Istri Kedua Bima

Sesuai permintaan Lily, Dena setuju untuk memindahkan semua barang-barang Lily pada hari libur. Meeting penting dan beberapa urusan di kantor memang tidak bisa di tinggalkan meski cuma sehari.

"Capek ya, Ly." Dena membawakan sebuah minuman jeruk dingin untuk Lily.

"Ah mba, gak perlu repot!" Seru Lily saat Dena menyodorkan gelas itu padanya.

"Kamu cuma perlu diam Ly, sudah ada yang membereskan koq."

"Gak pa-pa Mbak. Barang aku juga cuma sedikit!." Protes Lily setelah minum lalu meletakannya kembali gelas yang setengah kosong di atas nampan.

"Mbak rumahnya..."

"Kecil ya? nanti deh aku cari yang lain kalau kamu gak suka. Sementara kamu tinggal dulu disini. Mbak lagi cari rumah yang pas buat kalian, tapi belum nemu." potong Dena dengan cepat.

"Bukan mbak. Aku suka rumah ini. Minimalis. Lagian aku juga takut tinggal di rumah yang besar kalau sendirian."

Bima yang melihat mereka dari kejauhan tersenyum kecil. Entah apa yang di bicarakan kedua wanita itu tapi dia bahagia saat melihat istrinya tertawa dengan lepas. Jarang sekali Dena bisa tertawa seperti itu sejak setahun terakhir ini. Tapi kehadiran Lily membuat Dena sering tertawa membuat Bima merasa senang akan kehadiran gadis itu.

Hari dimana akad di langsungkan. Hanya ada sekitar dua puluh orang yang hadir di rumah baru Lily. Sesuai permintaan Lily, acara di lakukan dengan sederhana dan di hadiri oleh keluarga terdekat saja. Keluarga Bima dan juga keluarga Dena, sedangkan keluarga Lily tidak ada yang hadir karena Lily tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini. Tidak ada saudara, tidak ada kerabat. Orang yang sudah di anggap pamannya juga berhalangan hadir di karenakan anak bungsunya terkena demam berdarah dan tidak bisa di tinggalkan di rumah sakit. Acara juga di lakukan dengan keadaan tertutup, dari media atau apapun itu. Permintaan dari kedua pengantin. Dena hanya pasrah dengan permintaan keduanya.

Banyak mata memandang tidak suka pada Lily, pasalnya mereka berfikir gadis seperti Lily hanya mengincar harta Bima saja. Apalagi status Bima adalah pria beristri, mungkin di fikirkan orang lain pastilah dia mau di jadikan istri kedua karena sesuatu yang di miliki Bima.

Ya. Waktu itu Dena bertemu dengan kedua keluarganya yang sengaja ia undang ke rumahnya. Mengutarakan keinginannya untuk suaminya menikah kembali. Tentu saja semua anggota keluarga menolak dengan keinginan Dena. tapi Dena berhasil meyakinkan seluruh anggota keluaganya untuk menerima pernikahan ini.

Semua orang sudah pulang ke rumah masing-masing kecuali Dena. Dia masih sibuk mengurus keperluan sepasang pengantin baru itu.

Lily menunggu di kamar, bukan berharap Bima mau tidur dengannya tapi karena Lily merasa sudah lelah. Lelah karena pandangan orang-orang, juga lelah karena semalaman di tidak bisa tidur dengan nyenyak.

Lily terkesiap bangun ketika melihat Bima masuk ke dalam kamar. Pandangannya ia tundukan. Malu sudah pasti, karena Lily tidak mau terlihat rona merah di pipinya. Walaupun baru dua bulan menjadi sekretaris Bima, tapi kekagumannya kepada bos gantengnya itu membuat Lily merasa jatuh cinta.

Lily menepuk pipinya sedikit keras.

Sakit!

Lily tidak bermimpi!

Perbuatan baik apa yang di lakukan Lily di masa lalu hingga Lily mendapatkan suami yang ganteng dan tajir melintir?

Lily semakin menundukan kepalanya saat Bima membuka kemeja putihnya dan melemparkannya di atas kasur di samping Lily. Jantungnya berdentum dengan keras. Ya meskipun Lily tidak boleh berharap banyak dengan pernikahan ini tapi biarlah Lily sendiri yang merasakan indahnya cinta disini. Bukan kah kewajiban seorang istri mencintai suaminya? Meskipun dalam surat perjanjian itu menyatakan bahwa tidak di benarkan adanya cinta di antara mereka.

Pasrah deh Lily.