NovelToon NovelToon
After One Night

After One Night

Status: tamat
Genre:Tamat / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Cinta Terlarang
Popularitas:5.7M
Nilai: 4.9
Nama Author: Pasha Ayu

"Aku rela memberikan segalanya, hanya untuk satu malam dengan mu. Aku rela membahayakan hidupku hanya untuk bersama mu. Aku mencintaimu Badai." __ Cheryl.

"Dari awal kau tahu kau bukan tipe ideal ku. Lagi pula, kau juga tahu aku sudah memiliki kekasih. Kejadian diantara kita satu malam tadi, just for fun!" __ Badai.


Berawal dari kenakalan remaja sampai melibatkan dendam masa lalu orang tuanya.

Hay gais cerita ini masih prekuel 'Second Wife' juga masih sekuel dari 'Sexy Little Partner' dan semoga menjadi bacaan yang mengisi waktu luang kalian.

Genre Teen-Angst, jadi siapkan jantung waras kalian karena setiap part nya mengandung desir degup yg tak biasa.

Happy reading Baby.... 🥳

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

[Sakit]

Ciko diajak ke tengah lantai dansa oleh satu pemuda tampan. Sandy datang lalu duduk di sisi Cheryl. Pemuda itu baru saja memesan paket makanan untuk semua temannya.

"Aku boleh pergi kan?" Lukas pamit setelah mendapat kedipan mata dari seorang wanita berpakaian seksi.

"Aku pesan makan untuk setengah jam lagi. Kau boleh kembali setelah selesai bermain dengan wanita mu." Sandy terkekeh.

Lukas tergelak renyah. "Terima kasih pengertiannya." Pemuda itu bangkit untuk kemudian membawa wanitanya kepada ruang khusus bercinta mereka.

"Playboy gila!" Endre hanya menggeleng ringan melihat kelakuan satu teman bajingan nya.

"Biarkan saja lah. Mumpung masih muda." Eveline terkikik.

"Kau tak minum Bai?" David menegur Badai. Sedari tadi Badai tak mau meneguk secuil pun koktail yang dia suguhkan.

"Kamu lupa? Badai tak pernah mau minum selagi bersama Eveline." Endre menimpali dengan gelak tawanya.

"Badai terlalu manis." Sambung David.

"Begitulah kekasihku. Meskipun dia beku, tapi ada kelebihan yang membuat ku tak pernah mau berpaling darinya. Dia tak pernah memperlakukan aku seperti seorang sundal."

Seakan tercekik, Cheryl pedih mendengar penuturan kata Eveline. Jadi hanya padanya saja Badai berlaku seperti setan.

"Sweet." Endre menunjukkan bentuk hati dengan kedua tangannya.

"Karena menurut kita, cinta yang tulus tak pernah menuntut lebih dari pasangannya. Tanpa sentuhan, tanpa having fun di atas ranjang, jika sudah cinta tetap saja cinta. Dan kami bahagia meski tanpa adegan panas itu." Eveline dengan bangga menoleh pada kekasihnya.

"Iya kan Yank? Jawab dong!" Eveline memaksa dengan tawa cengengesannya.

"Hmm." Badai mengangguk kecil.

Cheryl terenyuh, sekarang ia tahu posisinya. Dalam hidup Badai dia hanya gadis binal sedang Eveline gadis baik-baik yang perlu dijaga kesuciannya.

Mungkin itu yang membuat Badai meladeninya satu malam kemarin. Bahkan sampai malam ini pun Badai mengajaknya bertemu di ruang khusus untuk kembali menyentuhnya.

Ternyata miris sekali hidup Cheryl. Badai memperlakukan dirinya seperti wanita sundal, sementara Eveline menjadi wanita yang terjaga kesuciannya secara utuh.

Meski malam itu dirinya sendiri yang menawarkan tubuh pada Badai. Tetap saja sesaknya begitu terasa. Kenapa dia harus menjadi wanita murahannya seorang Badai?

"Lo masih betah kan?" Sandy seperti tahu apa yang Cheryl rasakan. Ia genggam tangan mungil gadis itu dengan kelembutan.

Mungkin sejauh ini Eveline tak berlaku buruk pada Cheryl, tapi melihat bagaimana Eveline menceritakan kebucinan Badai di depan Cheryl, Sandy cukup tahu ada pesan-pesan tersirat yang kekasih Badai itu tujukan pada gadis polos ini.

"Lo masih mau nunggu makanan, atau pulang saja?" Sandy mengulang pertanyaan pedulinya.

Cheryl tersenyum. "Cheryl mau cobain steak yang Ciko bilang enak itu." Sejatinya, ia sudah kepalang basah berada di tengah-tengah mereka. Terlebih lagi, Cheryl tak mau terlihat lemah di depan Badai dengan kabur begitu saja.

"Ok." Sandy mengusap lembut helaian ikal dari surai pirang gadis itu.

...✴️🔸🔸🔸✴️...

Visual Sandy.

Di meja makan panjang, Cheryl dan teman-teman Badai melakukan ritual makan bersama. Entah lah, apa nama dari makan-makan ini. Waktu kini sudah menunjukkan pukul satu pagi.

Sandy menukar piring steak sapi milik Cheryl dengan piring steak sapi miliknya yang sudah dia potong kecil-kecil.

"Makasih Kak Sand." Cheryl tersenyum manis, tapi tidak dengan Badai yang tak pernah menerbitkan senyum sekecil apa pun.

"Sama-sama." Sandy mengacak kecil pucuk kepala gadis itu secara sayang.

Klenting....

Badai melempar kecil garpu dan pisaunya. Bibirnya mengunyah potongan steak dengan malas. "Polusi!" Gerutunya.

"Lo kenapa sih?" Sandy menegur.

Ia tahu temannya ini tak menyukai keberadaan Cheryl, tapi tidak dengan cara terang-terangan seperti itu. Toh, sekarang Cheryl sudah tidak mengganggu Badai. Lalu apa lagi masalahnya?

Endre, Lukas, David dan lainnya hanya menggeleng kepalanya ringan. Menurut mereka, Badai terlalu menunjukkan ketidak sukanya terhadap Cheryl.

"Maaf." Eveline menyengir pada Sandy dan teman lainnya. "Badai memang lagi kurang mood akhir-akhir ini. Maklum yah." Ujarnya tak nyaman.

Wanita itu mengelus lembut punggung kekasihnya. "Aku tahu kamu nggak suka cewek ini, tapi jaga sedikit perasaan Sandy. Mereka lagi pdkt loh." Bisiknya pelan.

"Ck!" Badai mendecak lidahnya. Napas masih bergemuruh, sulit sekali baginya untuk mengondisikan kemarahan.

"Kamu mau kita pindah?" Tawar Eveline.

"Tidak perlu! Dan nggak usah terlalu aneh-aneh deh!" Pelan, Badai ketus.

"Kamu yang terlalu aneh Yank, cuma karena cewek kencur ini kamu jadi uring-uringan begini. Aku tahu kamu benci sama cewek ini, tapi tekan sedikit sikap arogan mu!" Tak kalah ketus, Eveline juga menekankan suaranya pelan.

Badai bermuram durja. Seandainya saja alasan Badai marah karena tidak menyukai Cheryl, dia tak masalah dengan keberadaan gadis itu.

Perkaranya bukan membenci, justru kemarahannya ini karena Badai terlalu candu pada Cheryl. Melihat Sandy semakin rapat pada gadisnya, ia mulai gerah.

Bukan hal yang mustahil jika Cheryl beralih pada Sandy. Selain sangat tampan Sandy juga mendapat hak istimewa dari orang tua Cheryl.

Saking tidak moodnya, Badai tak melanjutkan makan kembali, dari awal sampai akhir matanya terus menuju wajah cantik Cheryl yang sesekali melirik kearahnya.

"Aku suapi mau?" Eveline menyodorkan satu garpu berisi potongan steak pada kekasihnya.

Setelah cukup lama terdiam, Badai mengangguk. "Hmm."

Eveline tersenyum. "Nurut gitu kan enak." Ia mengecup lembut pipi Badai di depan semua orang.

"Uhuk-uhuk!"

Meski beberapa saat yang lalu Cheryl begitu kuat menolak ciuman dari Badai, kenyataannya adalah gadis itu tampak sakit melihat pemandangan ini.

Seketika Badai menyeringai kecil. Dari ekspresi wajah Cheryl, ia tahu Cheryl munafik, bibir mengatakan satu malam saja, tapi hatinya masih terpatri padanya.

"Minum pelan-pelan." Sandy menegur Cheryl sambil mengulurkan tisu.

"I-iya, terima kasih." Satu lagi tegukan air putih, sebelum Cheryl mengakhiri makannya.

"Terus saja pura-pura move on dariku. Dan kita lihat, sejauh mana kamu bertahan sok kuat di depan ku." Badai membatin.

Semua orang selesai dengan minuman penutup. Sebagian dari mereka ada yang menepi untuk merokok di dalam smoking room.

"Sekarang kita pulang." Sandy mengajak Ciko dan Cheryl pulang sesuai kesepakatan awal.

"Iya." Cheryl buru-buru berdiri, Ciko pun sama.

"Kita juga pulang!" Badai bangkit sambil meraih tangan mulus kekasihnya.

"Sabar Yank. Biar aku minum dulu." Tampik Eveline.

"Hmm." Badai mengelus puncak kepala kekasihnya, dan gelagat cemburu Cheryl lagi-lagi membuat dirinya bahagia.

"Makasih traktirannya Kak Sand, Cheryl duluan yah." Segera Cheryl keluar dari ruangan itu, langkahnya setengah berlari berharap tak lagi melihat adegan mesra Badai dan Eveline.

Entahlah, dia masih merasa kesakitan saat melihat pemandangan itu. Cheryl sibuk menyalahkan dirinya sendiri. Mau sampai kapan dia memiliki rasa tulus ini? Lalu, kapan nama Badai pergi dari hidupnya?

"Ryl, tunggu!" Sandy mengikuti langkah kaki gadis itu, Ciko pun sama.

"Lo bilang nggak cemburu? Lo bilang udah move on! Ngapain Lo kesel liat mereka berdua?" Ciko menuding sahabatnya.

"Bukan itu!" Sanggah Cheryl.

"Lalu?" Ciko menaikkan kedua bahunya.

"Bisa kan nggak usah sangkut pautkan perilaku Gue sama mereka? Gue lari dari sana karena udah nggak betah aja lama-lama di sini!" Tepis Cheryl.

"Oke-oke. Kita pulang tanpa perdebatan!" Sandy menengahi percekcokan kedua teman cantiknya.

1
AIKO
👍
Rinna Nya Fathul
Luar biasa
EndRu
terurai benang merah nya...
Laura
EndRu
eh eh
mulai posesif mazee
EndRu
ga ada baru nyadar..
kebiasaan ada jadi ga ada berasa ganjil kan Bay
Lilik Khoniah
lanjut terus jgn kasih kendor,aku cocok saja sama alurnya
Nining Wahyuningsih
karakter badai agak gak suka thor , karena pinter tapi goblok
Yuni Youn
karya yang bagus,suka baca nya runtut
FarZah Sopiah
nasib mu pintu slalu jadi kambing hitam
FarZah Sopiah
menurut kuh enggak cocok sama kepribadian nya Badai
FarZah Sopiah
hahaha Badai banget ini
FarZah Sopiah
cute ezaaa
FarZah Sopiah
emang hukuman yg paling pantas buat Badai
FarZah Sopiah
justru ini lebih syeruu
FarZah Sopiah
ikhlas kan semua nya Cheryl
FarZah Sopiah
lope you too sekebon mawar
FarZah Sopiah
siap terima kejutan
FarZah Sopiah
mana Dirga yg bijaksana
FarZah Sopiah
jangan pesimis Cheryl ayo semangat
FarZah Sopiah
dah Dig dug seer rasanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!