Dibuang karena Ramalan ... Kembali karena Dendam.
Novel ini mengisahkan tentang seorang putra dari Kaisar Langit yang hendak dibunuh oleh ayahnya sendiri karena suatu ramalan. Beruntung, sebelum anak itu berhasil di bunuh, dia di bawa pergi oleh seorang pria tua dan menyembunyikannya di alam Tengah.
Zhang Ziyi namanya...
Hari-hari dia lalui dengan penuh kemalangan dan kesialan. Hingga pada suatu ketika, kesialan itu membawa dia pada sebuah goa, dimana di situlah keberuntungannya ia temukan. Dari situ pula lah dimulainya suatu perjalanan. Perjalanan Menjadi Yang Terkuat Diantara Yang Terkuat... Perjalanan Menggulingkan Kaisar Langit....
"Aku Zhang Ziyi... Seorang Putra dari Kaisar Langit, akan kembali ke alam atas... Menemui kaisar langit dan Menggulingkan Kaisar Langit... Mereka yang menghalangi jalanku, akan ku tebas dengan Pedang Naga Langit!!" ~Zhang Ziyi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahmat Kurniawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch. 8 ~ Delapan Pedang Langit
Zhang Ziyi memperhatikan sebentar dinding penghalang transparan di hadapannya. Berusaha menyentuh dinding penghalang tersebut menggunakan tangan kanan. Namun dengan cekat, tangannya ditolak oleh dinding tersebut. Zhang Ziyi sendiri merasakan tangannya seperti tersetrum sesaat.
"Hmm, bagaimana cara aku melewati dinding ini?" Berpikir sembari mengelus-elus dagunya.
Zhang Ziyi berinsiatif untuk melepaskan energi pada dinding tersebut. Mana tau, energinya yang baru saja meningkat itu bisa menghancurkan dinding transparan tersebut. Atau paling tidak, energi yang akan ia keluarkan nantinya bisa memberikan celah untuk dia masuk.
Baamm!
"Uhk!"
Energi yang ia lepaskan nyatanya terpantul dan malah mengenai Zhang Ziyi. Untuk kedua kalinya pemuda itu terpental kebelakang dan tubuhnya menabrak sesuatu dengan keras. Darah segar kembali lolos dari mulutnya.
"Sial! ... Uhuk!!!" Zhang Ziyi berdecak dengan diakhiri dengan batul kecil.
Zhang Ziyi berusaha bangkit dari posisinya yang telungkup. Tangan pemuda itu mendadak memegangi sesuatu. Layaknya besi yang mem–bundar, begitu bentuk dari benda yang di pegang Zhang Ziyi.
Cepat-cepat, dia menoleh ke arah benda tersebut.
Mengangkat alis, Zhang Ziyi lalu berucap, "Tameng!"
Benda tersebut adalah perisai yang biasa digunakan oleh seorang prajurit dalam berperang.
Zhang Ziyi mengangkat kepalanya. Menengadah. Patung seorang prajurit dapat Zhang Ziyi lihat. Patung tersebut sendiri memegang senjata pedang di tangan kanannya serta tangan kirinya memegang tameng. Namun saat ini tangan kiri si patung telah hancur akibat di tabrak Zhang Ziyi barusan.
Zhang Ziyi memperhatikan wajah patung prajurit sesaat. Raut wajah yang tegas serta berkarisma, membuat pemuda itu sedikit kagum terhadapnya. Lalu pandangannya ia arahkan ke bawah, dimana tameng patung prajurit berada.
"Hmm!"
Zhang Ziyi mulai berpikir kembali. Bergantian melihat ke arah dinding energi transparan lalu kembali melihat tameng tersebut.
"Bagaimana kalau kita mencobanya!" gumam Zhang Ziyi pada dirinya sendiri.
Ia lalu mengambil perisai besi tersebut, membawanya ke arah dinding energi.
"Semoga saja berhasil!"
Bersiap siaga. Zhang Ziyi meletakkan tameng di depannya. Pemuda itu kemudian berlari dengan kecepatan tinggi, menembus dinding energi tersebut. Benar saja, rencananya berhasil.
Dinding energi transparan tersebut tidak terpengaruh oleh perisai besi sang prajurit patung.
Sementara Zhang Ziyi yang berlari kencang, tidak sempat mengontrol diri. Tidak pernah dia sangka, bahwa rencana anehnya akan berhasil. Tubuhnya sendiri terus saja bergerak cepat hingga detik berikutnya, dirinya kembali menabrak dinding dalam ruang tersebut.
"Uhgk!" Zhang Ziyi meringis sejenak. "Kenapa nasibku selaku sial? Apakah Dewi keberuntungan sedang mempermainkan ku?" oceh-nya.
Kali ini, tidak hanya dada yang sesak, namun seluruh tubuhnya ia rasa sakit. Pegal sampai sedikit sulit untuk digerakkan. Memilih beristirahat sebentar, Zhang Ziyi kemudian bangkit untuk menyusuri setiap bagian sudut dari ruangan tersebut. Dia begitu yakin. Tempat yang di jaga dengan perisai energi, bukan tak mungkin memliki harta berharga didalamnya.
Beberapa saat menilik sekitar, Zhang Ziyi menemukan beberapa pedang yang berjejer di sebuah meja batu yang memanjang. Dihitungnya Pedang-pedang tersebut, ada sekitar 8 buah pedang.
Masing-masing pedang memiliki bentuk serta aura yang berbeda. Meski begitu, semuanya tampak begitu gagah plus energik. Aura yang begitu mendominasi terpancar dari masing-masing pedang.
Zhang Ziyi mulai memperhatikan satu per satu pedang itu. Masing-masing memiliki penjelasan di bawahnya.
"Delapan Pedang Langit!" Zhang Ziyi membaca tulisan besar di sisi depan Pedang-pedang tersebut. Dari tulisan tersebut, Zhang Ziyi menebak bahwa delapan pedang yang berjejer ini memiliki nama umum 'Delapan Pedang Langit'.
Mulai memperhatikan satu per satu pedang.
Pedang pertama, memiliki ukuran kecil. Berdiameter sekitar 4,5 cm dan panjang sekitar 50 cm.
"Pedang Pencakar Langit!"
Zhang Ziyi membaca tulisan mengenai asal usul dari pedang tersebut. Dimana pedang tersebut dulunya dibuat oleh seorang Pandai Besi ternama di alam Dewa. Dari tulisan tersebut juga di jelaskan mengenai kehebatan dari pedang tersebut.
Kagum. Tentu saja Zhang Ziyi kagum dengan itu. Rasa ingin memiliki muncul di benaknya. Namun ia memilih bersabar dan melihat pedang lainnya satu per satu.
"Pedang Pembelah Samudra!" Membaca nama pedang kedua. Zhang Ziyi kemudian juga membaca tulisan mengenai pedang tersebut.
Kembali dia dibuat terkagum-kagum saat mengetahui betapa hebatnya pedang tersebut. Kedua pedang nampak sangat-sangat hebat.
Segera ia beralih ke pedang ketiga.
"Pedang Pembalik Langit." Dari nama pedang yang tampaknya begitu menarik, Zhang Ziyi mulai tertarik dengan pedang tersebut dari dua pedang sebelumnya. Meski dia juga menginginkan dua pedang tersebut.
Sama seperti dua pedang sebelumnya, Zhang Ziyi untuk pedang ketiga juga membaca asal muasal serta kehebatan dari Pedang Pembalik Langit. Raut wajah Zhang Ziyi kian berubah-ubah, kala mengetahui bahan dalam pembuatan senjata tersebut. Begitu langka di tiga alam sekalipun.
Mata Zhang Ziyi kembali dibuat melebar untuk kesekian kalinya. Mengetahui bagaimana pemiliknya dahulu menggunakan pedang dan mencapai puncak yang sedikit sekali orang bisa mencapainya. Begitu disegani pemilik Pedang Pembalik Langit terdahulu.
Selesai dengan membacanya, Zhang Ziyi kembali dibuat ingin memiliki senjata tersebut. Namun ia harus kembali dibuat bersabar. Lima pedang lainnya juga harus dia baca satu per satu. Mana tau, ada pedang yang lebih hebat lagi dibandingkan dengan tiga pedang tersebut.
Satu per satu mulai ia baca asal muasalnya. Hingga tibalah ia pada pedang yang terakhir atau kedelapan.
"Pedang Naga Langit." Berhenti sejenak, Zhang Ziyi kemudian bergumam. "Hmmm, menarik!"
Zhang Ziyi mulai membaca keterangan yang ada di pinggir pedang Naga Langit. Pedang tersebut tidak kalah dari pedang Pembalik Langit. Dua-duanya memiliki sesuatu yang istimewa dibandingkan dengan enam pedang Delapan Pedang Langit lainnya.
Setelah selesai membaca semua keterangan dari masing-masing delapan pedang langit, Zhang Ziyi pun mulai berpikir sejenak. Diantara delapan pedang, pemuda itu lebih tertarik pada Pedang Pembalik Langit dan Pedang Naga Langit. Bukan berarti enam pedang lainnya ia tidak tertarik. Jika bisa, Zhang Ziyi ingin memiliki delapan pedang tersbut sekaligus, namun dia sadar, akan kesulitan untuk membawa semuanya sekaligus.
Setelah memikirkan dengan matang, Zhang Ziyi akhirnya memutuskan untuk mengambil pedang Naga Langit. Pedang dengan corak naga di gagang serta bilahnya. Dengan diameter sekitar 7 cm serta panjang 1 meter. Aura yang begitu agung nan mendominasi juga terpancar dari pedang tersebut.
Zhang Ziyi mulai mengarahkan tangan kanannya untuk mengangkat pedang Pembalik Langit. Perlahan-lahan ia menggerakkan tangannya. Hingga ketika menyentuh gagang pedang, mendadak tangannya bergetar hebat. Pedang tersbut begitu mendominasi dirinya, sampai-sampai hanya dengan menyentuh saja, sudah membuat Zhang Ziyi gemetaran.
Memilih untuk melepaskan genggaman tangannya sesaat. Zhang Ziyi kembali memegang gagang pedang tersbut. Namun sebelum itu, tangannya ia aliran dengan energi Qi yang begitu banyak. Berharap, dengan demikian, pedang Naga Langit bisa ia angkat.
Sayangnya, meski telah mengaliri dengan Qi, namun tangannya masih saja bergetar hebat. Bahkan ia merasa kalau getaran tangannya kali ini semakin menjadi.
Zhang Ziyi memaksakan untuk tetap memegang gagang pedang. Energi Qi, kembali dia salurkan pada tangan kanannya. Tak tanggung-tanggung, pemuda itu menyalurkan energi Qi miliknya.
Selepas itu, getaran pada tangan kanan yang menggenggam gagang pedang dirasa mulai mendingan.
"Huuh!" Zhang Ziyi bernafas lega sejenak. Lalu pemuda itu mempererat genggaman tangannya pada gagang pedang. Lalu mencoba untuk mengangkat pedang tersebut.
Lagi dan lagi, pemuda itu dihadapkan pada sebuah kesialan. Pedang Naga Langit ini ternyata begitu berat. Bahkan telah banyak Zhang Ziyi menyalurkan Energi Qi untuk mengangkat senjata tersbut. Namun sama saja. Hasilnya tetap nihil.