zayn malik seorang mahasiswa di salah satu universitas ternama di kota bandung . lelaki yg kerap di panggil malik itu harus menikahi seorang gadis SMA yg masih suka main-main dan sulit di atur.
kalau bukan karena permintaan terakhir Sang ayah , gadis yg bernama zahartunnissa tidak akan menerima perjodohan dengan seorang lelaki yg tidak ia sukai.
akan kah keduanya sama-sama bertahan atas pernikahan ini?
gimana cerita selanjutnya? yuk baca kisah nya di novel ku ini ya, selamat membaca 🤗🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Masrifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 2
Hoaaaaamm... " Zahra menguap dengan mata terpejam. Dalam ketidak sadarannya, gadis itu menggaruk bok*ngnya sendiri di depan suaminya.
Malik yang melihat itu langsung mengalihkan pandangan ke arah lain.
"Wudhu nih, kak. Sekarang? " Tanyanya dengan malas, matanya saja engga terbuka.
" Besok, " Sahut malik.
" Oh, ya udah"
"Eh, mau kemana? " Malik menghalau langkah Zahra yang hendak keluar dari kamar mandi.
" Katanya besok, "sahut zahra dengan mata setengah terbuka sebab ia masih sangat ngantuk.
Malik menghela nafas kasar, menyalakan kran air, membasahi tangannya lalu mengusapkannya pada wajah zahra
"Aaaaa... Dingin! " Jerit zahra seraya mengusap wajahnya.
" Bangun makannya, di suruh sholat loh, zahra. Bukan di suruh aneh-aneh!"
Zahra menekuk wajahnya.
" Aneh-aneh apaan, awas lo ya! "
Dengan kesal zahra pun mencuci tangannya lalu mencuci muka terlebih dahulu untuk menyegarkan wajahnya, setelah itu barulah ia wudhu. Selesai zahra wudhu, giliran malik yang berwudhu.
Mereka sholat berjamaah, malik melantunkan bacaan surat al-fatihah dan ad-dhuha rakaat pertama dan rakaat kedua dia membaca al-fatihah dan surat Al-qariah.
Selesai sholat yang tidak lama sebab subuh yang hanya dua rakaat, malik mengajak zahra untuk membaca al-qur'an terlebih dahulu, tapi gadis itu merengek.
"Kak, besok aja deh, engga kuat, sakit perut." Ujarnya seraya grasak-grasak membuka mukena lalu lari terbirit-birit ke kamar mandi sambil memegang perutnya.
Malik yang duduk bersila di atas sajadah hanya bisa menggelengkan kepala.
Sakit perut di pagi hari termasuk rutinitas zahra, pokoknya sebelum berangkat sekolah, dia harus buang air besar dulu. Kalau tidak, resikonya dia sakit perut di sekolah dan yang menjadi masalah zahra tidak suka kamar mandi di sekolahnya, gadis itu pernah sakit perut di sekolah dan memilih menahannya sampai rumah.
Untungnya kamar mandi di rumah malik tidak satu, selesai membaca al-qur'an zahra masih belum keluar dari kamar mandi dan malik bisa mandi di kamar mandi yang lain, dia juga harus kuliah.
Mereka siap-siap untuk aktifitasnya Masing-masing pagi ini, zahra pergi ke sekolah dan malik pergi ke kampusnya.
Malik selesai lebih dulu di bandingkan Zahra, dia menyiapkan sarapan di dapur, ada roti, beberapa varian selai dan juga susu.
"Zahra, sarapan! " Malik berteriak.
" Bentar, kak. " Zahra menjawab sambil menyisir rambutnya.
Setelah itu dia buru-buru keluar dari kamar menghampiri malik.
Mereka duduk bersama.
Seharusnya, Zahra yang menyiapkan sarapan untuk malik, tapi ini malah terbalik, malahan malik juga yang mengoleskan selai ke roti dan menyimpannya di piring zahra.
"Thanks kak" Gadis itu memakan rotinya
"Hari ini---"
" Gue naik angkot, kak. Beneran, gausah nganterin gue! "
"Terus pulangnya? "
"Naik angkot juga".
" Tapi jarak dari sini ke sekolah lebih jauh, di bandingkan jarak rumah lo dulu ke sekolah ".
" Engga apa-apa, kak. "
Malik pun mengangguk, toh zahra selalu meminta pernikahan ini di rahasiakan, malik mengerti, zahra mungkin takut teman-teman dan pacarnya tahu kalau dirinya sudah menikah.
" Biasa di kasih uang berapa sama ayah Adit buat sekolah? "
Zahra yang tengah mengunyah roti penuh di mulutnya, mengangkat kelima jarinya.
" Lima puluh ribu? "
Zahra mengangguk.
Malik pun mengeluarkan dompetnya dan menaruh uang seratus ribu di meja. Zahra sontak melebarkan matanya sempurna, menelan roti di mulutnya terlebih dahulu.
"Buat satu hari, kak? "
"Iya"
" Wihh. ... Keren lo kak"
Dengan tersenyum zahra mengambil uang itu dan menciumnya dengan senang.
" Tau gini, gue bilang aja seratus, siapa tau lo kasih seratus lima puluh".
" Bukan engga mampu gue kasih segitu, tapi uang seratus lima puluh ribu abis sehari di beliin jajanan apaan, apalagi masih anak SMA! "
"Kebutuhan gue banyak, kak. Gue kalau kerja kelompok, kebagian ngeprint terus".
" Kenapa? " Tanya malik sambil menaikan alisnya dengan memegang roti di tangannya yang baru di oles selai coklat.
" Soalnya gue bloon, kak . Jadi tiap ada kerja kelompok, gue bilang aja. Udah, gue aja yang ngeprint, bahannya kirim.gitu".
Malik menghela nafas kasar seraya menggelengkan kepala.
" Gue kira lo di tunjuk terus sama teman lo, di suruh ngeprint. Malah lo yang ngajuin sendiri, kalau kaya gitu, kapan lo pinternya? "
" Ya, kan, gue bloon. Kenapa lo nanya gue kapan pinter. "Zahra meminum susunya.
" Jadi, lo mau bloon selamanya? Engga mau berubah? "
" Mau sih, tapi temen gue juga engga percaya sama gue, gue cuman di percaya ngeprint doang".
"Nanti kalau di suruh lagi sama teman, usahain lo bantuannya jangan ngeprint lagi. Bantuin cari bahan buat tugasnya juga, soal dan jawabannya lo juga harus ngerti, jangan cuman ngerti ngeluarin duit doang! "
Zahra mendengus kasar, menganggap malik sedang berceramah pagi-pagi.
" Iya deh iya, kak. "
" Satu lagi, nanti langsung pulang, jangan keluyuran. Kalau sampe lo main setelah pulang, gue bakalan sebarin lo udah nikah! "
Dengan kesal zahra menyimpan roti di tangannya ke piring, Mengerutkan dahi pada malik.
" Lo apa-apaan sih, kak! Kan kemarin janji engga bakal ikut campur urusan gue! "
" Gue janji engga bakal ikut campur urusan lo sama rival, yang lainnya lo harus ikut aturan gue! Orang tua lo aja engga suka lo keluyuran pulang sekolah.
Nikah bukan berarti lo bisa bebas dari aturan orang tua lo ya, zahra!"
Zahra mengha nafas kasar, menatap jengkel malik, masalahnya zahra menganggap malik ini masih orang lain yang tidak ada hak melarang ini itu terhadap dirinya.
" Dan kalau sama gue, ada tugas harus langsung di kerjain, gue bakal terus nanya lo ada tugas atau engga! "
" Terus? Apalagi hah? Lo mau ngatur gue soal apa lagi? Sekalian aja semua! Sekalian larang gue punya teman di sekolah! "
" Gue engga suka kalau lo sulit di atur. Itu aja! " Malik pun meminum susunya. Zahra hanya menggeleng kecil seraya mengusap rambut panjangnya kebelakang.
Zahra pun melanjutkan sarapannya tanpa ada perbincangan lagi.
Hingga ponsel zahra bergetar di meja, ia membuka pesan masuk di ponselnya dan seketika senyuman mengembang di wajahnya membuat malik melirik ke arahnya.
"Selamat pagi cantik"
" Pagi rival. Zahra lagi sarapan nih, rival lagi apa? "
Setelah membalas pesan dari rival, ia kembali menyimpan ponselnya di meja dan melanjutkan makan rotinya seraya menunggu rival membalas.
" Pacar lo? " Tanya malik yang di jawab anggukan kepala dari Zahra.
***
Zahra berjalan di lorong sekolah dengan perasaan gelisah memikirkan nasib kedepannya hubungan dirinya dan rival.
Bagaimana jika ada hari dimana rival tahu kalau zahra sudah menikah.
Entah kapan tapi zahra yakin akan ada moment itu terjadi dan mau tidak mau, siap tidak siap, zahra harus kehilangan rival selamanya. Padahal mereka sudah menjalin hubungan selama dua tahun.
Ya, walaupun rival belum pernah di bawa ke rumah zahra, pun sebaliknya. Tapi hubungan dua tahun itu berjalan sangat baik, mereka jarang sekali bertengkar.
Hampir semua orang di sekolah zahra tahu jika zahra pacar rival, sebab hampir setiap hari mereka berduaan, entah itu ketika Jam istirahat atau pagi sebelum kelas di mulai.
" Seengganya, nikah sama kak malik ngebuat uang saku nambah lima puluh ribu" Gumam zahra
" Apanya yang nambah lima puluh ribu, cantik? " Tanya rival seraya merangkul zahra. Zahra sontak melebarkan matanya, takut rival mendengar kalimatnya dari awal tadi.
"R-rival"
" Uang saku mu nambah lima puluh ribu? "
" Kayanya rival engga denger gue ngomong apa tadi"batin Zahra.
Zahra mengangguk dengan tersenyum.
" Iya, val. Ayah naikin uang saku aku" .
" Wuah... Seneng dong, ya udah yuk, aku yang traktir, uang saku kamu simpan aja"
" Eh, aku udah sarapan roti sama susu tadi". Sahut Zahra ketika rival hendak menarik tangannya.
" Ya udah, temenin aku aja, aku mau sarapan di temenin kamu".
Zahra akhirnya mengangguk, mereka pergi ke kantin sambil menggenggam tangan satu sama lain.
Kantin masih sepi karena pagi hari, rival tengah makan bakwan dan juga teh manis. Sementara zahra asik main HP samp menemani rival. Tiba-tiba pesan masuk dari malik.
" Assalamu'alaikum "
Zahra membalas
" Kenapa, kak? Pagi-pagi udah WA aja".
"Di jawab dulu salamnya"
" Waalaikumsalam "
"Hari ini gue engga ada kelas, jadi pulang lagi ke rumah. Coba cek saku seragam, uang lo ketinggalan".
Zahra langsung panik, ia segera mengecek saku di baju dan roknya.
Benar, uangnya ketinggalan anjir, kak. Beneran ketinggalan. Gimana dong, buat istirahat nanti".
" Kan... Ceroboh sih! Gue anterin ke sekolah ya? "
" Eh, gila ya lo, gue harus ngejelasin apa ke teman-teman gue kalau lo kesini, belum lagi ada rival"
" Gampang, bilang aja sepupu"
" Kak, gue bisa pinjam uang rival. Gausah sumpah! "
" Jangan minjam, nanti kebiasaan. Udah, gue berangkat"
" Kak, jangan! "
" Kak, plis, jangan berangkat Anjir lo mah, engga seru ah! "
Rival yang tengah makan dari tadi diam-diam memperlihatkan pacarnya yang terlihat panik sambil chatting dengan seseorang di ponselnya.
" Lagi chatting sama siapa sih, zahra ko kamu kaya panik gitu? "
" Hah? " Spontan zahra mendongak menatap rival, tidak tahu jika rival sedari tadi memperlihatkan nya.
" S-sama ibu, val. Katanya ayah tadi badannya lemes banget, jadi aku panik, tapi sekarang udah minum obat, jadi udah mendingan".
"Syukurlah kalau gitu, Zahra kalau ada apa-apa cerita dong, jangan panik sendirian gitu, aku yang ngeliatnya juga khawatir"
Zahra menyengir
" Hehe maaf ya, val. Oh iya, aku ke kelas bentar ya, tadi salma mau pinjam buku tugas aku katanya"
" Tumben salma yg minjem, biasanya kamu yang minjem buku tugas salma"
" Kemarin-kemarin aku lagi baik, merhatiin guru, jadi aku yang ngerti, salma malah tidur. Ya udahya, val. Nanti aku kesini lagi... "
Zahra segera berlari tergesa-gesa dari kantin menuju gerbang sekolah di depan untuk menunggu Malik. Rival hanya menatap kepergian zahra dengan menaikan alisnya heran, sikap zahra aneh sekali pagi ini.