Tian menggeleng sambil tersenyum kecil. “Biarkan saja mereka. Mereka perlu merayakan ini dengan cara mereka sendiri.”
Namun, tidak lama kemudian, Bai Zhi terkapar di meja dengan wajah menghadap piring kosong. “Aku menyerah… Han Yu, kau menang…” gumamnya, hampir tidak terdengar. Han Yu, yang tidak jauh lebih baik, hanya bisa tertawa kecil sebelum jatuh tertidur di tempatnya.
Yu Mei menatap mereka berdua dengan heran. “Apa mereka selalu seperti ini?”
“Tidak,” jawab Long Tian dengan nada datar. “Biasanya mereka lebih memalukan.”
Yu Mei tertawa kecil. “Aku senang bisa ikut merayakan malam ini. Rasanya seperti keluarga.”
Long Tian menatap Yu Mei sejenak sebelum mengangguk. “Ya, ini malam yang menyenangkan.”
Malam pun berlalu dengan tawa dan canda. Bai Zhi dan Han Yu akhirnya harus digotong kembali ke kamar mereka oleh Long Tian, yang tampak sama sekali tidak terpengaruh oleh arak. Sementara Yu Mei berjalan di samping mereka, tersenyum hangat, merasa bersyukur bisa berbagi momen seperti ini dengan orang-orang yang ia anggap teman sejati.
...
Keesokan paginya, ketika sinar matahari mulai menyinari Sekte Api Emas, Long Tian dipanggil ke sebuah ruangan pribadi di salah satu gedung utama sekte. Ruangan itu milik Tetua Yan, salah satu tetua yang memimpin turnamen kemarin. Dinding ruangan dihiasi ukiran naga api, memberikan aura megah yang membuat suasana terasa serius.
Long Tian masuk dengan langkah tenang. Tetua Yan sudah menunggunya di balik meja besar yang dipenuhi gulungan kitab dan artefak. Di hadapannya, tergeletak beberapa barang yang tampak mewah.
“Long Tian,” ujar Tetua Yan sambil tersenyum tipis. “Selamat atas kemenanganmu dalam turnamen kemarin. Kau telah membuktikan dirimu sebagai murid terbaik di angkatan baru ini. Dan seperti yang telah dijanjikan, ini adalah hadiahmu.”
Tetua Yan mendorong sebuah kotak kayu kecil ke arahnya. Ketika Long Tian membukanya, ia menemukan dua pil peningkatan Qi tingkat tinggi, masing-masing memancarkan cahaya lembut yang menandakan kualitasnya yang luar biasa. Di sebelah kotak itu, terdapat kantong kulit kecil yang penuh dengan 100 keping koin emas—jumlah yang cukup untuk hidup nyaman selama bertahun-tahun.
“Kau juga akan dinaikkan ke tingkat murid kelas dua,” lanjut Tetua Yan, sambil menyerahkan seragam baru dengan hiasan bordir naga emas di bagian dadanya. “Dengan ini, statusmu di sekte akan lebih tinggi, dan aksesmu ke sumber daya akan jauh lebih luas.”
Long Tian menerima seragam itu dengan hormat, tetapi tatapannya tetap tenang, tidak menunjukkan keterkejutan atau kegembiraan yang berlebihan.
Tetua Yan melanjutkan, “Kami juga ingin memberimu kesempatan untuk pindah ke asrama yang lebih layak, di mana kau akan tinggal bersama para murid tingkat dua lainnya. Asramanya lebih nyaman, dan fasilitasnya jauh lebih baik dibandingkan yang sekarang kau tempati.”
Namun, Long Tian menggeleng pelan. “Saya menghargai tawaran Anda, Tetua Yan, tetapi saya lebih suka tetap tinggal di asrama saya saat ini. Saya sudah terbiasa dengan lingkungan dan teman-teman sekamar saya. Lagipula, tempat itu sudah cukup bagi saya.”
Tetua Yan terdiam sejenak, tampak sedikit terkejut dengan keputusan Long Tian, tetapi akhirnya ia mengangguk. “Kau memang berbeda, Long Tian. Rendah hati, meskipun memiliki kekuatan luar biasa. Baiklah, jika itu keinginanmu, kami tidak akan memaksakan.”
Tetua itu tersenyum puas sebelum berdiri dari kursinya. “Aku berharap kau terus berkembang, Long Tian. Jangan kecewakan Sekte Api Emas.”
Long Tian membungkuk dengan hormat sebelum keluar dari ruangan itu, membawa hadiah-hadiahnya. Saat berjalan kembali ke asramanya, ia merasa lega bisa tetap tinggal bersama Bai Zhi dan Han Yu. Meski hadiah-hadiah itu luar biasa, baginya, hal-hal seperti kehangatan persahabatan dan rasa nyaman di tempatnya jauh lebih penting.
Di kejauhan, ia sudah bisa mendengar suara ribut Bai Zhi dan Han Yu yang tampaknya sedang berdebat tentang sesuatu lagi. Dengan senyum kecil di wajahnya, Long Tian tahu bahwa di sinilah tempat yang paling cocok untuknya.
🤭🤭🤭🤭