Maya Cantika Putri, seorang wanita cantik dan sederhana. Yang kehidupan awalnya berasal dari sebuah panti asuhan. Karena kegigihannya Maya bisa menjadi seorang dokter spesialis. Setelah dewasa secara tidak sengaja ketemu dengan ayah kandungnya, berkat bantuan seorang CEO tampan yang tidak sengaja dikenalnya. Akankah Maya bahagia dengan hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kelulusan
Tinggal beberapa bulan lagi Maya menyelesaikan pendidikan spesialisasinya.
Sudah banyak kasus kebidanan maupun kandungan yang sukses ditanganinya.
Sementara Yasmin, sahabatnya sudah berhasil membuka boutiq di kota S tempat Maya tinggal sekarang. Yasmin menyusul kuliah setelah satu tahun mengembangkan usaha online shopnya.
Boutiqnya semakin hari semakin ramai, bahkan banyak juga pelanggan dari kalangan atas.
Mereka berdua memang sahabat dalam susah senang.
Pulang dari rumah sakit, Maya mampir ke boutiq Yasmin yang sekaligus jadi tempat tinggal sahabatnya itu. Maya juga sering menginap di tempat sahabatnya itu, tentu seijin bu Hartini. Meski hanya numpang, Maya sangat menghormati selayaknya orang tua yang sebenarnya.
"Hai, lama juga loe tidak kesini May? sambut Yasmin ketika Maya tiba.
"Harap maklumlah cin, akhir-akhir ini tenagaku kayak diperas" ujar Maya sambil naruh pantatnya di sofa.
"Tidak tau juga akhir-akhir ini, banyak kasus urgent yang tidak bisa ditangguhkan tindakannya" Maya sambil menguap.
"Makan dulu sana, aku tadi buat nasi goreng kesukaan loe. Abis itu loe istirahat sana di kamar gue" suruh Yasmin.
"Loe emang is the best cin" Maya sambil menunjukkan dua jempolnya ke Yasmin.
"Emang baru tau yaaaa...." sarkas Yasmin sambil berlalu ke boutiq sebelah.
Tanpa basa basi Maya langsung makan. Karena saking capeknya semalam operasi darurat, Maya tertidur di sofa dekat meja makan. Semalam hampir-hampir dia tidak bisa memejamkan matanya, karena banyaknya pasien berdatangan. Karena tempat Maya jaga di rumah sakit umum, dan merupakan rumah sakit pendidikan yang jadi tujuan terakhir pasien dirujuk, sehingga pasien yang diterima pasti dengan kondisi yang sudah tidak begitu bagus.
Yasmin kembali dan melihat Maya tertidur.
"Eh..ni anak. Suruh tidur di kamar malah ketiduran di sini...May..may..." Yasmin menggoyang-goyangkan kaki Maya, "sudah sore, ayo mandi sana" sambil tetap menggoyangkan kaki Maya, ditambah menggelitiki kakinya.
Maya bangun dengan segan, karena matanya serasa ditempeli lem..he..he...
"Bentar lagi lah cin" Maya sambil menggeliat.
"Eh, ni anak..mandi sana sudah sore. Ada air hangat tuch, cepat basuh badanmu, aku dah mandi ni" suruh Yasmin. "Habis ini ngemall yuk May, biar otak loe biar fresh" gurau Yasmin.
Maya bergegas mandi.
"May, gimana kabar kak Bara?" tanya Yasmin tiba-tiba. Sebenarnya Yasmin juga sudah kenal dengan Bara, semenjak Maya sering bersama dengan Bara. Yasmin juga dikenalkan oleh Maya. Maya juga kenal dengan Mayong meski jarang-jarang ketemu dan ngobrol dengan Mayong. Karena Bara sering menceritakan kakaknya, sedikit banyak Maya ngerti sedikit kepribadian Mayong.
"Tumben nanya kabar kak Bara, naksir loe ma dia?" Maya tidak dapat menahan tawa. Baginya aneh aja Yasmin menanyakan kabar Bara.
Pipi Yasmin, sudah bersemu merah.
Dari awal pertemuan, sebenarnya Yasmin sudah naksir Bara. Cuma dia tidak berani terang-terangan. Yasmin menyadari apalah arti dirinya bagi Bara, hanya rempahan rempeyek. Bagai pungguk merindukan bulan, istilah kerennya begitu. Bener gak sih?
Handphone Maya ada video call masuk. "Cin, panjang umur dia, yang loe bicarakan lagi nelpon" Maya menunjukkan layar Handphone-nya di depab wajah Yasmin.
"Assalamualaikum kak Bara?" ucap Maya setelah menggeser tombol hijau.
"Waalaikumsalam wr wb, May kamu longgar tidak malam ini? Jalan-jalan yuk? mumpung lagi kosong nih" ajak Bara. Bara sebenarnya lagi suntuk juga, karena hari ini banyak sekali jadwal operasi sambung menyambung. Pagi masuk ruang operasi, maghrib baru keluar. Sampai lupa rasanya sinar matahari. Becande, emang kalau di kamar operasi memang begitu, kadang tidak berasa waktu. Tau-tau malam aje (curhat bang..he..he..).
Bara menuju boutiq Yasmin, setelah mendapat persetujuan Maya. Disinilah mereka bertiga, duduk di sebuah resto sebuah mall.
"May, habis lulus loe mau kemana?" Bara memulai obrolan.
"Belum tau kak, smoga aja langsung dapat kerja" ucap Maya sambil kayak orang berdoa.
"Yaelah May, kayak orang susah aja loe" sahut Yasmin. "Loe itu orang pintar May, loe tidak perlu masukkan lamaran. Bisa-bisa malah loe langsung nerima panggilan......panggilan nikah...ha...ha...ha.
"Yasmin tertawa lepas.
Bagitulah Yasmin, gurauannya memang terkesan tulus tidak dibuat-buat. Itu kadang juga menghibur Bara. Yasmin cantik juga ya, berbakat di bidangnya, ulet, pekerja keras walau dari keluarga sederhana, pikir Bara. Nah loe mulai ada ketertarikan ni Bara ke Yasmin. Yasmin bisa ngimbangi Maya yang terkesan serius, Yasmin kadang suka bercanda dengan humor recehnya.
Beberapa bulan kemudian, Maya bersiap menghadapi ujian. Maya tetap jaga di rumah sakit. Sambil jaga Maya menyempatkan untuk belajar. Kadang lelah mendera, Maya tetap semangat. Maya merasa beruntung, karena sudah bisa berada di titik ini dengan beasiswa penuh.
Ujian tulis sudah terlewati, Maya lulus dengan nilai terbaik. Sekarang saatnya menghadapi ujian kasus. Ada empat profesor di depannya dari kampus berbeda, salah satunya Prof. Abraham. Beliau-beliau adalah ahli di bidang obstetri dan gynecology. Masing-masing dari profesor itu menanyakan ke Maya tentang kasus-kasus kebidanan yang sulit. Tapi Maya menjawab dengan yakin dan detail semua kasus yang ditanyakan kepadanya. Setelah berunding bersama dan sudah memutuskan. Dengan penuh keyakinan, diwakili oleh Prof. Abraham memutuskan bahwa Maya lulus dengan predikat terbaik. Maya menangis terharu saking bahagianya. Cita-cita yang diidamkan dari kecil akhirnya terwujud. Maya bersyukur ke sang Pencipta, begitu besar kekuasaaNya. Maya yang bukan apa-apa, sekarang sudah layak menyandang gelar spesialis obstetri dan gynecologi di belakang namanya.
dr. Maya Cantika Putri, SpOG.
Ucapan selamat pertama kali dari Prof.Abraham. "Selamat May, smoga sukses kamu kedepannya", Prof. Abraham mengucapkan selamat sambil memeluk Maya. Ada rasa hangat yang berbeda ketika memeluk Maya. Maya termasuk lulusan termuda di bagian obstetri dan gynecologi. Dua puluh enam tahun sekarang usianya.
Bara, Yasmin juga langsung menyalaminya.
"Kamu yang terbaik May" ucap Bara bangga. "Sapa dulu kakaknya" Yasmin menyahut. Mereka tersenyum bersama. Plong rasanya, begitulah yang dirasakan Maya. Beban yang beberapa bulan terakhir rasanya terangkat bagai kapas. Ringan tanoa beban.
Sambil menunggu waktu wisuda, dan keluar registrasinya. Maya kembali ke panti diantar Bara. Sesampai di panti Maya disambut pak Bowo dan bu Warsinah yang sudah semakin menua.
Setelah mengantar Maya, Bara langsung pamitan karena begitu tiba ada panggilan dari rumah sakit. Begitulah tugas seorang dokter, kadang kepentingan pasien lebih penting daripada kepentingan pribadi.
"Kamu akan semakin sibuk ke depannya Nak, tugas dan tanggung jawabmu akan semakin besar" nasehat bu Warsinah sambil rebahan di samping Maya. "Kalau memang ada waktu dan badanmu tidak capek, sempatkan tengok adik-adikmu yang di sini yaa!" harap bu Warsinah.
Maya memanfaatkan waktu yang sedikit ini untuk memuaskan diri tinggal di panti.