"Aku ingin bercerai karena aku sudah tahu maksud busuk mu! Tidak ada hubungannya dengan Rose! Aku tidak pernah mencintaimu sejak awal. Kau telah merampas posisi Rose sebagai istriku!"
"Selama aku tidak menandatangani surat cerai, itu tetap dianggap selingkuh! Dia tetaplah perusak rumah tangga!"
Setiap kali Daisy melawan ucapan Lucifer, yang dia dapatkan adalah kekerasan. Meskipun begitu dengan bodohnya dia masih mencintai suaminya itu.
"Karena kamu sangat ingin mati, aku akan mengabulkannya!"
Kesalahpahaman, penghianatan, kebohongan. Siapa yang benar dan siapa yang salah. Hati nurani yang terbutakan. Janji masalalu yang terlupakan. Dan rasa sakit yang menjadi jawaban.
Apakah kebenaran akan terungkap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon little turtle 13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Flashback : Hilang Ingatan
Setahun kemudian.
Banyak hal yang telah terjadi di tahun itu. Ayahnya selingkuh dan menikah lagi. Ibunya yang menjadi depresi. Juga kembalinya Lucifer yang seperti misteri.
Sonia menepati janjinya, membawa Lucifer kembali saat dia sembuh. Tapi dia tidak pernah menjamin keutuhan nya.
Pagi itu adalah hari terakhir ujian tengah semester Daisy di bangku kelas dua SMA. Sama halnya juga dengan saudara tirinya, Rose.
"Aku sedang dekat dengan cowok. Dan kami resmi berpacaran dua minggu yang lalu.." pamer Rose pada Daisy saat hendak berangkat sekolah.
"Aku tidak peduli!" jawab Daisy.
"Benarkah? Mungkin nanti kamu akan berubah pikiran. Saat kamu melihatnya sendiri nanti, jangan coba-coba untuk merebutnya dariku!" ucap Rose sambil mengibaskan rambutnya ke wajah Daisy, kemudian pergi.
Di hari yang sama, waktu jam pulang sekolah.
Sebuah mobil mewah berhenti di depan gerbang sekolah. Membuat seluruh penghuni sekolah heboh dibuatnya.
Sosok laki-laki berwajah tampan dan tinggi keluar dari mobil. Dari kejauhan, Daisy yang melihat sosok itupun meneteskan air matanya.
"Dia kembali.." gumam Daisy.
"Lucifer~"
"Lucifer~"
Di saat yang bersamaan dua gadis itu memanggil nama orang yang sama. Mereka saling bertatapan setelah nya. Sedangkan laki-laki yang berdiri di depan sana hanya menatap Daisy sekilas dengan ekspresi bingung, kemudian memalingkan wajahnya dan berjalan ke arah Rose.
"Kucing kecilku.. Bagaimana ujian terakhir mu?"
Daisy membeku di tempatnya berdiri. Waktu seolah berhenti. Pikirannya kacau, dia tidak bisa berpikir jernih. Dia tidak tahu apa yang telah terjadi di sini.
Daisy menampar pipinya untuk memastikan apa yang terjadi saat itu bukanlah mimpi atau halusinasi. Namun tangisnya semakin pecah saat merasakan sakit.
"Hai, kak~ aku duluan, ya.." ucap Rose yang semakin memperkuat fakta.
"Kak? Kakakmu?"
"Iya, dia kakak tiriku. Namanya Daisy. Usia kita sama, tapi dia beberapa bulan lebih tua dariku.." ucap Rose memperkenalkan Daisy.
Lucifer mengangguk paham, kemudian mengulurkan tangannya pada Daisy sambil tersenyum ramah.
"Lucifer. Aku dua tahun lebih tua dari kakak hehe. Dan saat ini sedang berkuliah di Universitas XX.."
"Kamu tidak kuliah di luar negeri?" ceplos Daisy tanpa sadar.
"Maaf?" tanya Lucifer.
"Sudah jam segini, filmnya sebentar lagi dimulai.." ucap Rose sambil menarik tangan Lucifer sebelum Daisy sempat menjabat tangannya.
Daisy menatap punggung Lucifer yang semakin menjauh. Rasa tak nyaman mengganggu dalam dadanya. Sesak.
"Apa dia tidak mengingatku?" gumam Daisy.
Hari-hari berikutnya Lucifer lebih sering datang ke sekolah mereka untuk menjemput Rose. Namun dalam setiap harinya tatapan nya semakin berubah terhadap Daisy.
Tatapan tak suka, tatapan sinis, dan sebagainya. Namun dia tak tahu apa penyebabnya. Dia tidak merasa membuat kesalahan apapun sehingga dipandang seperti itu.
Daisy yang sempat bertekad untuk mendekati Lucifer pun mengurungkan niatnya setelah mendapatkan tatapan memusuhi darinya. Padahal dia sangat ingin menanyakan kabarnya setelah kejadian di tahun itu.
Dengan bodoh, satu tahun berlalu tanpa dia bisa berbuat apapun. Tanpa dia bisa menyapa. Tanpa dia bisa menjelaskan ataupun sekedar menanyakan kabar. Hanya memandang dari belakang kemesraannya bersama Rose.
Di tahun berikutnya, di bangku kelas tiga, di semester kedua. Ditengah kebingungannya yang menumpuk di kepala, serta berbagai macam rasa yang bercampur di dada. Dia dikejutkan dengan aksi Zyran. Orang yang selama ini mengejarnya itu akhirnya menyatakan perasaannya di tengah lapangan.
"Maaf Zyran.." ucap Daisy saat itu tanpa memberikan alasan.
Dia berlari tanpa arah menyusuri lorong sekolah. Namun sejauh dia berlari, Rose tetap bisa menemukannya.
"Kenapa kamu menolaknya? Kalau kamu menerimanya kan kita bisa double date.." tanya Rose sambil berkacak pinggang.
"Bagaimana kamu bisa mengenal Lucifer?" tanya Daisy tiba-tiba mengalihkan topik.
"Kenapa? Kamu tidak sedang berencana merebutnya dariku, kan?" tanya balik Rose dengan senyum miring.
"Jawab saja pertanyaan ku!" bentak Daisy.
"Itu bukan urusanmu!" jawab Rose.
"Dan meskipun kamu mencoba keras untuk merebutnya pun kamu tidak akan pernah bisa! Sampai kapanpun tidak!" ucap terakhirnya sebelum pergi.
Hari demi hari berlalu. Daisy semakin menjadi pemurung, dan sering menangis. Ibunya kira itu efek lain dari traumanya, selain takut gelap dan takut disentuh.
Amber membawanya ke temannya yang seorang psikoterapis. Sejak saat itu Daisy mendapatkan penanganan. Bahkan tak pernah sedikitpun terpikirkan bahkan penyakit itu akan bertahan lama.