Seorang gadis bernama Amira berusia 20 tahun baru di pecat dari pekerjaannya. Karena rekomendasi dari ibu kosnya akhirnya ia masuk ke yayasan pengasuh milik teman ibu kosnya itu. Tak lama ia pun mendapat majikan yang baik bernama nyonya Sarah. Amira sangat menyukai pekerjaannya itu.
Hampir dua tahun ia bekerja disana dan ia pun bukan hanya mengasuh satu anak namun dua sekaligus karena tak lama setelah Amira diterima menjadi pengasuh nyonya Sarah melahirkan anak keduanya. Perlakuan nyonya Sarah yang baik dan bahkan menganggapnya seperti saudara membuat Amira sangat menghormati dan menyayangi majikannya itu begitu juga dengan kedua anaknya.
Suatu hari saat Amira ikut berlibur bersama keluarga majikannya tiba-tiba terjadi suatu peristiwa yang sangat mencekam. Saat suami nyonya Sarah tiba-tiba harus pergi karena urusan kantor terjadi penyerangan terhadap nyonyanya. Dalam keadaan terluka nyonya Sarah menitipkan kedua anaknya pada Amira. Kini Amira harus berjuang menyelamatkan kedua anak majikannya itu...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ye Sha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
We Will Survive
Setelah selesai sholat dihampirinya dua bocah yang masih saling duduk berdekatan dan berpegangan tangan.
"Sekarang kita cari tempat istirahat dulu ya..." ucapnya sambil menggandeng keduanya ke tepian sungai.
Mereka pun mencari tempat yang sekiranya nyaman untuk beristirahat. Matahari mulai terbit..dibawah pohon tempatnya berteduh Amira mulai merasakan sinar matahari yang menyilaukan matanya. Perlahan iapun bangun, diedarkannya pandangannya kesekitar. Tampak sekitar sungai yang sepi tanpa terlihat perumahan penduduk. Ditengoknya kedua bocah yang ada disebelahnya, terlihat keduanya masih tertidur.
"Sebentar lagi mereka akan bangun, dan pasti mereka lapar..." pikir Amira.
"Aku harus mencari makanan..."
Ia pun bangkit dan mulai berjalan kesekitar sambil mencari-cari apa yang bisa dimakan. Akhirnya ia menemukan pohon pisang yang sedang berbuah dan untungnya ada yang sudah matang. Kemudian ia pun mendorong pohon itu agar sedikit miring hingga ia bisa menggapai buahnya. Setelah berkali-kali mencoba akhirnya ia berhasil juga. Lalu dipetiknya beberapa buah yang dianggapnya sudah matang tak lupa ia juga mengambil beberapa lembar daun untuk tempatnya mengambil air.
Setelah itu dilepasnya kerudungnya dan ia gunakan untuk membawa buah dan daun yang ia kumpulkan. Bergegas ia kembali ketempat ia meninggalkan kedua anak majikannya itu, untung saja saat ia sampai keduanya belum bangun. Diletakkannya buah pisang yang ia bawa lalu iapun turun ke pingggir sungai dan mulai menggali tanah untuk mendapatkan air bersih. Walaupun ia tak dapat memasaknya namun setidaknya air yang ia dapatkan cukup bersih untuk diminum.
Untung saja dulu ia rajin ikut kegiatan pramuka di sekolahnya sehingga ia tak kebingungan saat ini. Setelah mendapatkan air ia pun membawanya dengan memggunakan daun pisang. Dilihatnya Anna sudah mulai terbangun dan sedang mengucek matanya yang masih lengket. Melihat kedatangan Amira bocah itu seakan tersadar dengan kejadian yang ia alami semalam. Mata bocah 5 tahun itu mulai mengembun teringat dengan nasib ibunya. Amira yang melihat itu langsung meletakkan air yang dibawanya dan menghampiri Anna.
"Sayang...sudah bangun?"
Bocah itu mengangguk.
"Mbak ...mama..." ucapnya tercekat.
"Insyaallah mama baik-baik saja..." jawabnya lembut sambil mengusap punggung bocah itu pelan.
"Kita do'akan selalu agar mama selamat dan kita dapat segera berkumpul lagi..." hiburnya.
"Anna lapar?" tanyanya.
"Iya mbak...haus juga..."
"Ya sudah ini ada air diminum dulu...lalu kita makan pisang sama-sama ya.."
"Mbak...." tiba-tiba Adit terbangun, Amira pun meraih bocah itu untuk didudukkan dipangkuannya.
"Adit juga lapar? ayo ... kita makan pisang sama-sama..." ucapnya sambil mengupaskan pisang dan menyodorkannya pada kedua anak itu.
Kejadian semalam membuat mereka kelaparan dan akhirnya semua buah pisang yang dibawa Amira pun ludes. Setelah perut mereka terisi merekapun mendapatkan tenaga tambahan untuk melanjutkan perjalanan, lalu mereka pun mulai berjalan beriringan menyusuri tepi sungai.
"Mbak disana ada rumah ..." tunjuk Anna keseberang sungai.
Amira pun melihat kearah yang ditunjuk. Tampak diseberang beberapa atap rumah terlihat dari tempat mereka berdiri.
"Jadi kita harus ke sebrang ya mbak..." lanjut Anna.
"Ya..." jawab Amira sambil otaknya berfikir mencari cara agar mereka dapat menyeberang dengan aman.
"Kita cari tempat yang tidak begitu dalam dan berbatu ya ... agar bisa untuk pegangan" ucap Amira setelah terdiam sebentar.
Lalu mereka pun kembali berjalan mencari tempat yang dapat mereka gunakan untuk menyeberang. Tak lama mereka pun menemukannya. Amira kembali menggendong Adit, kali ini dipunggungnya. Setelah itu dituntunnya Anna menyeberangi sungai dibagian yang tidak terlalu dalam sambil berpengangan pada batu-batu yang bertebaran. Perlahan mereka menyeberangi sungai yang tidak terlalu lebar itu. Cukup lama waktu yang mereka butuhkan untuk sampai diseberang, namun akhirnya mereka lega karena berhasil dengan selamat. Sesampainya diseberang mereka istirahat sejenak mengumpulkan tenaga yang terkuras saat berusaha menyeberangi sungai.
Di villa sudah ramai dengan kedatangan polisi dan petugas medis yang membawa ambulans untuk mengevakuasi nyonya Sarah. Setelah sambungan telepon yang terputus dari nyonya Sarah petugas yang menerima telponnya langsung menghubungi pihak kepolisian dan juga petugas medis. Mereka pun langsung meluncur dengan panduan gps. Saat mereka tiba villa sudah dalam keadaan sepi karena penjaga villa belum datang. Mereka langsung masuk kedalam karena pintu villa sudah dalam keadaan terbuka. Saat memeriksa isi villa mereka tak menemukan siapa-siapa kecuali nyonya Sarah yang masih dalam keadaan tidak sadar. Segera petugas medis melakukan pertolongan dan segera membawa nyonya Sarah ke rumah sakit. Petugas kepolisian pun mulai melakukan olah TKP. Tak lama penjaga villa pun datang ia sangat terkejut dengan adanya polisi di depan villa. Setelah diizinkan masuk ia pun lalu diinterogasi oleh petugas yang ada didalam.
Dari hasil yang diperoleh dari keterangan penjaga villa petugas berhasil mendapatkan nomer ponsel tuan Bram yang kemudian dihubungi oleh petugas polisi. Setelah berhasil dihubungi tuan Bram pun langsung menuju rumah sakit untuk melihat kondisi nyonya Sarah dan petugas polisi pun akan menyusulnya sekaligus untuk meminta keterangan. Sesampainya di rumah sakit tuan Bram langsung meminta ditunjukkan tempat nyonya Sarah dirawat. Ternyata ia telah dipindahkan keruang ICU karena mengalami koma. Di depan ruang ICU tuan Bram hanya bisa memandangi istrinya dari balik jendela kaca, keadaan nyonya Sarah terlihat menyedihkan dengan banyaknya selang menempel pada tubuhnya. Hatinya yang kacau setelah melihat sendiri keadaan istrinya membuatnya baru teringat dengan kedua buah hatinya yang sampai saat ini belum diketahui keberadaannya. Saat itu lah ada dua petugas kepolisian yang datang untuk meminta keterangan.
Tak perlu waktu yang lama peristiwa mengerikan yang terjadi di villa menjadi berita hangat, banyak spekulasi yang berkembang tentang apa yang sebenarnya terjadi pada malam itu. Namun yang santer terdengar adalah keterlibatan Amira yang di tuduh menculik kedua anak nyonya Sarah dan melukainya saat kepergok melakukan aksinya. Kini Amira pun menjadi buronan pihak kepolisian. Selama di rumah sakit keadaan nyonya Sarah sudah membaik namun belum juga sadar. Setelah dinyatakan stabil iapun dipindah keruang perawatan vvip.
Sementara Amira yang sudah beristirahat mulai berfikir tentang apa yang akan ia lakukan selanjutnya. Tak mungkin ia membawa kedua bocah itu hidup dijalanan.
"Aku harus mencari uang untuk biaya hidup kami sementara ini ...tapi darimana?" gumamnya dalam hati.
"Mbak..." tiba-tiba terdengar suara Anna yang baru terbangun.
"Sudah bangun sayang?"
"Ya mbak..."
"Sekarang kita cari tempat untuk berlindung dulu ya..." ajak Amira.
Digendongnya Adit lalu ia juga menggandeng Anna kemudian mereka pun mulai berjalan. Anna sesekali tampak kesakitan saat berjalan sebab mereka sama sekali tak mengenakan alas kaki. Melihat itu Amira langsung menyuruh Anna untuk naik keatas punggungnya. Ia tak tega melihat bocah yang terbiasa tinggal dirumah mewah harus berjalan tanpa alas kaki di jalan yang penuh dengan batu kerikil.
Keberuntungan ternyata masih berpihak pada mereka, tak lama Amira melihat sebuah rumah yang terlihat tak berpenghuni. Setelah memperhatikan sekelilingnya dan merasa tak ada orang yang melihat Amira pun melangkah masuk ke rumah itu. Diturunkannya Anna, lalu diperiksanya pintu rumah itu...namun ternyata dikunci begitupun dengan jendela di sebelahnya. Kemudian ia menggandeng Anna dan mereka berjalan ke samping rumah dan memeriksa setiap jendela berharap ada yang bisa dibuka. Dan akhirnya ia menemukan salah satu jendela yang dapat dibuka dari luar dan cukup lebar ukurannya sehingga ia dapat masuk kedalam bersama Anna.
Didudukkannya Anna pada sebuah bale-bale tua namun masih terlihat kuat, lalu diletakkannya Adit di samping Anna.
"Kamu di sini dulu ya...jaga adek ..." ucap Amira lalu iapun memeriksa seluruh rumah untuk mencari barang-barang yang bisa ia gunakan.
Namun ternyata rumah itu benar-benar kosong tak ada satu barang pun yang tersisa kecuali bale-bale tua tadi.
"Tampaknya aku harus pergi keluar untuk mencari barang-barang yang kami butuhkan" ucapnya dalam hati.
Lalu dihampirinya Anna yang masih menunggunya.
"Anna ...mbak harus pergi sebentar untuk cari makanan, kamu di sini jaga adek ya...jangan sampai ada orang asing yang tahu kalian disini..." terang Amira.
"Baik mbak...tapi jangan lama-lama perginya..."
"Ya ..mbak usahakan..." ucapnya setelah itu dikecupnya kening Anna dan juga Adit yang masih tertidur.
Lalu ia pun keluar melalui jendela tadi, tak lupa ia pun menutupnya agar tak ada yang curiga ada orang di dalam. Setelah memastikan sekelilingnya aman Amira melangkahkan kakinya menuju jalan raya... dengan bertelanjang kaki ia berjalan mencari pasar yang terdekat. Ternyata pasar yang dicarinya berada tak jauh dari tempatnya bersembunyi tadi. Ditatapnya setiap kios yang berjajar didepan pasar dan iapun berlonjak senang saat salah satu kios itu adalah sebuah toko mas. Dirabanya jari manis di tangan kirinya...disana tersemat sebuah cincin emas kecil. Cincin itu adalah pemberian dari ibu dan ayahnya saat ia dinyatakan lulus dari SMU sebelum esoknya kedua orang tuanya tewas kecelakaan saat menumpang bus untuk pergi ke tempat saudaranya untuk melayat.
Amira bermaksud untuk menjual cincin itu untuk biaya hidup sementara. Dengan langkah cepat ia masuk kedalam toko yang tampak masih sepi mungkin saja mereka baru buka.
"Selamat pagi .. ada yang bisa saya bantu mbak?" tanya seorang pramuniaga saat melihat Amira.
"Mmm..maaf mbak.... saya mau jual cincin saya..." ucap Amira sambil melepas cincin yang ada di jarinya.
Gadis pramuniaga itu memperhatikan Amira kemudian ia menyuruh Amira untuk menunggu sebentar lalu ia masuk kedalam toko. Tak lama keluarlah gadis pramuniaga tadi diiringi oleh seorang wanita paruhbaya yang sepertinya pemilik toko.
"Coba nak...saya lihat dulu cincinnya ..'' ucapnya ramah.
"Ada surat--suratnya?" sambungnya.
"Tidak bu..." ucap Amira.
Diperhatikannya Amira terlihat ada bekas cincin di jarinya tanda kalau cincin itu sudah lama melekat disana.
"Baiklah kalau begitu...ini saya beli 1.800.000 bagaimana?"
"Ya bu..ga pa-pa" jawab Amira.
Saat menerima uang hasil penjualan cincin itu Amira merasa sangat lega.
"Ya Allah ...alhamdulillah ... nyonya bertahanlah ...kami juga akan bertahan untuk bisa berkumpul dengan nyonya lagi..." bisik Amira dalam hati...