"Jatuhkan mobilnya ke jurang sekarang juga!" Dalian mendorong pundak Ayah.
Jalanan licin membuat mobil tergelincir.
"Kyaaa!!!"
Semua orang menjerit saat mobil melaju liar menuju tepi jurang hingga ke dalam.
"Jedderr!! Jedderr!!" Petir menyambar.
Seakan meramalkan malapetaka yang akan datang.
Dan dalam kekacauan itu, terdengar suara di tengah hujan dan petir, suara yang hanya Dalian yang bisa dengar.
"Selamat datang, gadis berambut hitam."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gadis itu Bersedia Menolong Makhluk Lain
“Ada seorang pria bernama Eclipse,” kata Cian dengan nada getir. “Dia adalah makhluk gelap yang haus akan kekuatan. Dia percaya bahwa dengan mencuri jiwa inner child, dia bisa menjadi lebih kuat. Setiap jiwa yang dia jebak di sini memperbesar kendalinya atas dunia ini... dan juga dunia manusia.”
Cian berhenti sejenak, menatap Dalian dengan intens. “Aku berhasil melarikan diri dari Eclipse. Tapi aku tidak punya cukup kekuatan untuk melepaskan jiwa-jiwa yang terjebak di sini. Itulah mengapa aku membutuhkanmu.”
Dalian mundur setapak, ragu. “Kenapa aku? Aku tidak tahu apa-apa soal ini.”
“Karena kamu berbeda, Dalian,” jawab Cian dengan tegas. “Energi dalam dirimu—itu unik. Kamu memiliki hubungan dengan dunia ini, meskipun kamu belum menyadarinya. Tanpa kamu, mereka akan tetap terjebak, dan Eclipse akan terus berkuasa.”
Dalian menghela napas, merasa dadanya sesak. Ia ingin melarikan diri, tetapi ada sesuatu dalam suara Cian yang membuatnya tetap tinggal.
“Apa yang harus aku lakukan?” tanyanya akhirnya.
Cian tersenyum samar, meskipun ada kelelahan dalam matanya. “Aku akan menuntunmu. Tapi ingat, perjalanan ini tidak akan mudah. Eclipse tidak akan diam saja. Dia akan mencoba menghentikan kita. Bahkan, dia mungkin akan menyerang sisi inner child-mu sendiri.”
“Inner child-ku?”
“Ya. Jika dia berhasil menghancurkan itu, kamu akan kehilangan sisi murnimu—bagian dari dirimu yang mampu mencintai, bermimpi, dan merasakan kebahagiaan sejati. Kamu akan menjadi... kosong.”
Dalian merasa dingin menjalari punggungnya. Namun, ia menegakkan tubuhnya, mencoba menepis rasa takut yang mulai merayap.
“Baiklah. Kalau aku benar-benar bisa membantu, aku akan mencoba. Tapi kamu harus menjelaskan semuanya sepanjang jalan.”
Cian mengangguk, dan kabut di sekitar mereka mulai bergerak. “Ayo. Kita harus bergerak sebelum Eclipse menyadari keberadaanmu.”
Saat mereka berjalan lebih jauh ke dalam hutan, Dalian melihat bayangan-bayangan kecil di antara pepohonan. Anak-anak dengan wajah pucat dan mata kosong berdiri diam di antara akar-akar pohon, memandangnya dengan tatapan hampa.
“Siapa mereka?” bisik Dalian, merasa merinding.
“Mereka adalah jiwa-jiwa inner child yang telah kehilangan harapan,” jawab Cian. “Termasuk beberapa siswa di sekolah kamu, Dalian. Mereka tidak bisa bicara, tidak bisa bergerak. Mereka menunggu seseorang membebaskan mereka.”
Dalian menelan ludah, perasaan tak nyaman merayap dalam dirinya. “Bagaimana aku bisa membebaskan mereka?”
“Kamu harus mencari Pohon Kehidupan,” kata Cian. “Pohon itu adalah pusat dari hutan ini. Dari sanalah Eclipse mendapatkan kekuatannya untuk menjebak jiwa-jiwa ini. Jika kamu bisa menghancurkan pengaruhnya, semua jiwa akan bebas.”
“Tapi... apa itu berarti aku harus melawan Eclipse?”
Cian terdiam sejenak, lalu mengangguk. “Ya. Tapi aku akan membantumu.”
Sepanjang perjalanan, Dalian mulai merasakan sesuatu yang aneh dalam dirinya. Ketakutan, keraguan, dan bayangan dari masa lalunya muncul di benaknya. Suara-suara yang mengejeknya, rasa sakit dari kegagalan, dan kesepian yang pernah ia rasakan.
“Itu ulah Eclipse,” kata Cian, suaranya penuh peringatan. “Dia mencoba melemahkanmu dengan menyerang sisi inner child-mu. Jangan biarkan dia masuk ke dalam hatimu.”
Namun, semakin dekat mereka ke Pohon Kehidupan, semakin berat langkah Dalian. Bayangan Eclipse akhirnya muncul. Sosok tinggi, bermantel bulu lebat di bahunya, dengan mata yang bersinar merah, senyumnya dingin dan penuh tipu muslihat.
“Jadi, inilah pahlawan yang kau bicarakan, Cian? Haha, dia tampak gadis kecil yang tidak bisa apa-apa,” kata Eclipse, suaranya terdengar seperti cemoohan. Tapi rasa ingin tahunya muncul sebab rambut hitam panjang yang dimiliki Dalian.
Dalian merasa lututnya lemas, tetapi ia mendengar suara Cian di telinganya. “Ingat, Dalian. Inner child-mu adalah sumber kekuatanmu. Percaya pada dirimu sendiri. Dia hanya bisa menang jika kamu menyerah.”
Dengan tekad baru, Dalian menatap Eclipse. “Aku mungkin takut, tapi aku tidak akan menyerah.”
Eclipse tertawa.
"Dunia ini dipenuhi dengan berbagai macam kengerian. Pulanglah jika kamu tidak ingin terlibat lebih jauh." Kata Eclipse, suaranya seperti bayangan yang berbisik di telinga Dalian.
Dalian menatap sosok Eclipse, merasa tubuhnya bergetar. Meski samar-samar, ia bisa merasakan aura gelap yang membebani udara di sekitar mereka.
Namun sebelum ia bisa menjawab, Cian melangkah maju, suaranya penuh ketegasan. “Kau selalu menggunakan rasa takut untuk memenangkan permainanmu, Eclipse. Tapi itu hanya menunjukkan betapa lemahnya dirimu,” kata Cian, pandangannya tajam menembus kegelapan Eclipse.
Eclipse tersenyum dingin, matanya yang merah bersinar seperti bara api. “Lemah? Oh, Cian. Aku tidak pernah lemah. Aku hanya pintar memanfaatkan kelemahan orang lain, seperti kau yang selalu menyembunyikan dirimu di balik kata-kata bijak dan jiwa yang rapuh.”
Dalian merasakan ketegangan antara kedua makhluk itu, seperti dua kekuatan besar yang saling beradu tanpa menyentuh. Ia menoleh ke arah Cian, berharap menemukan kejelasan dalam situasi yang semakin rumit ini.
“Kau salah, Eclipse,” balas Cian dengan nada tegas. “Kelemahan sejati adalah kehilangan kemampuan untuk bermimpi, kehilangan keberanian untuk berharap. Itu sebabnya kau mencuri inner child mereka—karena kau tidak punya apa-apa lagi yang bisa kau miliki.”
Eclipse menyipitkan matanya, senyumnya memudar sejenak. “Jangan berpikir kau lebih baik dariku, Cian. Kau tahu betul bahwa dunia manusia penuh dengan kekecewaan dan keputusasaan. Aku hanya mempercepat prosesnya. Aku memberikan mereka kenyataan pahit yang tak bisa mereka hindari.”
“Itu bukan kenyataan, itu keputusasaan yang kau ciptakan!” Cian menukas, suaranya naik. “Inner child adalah bagian dari diri mereka yang paling murni, yang menjaga mereka tetap hidup di tengah kegelapan. Dengan mencurinya, kau membunuh mereka perlahan, meninggalkan kehampaan di tempat di mana harapan seharusnya tumbuh.”
Eclipse mendekat, langkahnya membuat bayangan di sekitar mereka semakin pekat. “Dan apa yang kau harapkan dengan membawa gadis ini, Cian? Apa kau pikir dia akan menyelamatkan mereka? Gadis yang bahkan tidak tahu apa itu inner child, apalagi bagaimana melindunginya.”
Dalian mengepalkan tangannya, merasa darahnya mendidih. Meski takut, ia tahu ia tidak bisa hanya diam mendengarkan. “Kau salah,” katanya, suaranya bergetar, tapi penuh keberanian. “Aku mungkin tidak tahu banyak tentang dunia ini atau tentang inner child, tapi aku tahu satu hal—mencuri sesuatu yang berharga dari orang lain tidak pernah benar.”
Eclipse menoleh ke arahnya, senyumnya kembali muncul, penuh ejekan. “Oh? Betapa mulianya. Kau bicara seolah-olah kau pahlawan. Tapi kau tidak lebih dari seorang gadis kecil yang tersesat.”
Cian melangkah di depan Dalian, melindunginya dari tatapan tajam Eclipse. “Dia lebih dari cukup untuk melawanmu, Eclipse. Dan kau tahu itu. Kau tahu dia memiliki sesuatu yang tidak bisa kau miliki—keberanian untuk menghadapi rasa takut, bahkan saat dia tidak yakin apa yang ada di depannya.”
Eclipse menatap Cian dengan dingin, lalu berbalik, punggungnya seperti bayangan besar yang menelan cahaya di sekitarnya. “Kau terlalu percaya pada manusia, Cian. Tapi aku tidak akan membuang waktuku di sini. Jika gadis ini cukup bodoh untuk tetap tinggal, biarkan dia melihat sendiri betapa tidak adilnya dunia ini.”
Eclipse menghilang perlahan, meninggalkan suara tertawa yang menggema di antara pepohonan. Ketika hutan kembali sunyi, Dalian menarik napas panjang, merasa lututnya hampir tidak mampu menahan tubuhnya.
“Dia… menyeramkan,” gumam Dalian, suaranya penuh ketegangan.
Cian menoleh padanya, sorot matanya lembut tapi serius. “Dia menyeramkan karena dia tahu cara menyerang kelemahanmu. Tapi ingat, Dalian, kelemahanmu bisa menjadi kekuatanmu jika kau tahu bagaimana menghadapinya.”
Dalian mengangguk pelan, “Ayo, Cian,” katanya, suaranya lebih mantap. “Tunjukkan jalannya. Aku akan membebaskan mereka, apa pun yang terjadi.”
Intrik makin dalem...
Aduh, itu tuh kayak... Aaarrrgggg
Gue bisa ngerasain jantung Dalian yang literally kayak drum konser. Dan pas dia mau cium…
Rasanya epik 🤩🤩
Gue ikut amazed lihat keajaiban ini 🤩🤩
Sekarang Karel bolehlah buat Chelsey 😉
Kecil-kecil tapi impactful 👍👍👊👊
Anak-anak pecinta Studio Ghibli pasti bakal suka Luma banget. Dan dialognya tuh dapet! Lucu, ringan, tapi ada hint misterius!!
Lo kasih nuansa self-redemption yang keren. Kaya bukan cuma berubah secara penampilan, tapi juga secara batin. ❤❤
Dalian gugup sampe belepotan manggil namanya, vibes-nya tuh kayak cewek yang naksir sama kakak kelas ganteng yang tiba-tiba ngajak ngobrol. Bikin pembaca auto senyum-senyum sendiri. 🤣🤣
Gue suka banget cara lo gambarin transformasi si Pandita, dari yang mungkin dulu nyeremin jadi kayak idol Korea habis meditasi di gunung. 😘😘
Aura dia tuh bukan cuma ganteng, tapi juga kayak... soul healer gitu loh. #gulinggulingparah!!!