Judul novel : "MY STUDENT IS MY STUPID WIFE
Ini kisah tentang NANA DARYANANI, seorang mahasiswi cantik yang selalu mendapat bullying karna tidak pandai dalam pelajaran apapun. Nana sudah lama diam-diam naksir dosen tampan di kampusnya, sampai suatu hari Nana ketahuan suka sama dosennya sendiri yang membuat geger seisi kampus.
Bagaimana dengan Sang Dosen, apakah dia juga akan menyukai Nana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gabby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CELANA DALAM
"Jam berapa sekarang?" tanya Hessel.
"Jam 7 pagi." jawab Nana setelah melihat jam.
"Kau mandilah, kita harus ke kampus."
"Inikan baru sehari pernikahan apa kita harus secepat ini masuk kampus?"
"Memangnya apa yang mau kamu harapkan? kita bulan madu? itu tidak akan terjadi Nana, cepat mandi sana aku juga ingin mandi."
Nana tertunduk malu Hessel tau apa yang sedang ada dipikirannya, biasanya orang lain setelah menikah ada yang berbulan madu atau menghabiskan malam pertama mereka dengan manis tapi Hessel dan Nana mereka seperti orang asing.
"Nana kau mendengarku atau tidak?"
"Iya pak, saya akan mandi." ketus Nana sembari turun dari ranjang.
Nana mengambil handuk dan pakaian serta bra dan cdnya sedangkan Hessel dia masih duduk di diranjang sembari meregangkan otot-otot yang terasa letih.
Setelah mandi Nana mengeringkan tubuhnya dengan handuk dan ingin memakai bajunya tapi Nana malah kehilangan cdnya.
"Ah, dimana dalamanku?" Nana mencarinya disetiap sudut kamar mandi dan tidak mendapatkan cdnya.
"Arghhh, jangan-jangan aku lupa membawanya." gumam Nana sambil menggetok kepalanya.
Hessel bangkit dari tempat tidur saat dia berjalan menuju lemari dia malah menginjak sesuatu yang lembut.
Hessel pun menundukkan kepalanya dan mengambil benda lembut yang diinjaknya.
Benda berwarna merah muda itu membuat Hessel jeli menatapnya.
"Gadis itu benar-benar ceroboh dia meninggalkan benda ini dilantai, apa dia tidak malu aku melihatnya." gumam Hessel.
Hessel pun berniat mengetuk pintu kamar mandi untuk memberikan cdnya, tapi belum sempat diketuk Nana yang berbalutkan handuk kimono putih pendek keluar dari kamar mandi untuk mengambil cdnya.
Nana dan Hessel terperanjat kaget.
"Ah... kau pasti mau mengintipkan." ujar Nana.
"Tidak..." bantah Hessel, sedangkan matanya terfokus melihat tubuh Nana yang hanya berbalut handuk. Nana menyedarinya dan segera menutup dadanya dengan menyilangkan kedua tangannya.
"Berhentilah menatapku seperti itu." ketus Nana.
"Ini! Ini pasti milikmu." Hessel langsung mengalihkan pandangannya sembari mengunjukkan cd membuat Nana bersusah payah menelan salivanya saat melihat cdnya berada ditangan Hessel dan Nana langsung merampasnya karna malu.
"Apa ada yang ketinggalan lagi?" Hessel mulai genit dia mencolek lengan Nana, jantung Nana terasa seperti sedang dipompa sentuhan Hessel membuat bulu kuduknya berdiri.
"Tidak ada..." ketus Nana langsung menutup pintu kamar mandi, Hessel menatapnya dengan senyuman Hessel merasa kejadian ini cukup lucu baginya.
"Nana, kau ini tidak tau malu bisa-bisanya kau meninggalkan dalamanmu." batin Nana kesal pada dirinya sendiri.
Hessel yang merasa terlalu lama menunggu Nana berganti pakaian, memilih ikut masuk ke dalam kamar mandi. Nana kaget melihatnya, Hessel melihat Nana untungnya Nana sudah berpakaian rapi.
"Kau, kenapa main terobos saja?" Nana jengkel.
"Siapa suruh pintunya tidak dikunci." mengaitkan handuk ke pengait di pintu.
Tanpa rasa malu Hessel membuka bajunya di hadapan Nana, sedangkan Nana memutar badannya membelakangi Hessel, pikirannya kalang kabut melihat Hessel membuka baju yang ada dipikirannya sekarang hanya masalah setelah pernikahan.
Hessel yang sudah bertelanjang dada menampakkan tubuhnya yang atletis sangat sempurna, dia mulai usil tiba-tiba memeluk Nana dari belakang membuat Nana kaget dan tubuhnya seolah membeku.
"Rambutmu sangat indah." ucap Hessel menyibak rambut Nana sambil sesekali memainkan jarinya dileher Nana. Sentuhan Hessel benar-benar membuat Nana mengelinjang dengan manja.
"Pak, tolong lepaskan saya, tubuh saya gemetar pak." ucap Nana deg-degan.
"Bukankah aku suamimu, aku berhak menyentuhmu." sahut Hessel.
Hessel memutar badan Nana membuat mereka saling berhadapan, Hessel meraih wajah Nana menyentuhnya dengan lembut.
"Aku tidak tau mimpi apa aku sehari sebelum menikahimu, kau telah membangkitkan gairahku." ujar Hessel sembari tangannya bermain diwajah Nana.
"A-apa yang bapak maksud?"
"Akan ada waktunya aku akan menjadikanmu milikku sepenuhnya."
Nana tidak mengerti sekarang kenapa Hessel bersikap manis tapi sedikit mesum padanya, Nana merasa sedikit takut dan gugup jika Hessel benar-benar akan memangsanya, tapi Nana tidak mau Hessel memangsanya hanya karna untuk melampiaskan nafsu, Nana ingin Hessel melakukannya dengan penuh cinta dan kasih.
"Bapak bilang, bapak tidak akan menyentuhku karna statusku masih seorang pelajar."
"Lupakan saja perkataan semalam! keluarlah aku mau mandi." Tiba-tiba Hessel melepeskan pelukkannya dan mengusir Nana itu yang membuat Nana kesal.
"Apa seperti itu cara dia menggoda wanita, habis manis lalu dia mengusirnya?" gerutu Nana kesal sembari mengemaskan perlengkapan kampus.
Sebelum Nana turun ke bawah, Nana berpikir untuk menyiapkan pakaian Hessel juga. Nana tidak akan lepas dari tanggung jawabnya sebagai seorang istri, meski Nana anak manja tapi sekarang hidupnya sudah berbeda.
Nana pun turun dari atas, sekarang Nana menuju dapur dia tidak mengerti apa yang biasanya dilakukan para istri saat pertama kali tinggal di rumah mertua, tapi Nana berusaha menjadi menantu yang baik meski dia tidak bisa masak atau melakukan hal lainnya tapi Nana tetap mau belajar menjadi menantu yang bisa diandalkan.
"Sini Na, kamu sudah bangun sayang?" panggil mama yang sedang meghidangkan makanan di meja makan, Nana pun menghampirinya.
"Iya ma, kata Hessel kami harus masuk kampus hari ini setelah beberapa hari kami tidak masuk."
"Ma, Nana bantuin ya."
"Tidak perlu sayang kamu duduklah dulu, Hessel bagaimana sih kan pak Rektor sudah memberi kalian cuti 10 hari."
"Nana tidak tau ma, tapi Nana rasa lebih cepat kami masuk kampus itu lebih baik."
Hessel pun turun bersama adiknya si Devan, mereka menghampiri Nana dan mama yang sudah duduk di meja makan.
Devan menatap Nana dengan tajam, sepertinya dia tidak menyukai Nana, Nana juga bisa merasakan kalau adik iparnya ini pasti akan usil padanya.
"Ma, apa tidak ada gadis lain untuk kak Hessel, gadis seperti apa dia bukannya membantu mama di dapur dia malah enak-enakkan duduk di sini." ujar Devan.
"Devan, jangan bicara seperti itu sama kakak iparmu."
"Biarkan saja ma." ujar Nana tersenyum.
"Cepat minta maaf pada kak Nana." tegas mama.
"Tidak mau, Devan bicara apa adanya ma." sahutnya.
"Sudah ma jangan memaksa Devan, benar kok ma Nana hanya duduk saja tidak membantu mama."
"Nana, mama yang memintamu untuk tidak bekerja, Devan ini mulutnya memang seperti itu."
"Papa mana ma?" tanya Hessel baru saja turun dari lantai 2.
"Papamu sudah ke kantor Hes, kita sarapan dulu."
Hari ini Hessel mulai membiasakan diri untuk sarapan duduk disamping Nana sedangkan Devan dia kesal melihat kakaknya sekarang lebih memilih makan di samping istrinya.
"Apa kau yang menyiapkan baju untukku tadi?" ucap Hessel bicara pelan pada Nana, Nana mengangguk diselingi senyuman.
"Ada apa ini, kenapa kalian berbisik-bisik?" tanya mama penasaran.
"Tidak ada ma..." bantah Hessel.
"Mama senang deh kalian bisa akur, inilah yang mama mau kalian itu harus saling menerima satu sama lain."
Hessel dan Nana mengangguk sembari menikmati sarapan mereka.