Alisya gadis yatim piatu yang masih berkuliah di sebuah universitas ternama, karena mendapatkan beasiswa dari kecerdasannya,
Alisya bekerja paruh waktu di sebuah Cafe setelah pulang dari kampusnya.
Dia selalu di bully karena di anggap gadis miskin yang tak layak untuk di jadika teman.
Suatu hari dia di jadikan bahan taruhan oleh pria populer yang ada di kampus tersebut.
Hingga menyebabkan alisya hamil di luar nikah. Namun pria tersebut tidak mau bertanggung jawab.
Erik Putra Dinata, pria berusia 22th yang menghamili Alisya namun tidak mau bertanggung jawab.
Dia anak orang kaya namun memiliki sifat yang sombong dan angkuh.
Arsen Davidson lelaki tampan dan baik hati yang selalu menolong Alisya merupakan seorang CEO dari Global Group namun dia selalu merahasiakan identitasnya.
Penasaran kan siapa yang akan di pilih Alisya?
Yuk simak kelanjutan ceritanya...!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19
Sebelum baca jangan lupa like, koment dan vote terlebih dahulu guys.
Ini masih part Alisya dan Arsen yes, kita bikin Arsen sama Alisya biar akrab dulu.
...****************...
Mereka membawa mainan nya ke kasir, Arsen dan Alisya sedang menunggu di kasir, sedangkan kedua bocah itu masih sibuk memilih mainan. Mereka melihat scooter mainan, karena penasaran akhirnya mereka menaikinya.
"Ayo Ley kita naik ini" ajak Reva menunjuk scooter matic.
"Iya ayo Leva kita naik ini, kita keliling mall pake ini" ucap Rey.
Akhirnya kedua bocah itu menaiki scooter matic masing-masing sesuai keinginan mereka.
"Bip...Bipp, minggil minggil Leva mau lewat" teriak Reva menyuruh semua orang minggir supaya tidak menghalangi jalan mereka.
"Yang nda mau minggil kita tablak" sahut Rey dari belakang.
Alisya dan Arsen yang penasaran akhirnya menengok ke belakang, mereka langsung menepung kening nya masing-masing. Alisya terlihat frustasi dengan tingkah putrinya, sedangkan Arsen hanya terkekeh melihat kedua perusuh itu.
Ini scooter matic yang di naikin kedua perusuh itu.
"Sayang berhenti, itu belum di bayar" pekik Alisya menghentikan tingkah kedua bocah itu.
Namun tak ada yang menghiraukan nya.
"Ya ampun anak itu membuatku pusing, kau mengikuti tingkah siapa sih nak" keluh Alisya berjongkok sambil memijit pelipisnya yang tersasa berdenyut.
"Sudah biarin saja, aku akan membayar nya" ucap Arsen menenangkan Alisya sambil mengelus puncak kepalanya.
"Tapi hari ini kau sudah terlalu banyak memanjakan Reva" sahut Alisya yang mendongak menatap Arsen.
"Tak masalah, toh baru kali ini aku memanjakan nya bukan, jangan risau aku tak akan jatuh bangkrut kalau hanya membeli mainan seperti itu" ucap Arsen di selingi dengan candaan yang membuat Alisya makin kesal.
"Aku saja yang membayar nya" pinta Alisya yang merasa tidak enak merepotkan Arsen.
"Simpan saja uangmu itu Nyonya, aku masih mampu untuk membayar nya" tolak Arsen. Tengsin lah, masak iya Alisya yang harus membayar nya. Apa guna nya black card yang berderet di dompet Arsen ya kan.Alisya menghela nafas sabar.
Usai menyelesaikan pembayaran, mereka berdua menyusul ke dua perusuh itu.
"Ayo Sayang, kita pulang" ajak Alisya yang sudah di hadapan putrinya.
"No mama, Leva masih mau main, ya kan Ley" tolak Reva meminta dukungan kepada teman nya itu.
"Iya Onty, kita macih mau belmain" sahut Rey. Sungguh kedua bocah itu begitu kompak melakukan protes.
"Besok lagi main nya sayang, kalian sudah terlalu lama bermain, nanti kecapekan" ucap Alisya memberikan pengertian.
"Ote ote, tapi kita mau beli es klim dulu" ucap mereka berdua sambil menunjuk stand es krim.
Arsen yang melihat Alisya nampak frutasi pun akhirnya tanpa sadar tangan nya mengelus bahu Alisya untuk menenangkan nya.
"Mama Leva mau lasa stlobely" pinta Reva.
"Ley mau lasa vanilla om" pinta Arsen.
"Iya, sekarang kalian duduk yang tenang" titah Arsen yang begitu sabar menghadapi kedua perusuh itu.
"Telima kacih" ucap keduanya setelah menerima es krim yang mereka minta.
"Apa kamu ea krim itu juga" tawar Arsen kepada Alisya, namun Alisya menggelengkan kepalanya.
"Aku lelah" keluh Alisya yang sudah tidak lagi canggung dengan Arsen.
"Sebentar lagi kita akan pulang" ucap Arsen lembut. Arsen merasa dirinya sedang mengasuh ketiga anak nya.
Menjelang sore akhirnya Arsen mengajak semua nya pulang. Arsen mengantarkan Alisya pulang ke rumah nya tidak ke restoran nya. Dia sudah lelah seharian mengikuti kemauan putrinya itu.
*
*
Sedangkan di depan Restoran Alisya, ada sepasang mata sedang mengawasi restoran milik Alisya tersebut. Akan tetapi yang di intai nya tak kunjung datang ke restoran.
Ya orang itu adalah suruhan dari keluarga Dinata, keluarga Dinata belum tau jika restoran itu milik Alisya, yang mereka tahu kalau Alisya hanya bekerja di restoran itu.
Tiba-tiba ponsel orang tersebut berbunyi, dan ternyata itu telpon dari David ayah Erik. Orang itu pun langsung mengangkat nya.
"Hallo tuan" sapa orang itu setelah panggilan nya terhubung.
"......"
"Mereka tidak datang ke restoran tuan" sahut orang itu.
"......"
"Saya mengerti tuan" ucap pria yang mengintai restoran Alisya.
Sedangkan di rumah keluarga Dinata terlihat David sedang kesal, karena anak buah nya belum mendapatkan hasil.
"Kau kenapa Vid" tanya Aldrik opa Erik.
"Orangku belum bisa mendapatkan sample rambut anak itu Dad" keluh David.
"Dasar tidak becus" sentak Aldrik.
"Dia hari ini tidak datang ke restoran Dad" sahut David yang tak mau di salahkan.
"Aku tak mau tahu, jangan sampai perempuan itu akan menghalangi perjodohan Erik dengan Viona" tegas Aldrik.
"Kenapa Dady selalu berlaku seenak nya sendiri Dad" ucap David marah. Dia merasa di jadikan boneka oleh orang tuanya yang masih berambisi dengan kekuasaan.
"Kau sudah berani menentangku David" bentak aldrik.
"Bukan begitu Dad, maksudku kenapa harus Viona, dari dulu Erik tidak pernah menyukai wanita itu" kilah David. David gak mau menghancurkan kebahagiaan putra sulung nya itu.
"Apa kau mau Erik menikahi pelayan restoran itu ha, bahkan asal usul nya saja tidak jelas" ucap Aldrik dengan muka memerah menahan amarah. keluarga Dinata hanya tahu kalau Alisya adalah pelayan di restoran itu
"Aku tidak akan menyuruh Erik buat tanggung jawab dengan perempuan itu Dad, tapi setidak nya biarkan Erik menikahi perempuan pilihan nya sendiri" sarah David.
"Kita tetap harus menikahkan Erik dengan Viona, dengan begitu perusahaan kita bisa menjalin kerja sama dengan perusahaan milik Hendrawan, aku tidak mau Global Group menggeser kedudukan kita di negara ini. Apa lagi sekarang Perusahaan Global Group akan pindah berpusat di negara ini" ucap Aldrik panjang kali lebar kali tinggi.
"Bukankah tanpa menikah pun kita bisa mengajukan kerjasama Dad" sahut David.
"Apa kau bodoh ha, bukankah dari dulu perusahaan Hendrawan selalu menolak proposal kerja sama kita, dengan cara begini hubungan kita akan semakin dekat dan mempermudah untuk kita mengajukan kerjasama perusahaan kita dengan nya" jawab Aldrik.
"Kebetulan perusahaan kita akan merambah ke bisnis properti, dan menurutku peeusahaan Hendrawan cocok untuk kita ajak kerja sama, karena perusahaan itu sudah lebih dulubberkecimpung di dunia properti" lanjut nya.
"Kenapa Daddy tidak sekalian saja mengajukan kerja sama ke Global Group, bukankah perusahaan itu jauh lebih besar, bahkan terbesar di eropa" saran David.
"Tidak semudah itu, karena pemilik perusahaan itu tidak pernah muncul di publik, setiap ada meeting atau apapun itu perusahaan itu selalu mengirim Asisten nya untuk datang" terang Aldrik.
"Kenapa pemilik perusahaan itu begitu misterius Dad" tanya David penasaran.
"Aku tidak tahu, dari dulu dia sudah menyembunyikan identitas dirinya dan juga keluarga nya" jawab Aldrik.
**Bersambung
Happy reading guys🙏**
yang ada keluarga pamannya alisya habis sama arsen & erik
mati2 deh sana