NovelToon NovelToon
Dibuang Suami, Dinikahi Duda Tajir

Dibuang Suami, Dinikahi Duda Tajir

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Single Mom / Janda / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Mengubah Takdir
Popularitas:24.8k
Nilai: 5
Nama Author: Eli Priwanti

Inara harus menelan pil pahit ketika Hamdan, sang suami, dan keluarganya tak mampu menerima kelahiran anak mereka yang istimewa. Dicerai dan diusir bersama bayinya, Inara terpuruk, merasa sebatang kara dan kehilangan arah.
Titik balik datang saat ia bertemu dengan seorang ibu Lansia yang kesepian. Mereka berbagi hidup, memulai lembaran baru dari nol. Berkat ketabahan dan perjuangannya, takdir berbalik. Inara perlahan bangkit, membangun kembali kehidupannya yang sempat hancur demi putra tercintanya.
Di sisi lain, Rayyan Witjaksono, seorang duda kaya yang terluka oleh pengkhianatan istrinya akibat kondisi impoten yang dialaminya. Pasrah dengan nasibnya, sang ibu berinisiatif mencarikan pendamping hidup yang tulus, yang mau menerima segala kekurangannya. Takdir mempertemukan sang ibu dengan Inara,ia gigih berjuang agar Inara bersedia menikah dengan Rayyan.
Akankah Inara, mau menerima Rayyan Witjaksono dan memulai babak baru dalam hidupnya, lengkap dengan segala kerumitan masa lalu mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Membuka usaha menjahit

Setelah pertemuannya dengan Martha dan banyak hal yang telah mereka bahas, akhirnya Bu Farida menyetujui rencana dari sahabatnya itu, hanya saja Inara baru saja mengalami luka yang dalam, dan tidak mudah melupakan semua itu dan ia meminta kepada Martha untuk bersabar menjodohkan Inara dengan Rayyan.

Sementara itu, Inara mulai mencari celah bagaimana caranya mengumpulkan uang yang banyak untuk biaya pengobatan putranya, akhirnya muncul sebuah ide, setahunya ruko kosong yang dulu pernah ia kunjungi setelah di usir dari rumah sakit oleh mantan suami dan juga mertuanya, pikirnya ruko kosong tersebut bisa ia gunakan untuk mengais rezeki.

"ya, aku tidak boleh berdiam diri seperti ini, aku harus bangkit demi kesembuhan putraku!" Inara bangkit dari duduknya, ia mencoba menyiapkan alat-alat untuk perlengkapan menjahit, mulai dari aneka warna benang dan juga jarum.

Sementara itu, setibanya di rumahnya, Bu Farida melihat Inara sedang sibuk seorang diri, ia segera menghampiri dengan langkah yang pelan.

"Nduk, untuk apa kau mengumpulkan benang-benang itu?" Bu Farida menatap dalam Inara yang sedang fokus.

"Bu, ruko yang ada di ujung tempat pertama kalinya kuta bertemu apakah sampai saat ini masih kosong?"

"ruko itu ya? Setahuku masih kosong sampai sekarang Nduk, sudah lama juga ditinggal begitu saja sama pemiliknya, memangnya kenapa Nduk?" Bu Farida semakin penasaran akan arah pembicaraan dari Inara.

"aku ingin sewa ruko itu Bu, untuk membuka usaha menjahit, dan aku berencana membeli mesin obras second, kalau tidak salah kemarin Bu Umar tetangga sebelah dapat mesin itu dari hasil mulung Bu,aku lihat sepintas sepertinya mesin itu masih bagus!" ucapnya serius menatap bu Farida.

Bu Farida sempat terkejut atas ide dari Inara, namum ia bangga akan ide cemerlang dari Inara.

"Baiklah kalau begitu nanti ibu coba tanyakan sama Bu Umar ya, sekalian Ibu mau mencari info soal ruko kosong yang ada di ujung jalan"

Mendengar Bu Farida berkata seperti itu, kedua bola matanya berbinar, Inara yakin usahanya kali ini tidak akan gagal, ia harus bisa menjadi wanita yang kuat dan mandiri, ia yakin inilah awal dirinya meniti karirnya kembali dari nol, dan tekadnya semakin kuat setelah apa yang terjadi pada dirinya selama ini.

Kemudian Inara menoleh ke arah Putranya yang masih tertidur pulas dan memandanginya dengan tatapan sendu.

Sementara itu Bu Farida bergegas mencari tahu soal ruko kosong di pinggir jalan

" Putraku, mamah janji akan selalu membahagiakan kamu, kita berdua akan hidup bahagia, cuma kamu satu-satunya yang Mamah miliki di dunia ini, kita berjuang sama-sama ya Nak!" tanpa terasa air mata jatuh dari pelupuk matanya, Inara buru-buru menghapus jejak air matanya, ia tidak boleh menangis cukup sudah air matanya yang selama ini selalu membasahi pipinya, ia tidak ingin menjadi wanita yang cengeng.

.

.

Di sebuah sudut kota yang ramai, Bu Farida, seorang wanita paruh baya dengan sorot mata yang teduh namun tegas, berjalan cepat menuju kawasan ruko pinggir jalan. Kawasan itu tidak terlihat kumuh, namun aura ketegasan dan kepemilikan yang tak terlihat menyelimuti setiap bangunan.

Tepat di depan sebuah ruko kosong dengan cat terkelupas, berdiri sesosok pria berbadan tegap, mengenakan jaket kulit hitam yang usang, dan rambut gondrong yang diikat seadanya. Dia adalah Jaja, preman yang disegani di kawasan itu.

Jaja sedang asik menyeruput kopi saset sambil mengamati lalu lintas ketika Bu Farida tiba. Melihat Bu Farida, sebuah senyum tipis terukir di wajah Jaja yang keras. Ternyata, meskipun Jaja dikenal sebagai preman, ia memiliki hubungan yang cukup akrab dan menghormati Bu Farida.

 "Assalamualaikum, Bang Jaja."

"Wa'alaikumussalam... Eh, Bu Farida! Tumben banget sore-sore begini udah main ke sini. Gimana kabarnya, Bu?"

"Alhamdulillah baik, Bang, bang Jaja sendiri sehat, ya?"

"Sehat sentosa, Bu, kayak biasa. Mau lewat doang apa ada perlu nih, Bu?"

Bu Farida mendekat, sorot matanya tertuju pada ruko di belakang Jaja.

"Jadi begini, Bang Jaja, saya ada sedikit perlu. Ruko kosong di pinggir jalan ini,

apakah Bang Jaja tahu siapa pemiliknya?"

Jaja mengikuti arah pandang Bu Farida, lalu tertawa kecil, membuang puntung rokoknya ke tanah dan menginjaknya.

 "Ah, yang ini toh, Bu? Oh itu, ruko itu sudah tidak ada pemiliknya yang jelas. Tapi begini, saya yang menjaga keamanan di ruko situ, soalnya kalau malam Minggu suka dipakai nongkrong sama anak-anak jalanan, biasalah happy-happy kita, kenapa emangnya, Bu Farida?"

Bu Farida menarik napas, ini saatnya ia mengajukan permohonan dengan sedikit kebohongan.

"Syukurlah kalau begitu, Bang, begini, Bang Jaja, boleh tidak saya sewa ruko itu untuk usaha keponakan saya? Namanya Inara, dia pintar menjahit. Kasihan, dia cuma menjahit di gubuk kecil rumah saya."

Jaja mengangguk-angguk. Ia sudah sangat percaya pada Bu Farida, dan ide usaha kecil di kawasan itu tidak akan mengganggunya. Malah, bisa menambah suasana ramai yang positif.

"Tentu saja boleh, Bu. Sudah pakai saja lah, biar ada yang ngerawat juga. Yang penting ada untuk uang rokok sama kopi! Anggap saja itu uang keamanan bulanan, Bu. Nanti saya kasih tahu anak-anak, ini ruko sudah ada yang sewa."

"Masya Allah, terima kasih banyak, Bang Jaja! Abang memang baik hati. Saya siapkan uangnya besok ya, Bang. Sekali lagi terima kasih."

"Siap, Bu Farida. Santai aja sama saya mah!"

Bu Farida tersenyum lega. Misi berhasil. Ia segera menemui Inara di rumahnya yang gubuk di kawasan pemukiman pemulung.

Sementara itu, di sebuah gubuk kecil yang terbuat dari triplek bekas di tengah pemukiman padat pemulung, Inara sedang tenggelam dalam dunianya. Cahaya sore yang masuk dari celah-celah dinding menerangi selembar kertas lusuh di pangkuannya. Di tangannya, pensil menari lincah, membentuk garis-garis elegan di atas kertas.

Inara sedang sibuk menggambar desain baju berupa sketsa gaun pesta sederhana dengan sentuhan modern. Di sampingnya, teronggok setumpuk kain perca dan peralatan jahit seadanya. Matanya memancarkan keyakinan yang kuat. Ia yakin usahanya kali ini akan berhasil.

kemudian Inara membatin.

'Ini dia, ini desain yang akan jadi andalan pertamaku.'

Ia memandang laci kecil di samping mesin jahitnya, tempat ia menyimpan sedikit uang tunai. Itu adalah sisa hasil penjualan perhiasan miliknya yang ia lepas demi modal. Sisa hasil penjualan perhiasan miliknya akan ia gunakan sedikit untuk modal usahanya sebagai tukang jahit pinggir jalan.

Tiba-tiba, pintu gubuknya diketuk tergesa.

 "Inara! Inara, kamu di dalam, Nduk?"

Inara terkejut, segera ia menaruh pensil dan desainnya.

"Iya, Bu Farida, masuk saja! Ada apa, Bu? Kok kelihatan senang sekali?"

Bu Farida masuk dengan napas terengah-engah, senyum lebar tidak bisa disembunyikan dari wajahnya.

 "Alhamdulillah, Nduk! Alhamdulillah! Ruko kosong itu, yang di pinggir jalan... kita dapat! Bang Jaja bilang kita boleh memakainya untuk usahamu, hanya perlu membayar uang keamanan bulanan padanya."

Inara terdiam sejenak, mencerna kata-kata itu. Ruko? Untuknya? Air mata haru tiba-tiba menggenang di pelupuk matanya.

"Benarkah, Bu? Ruko itu? Ya Allah... Saya tidak tahu harus bilang apa. Terima kasih, Bu Farida, terima kasih banyak!"

Bu Farida segera memeluk Inara.

 "Sudah, Nak. Ini rezeki kamu, hasil dari ketekunan mu selama ini. Sekarang, kita siapkan modalnya. Besok kita bersihkan ruko itu dan mulai menjahit impianmu di sana!"

Inara mengangguk, memeluk Bu Farida lebih erat. Melihat desain di mejanya, ia semakin termotivasi. Impiannya, yang dulu hanya sebatas benang dan jarum, kini terasa semakin dekat untuk terwujud di ruko pinggir jalan itu.

Bersambung...

1
Asyatun 1
lanjut
Teh Euis Tea
rayyan mulutmu pengen ta cabein biar kapok
Danny Muliawati
mulut mu harimau mu yah rayan
Teh Euis Tea
pengen ra tampol mukanya si rayyan seenaknya aj bilang murahan, duhh gemes aku sm othornya🤭
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: jangan gemes sama aku kak 🤣🤣🤣
total 1 replies
Danny Muliawati
sedih nya imara di perlakukan spt itu sm Rayyan terang aza pisang ranjang wong Rayyan impitent hihihi we sebel aq sok ke PD an
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
Danny Muliawati
sok sip di Rayyan ntar fakta membuktikan lo ter kaing2 jatuh cinta sm Inara
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: nah itu dia kak 🤣🤣🤣
total 1 replies
Danny Muliawati
ibarat lg yg salah
Danny Muliawati
kasian loh ibarat br jg melek dpt duit utk pengobatan daffa sdh datang hantu iblis
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: bener bgt kak
total 1 replies
Nar Sih
perlahan mulai cair es batu nya ,semagat inara💪
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
Nar Sih
mulut mu yg tajam setajam pisau klau ngomong rayyan pasti akan diam suatu saat juga pasti nyeseel sdh kasar dgn inaya🤣
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: betul kak 👍🤣
total 1 replies
neny
rayyan banyak2 lah minta sm kak othor spy imponten mu sembuh,,dan dapat memiliki anak dr benih mu,,aq yakin kak ely yg baik hati ini akan mendengarkan permintaan mu,,lanjut akak💪😘
Nar Sih: siip kak setujuuu👍
total 4 replies
Ratna Dewi
kok sakit ya hatiku dengernya😣 Rayyan kata2 mu sungguh menusuk hatiku😣😁😁
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: si mulut pedas kak si Rayyan ini 🤭
total 1 replies
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
wkwkwk.. takut nya nnti cacing Rayyan yg mati itu hidup kembali kerna sering memberi pelajaran kpd Inara.
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: sekarang jadi cacing, tadi ada yang bahas cobra sama piton kak, ya ampun aku ketawa sampe ngakak kak 🤣🤣🤣
total 1 replies
neny
iihh,,tak bejek2 muka km rayyan,,seenak km bersikap seperti itu sm inara,,hati2 cobra bangun liat inara menyvsui,,lanjut akak,,semangat pagi💪❤️
neny: eemmm bkn lg,,mematikan kak,,bs jd anak ntar klau yg punya rayyan mah🤭🤭
total 4 replies
Melinda Cen
semoga cepat terungkap bawa bukan inara yang salah. a mau liat penyesalan Rayyan nanti.
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: siip kk 👍😊
total 1 replies
Teh Euis Tea
hayo mau ngapain km rayyan, pasti mau nyium inara yahayo ngaku aj rayyan jgn malu🤭
Teh Euis Tea
alah ga yakin sm km rayyan yg ada blm 1 thn km udah klepek klepek sm inara, itu ulah pitonmu pasti bangkit dari hibernasinya nyari goa🤭🤭🤭🤭🤭
Teh Euis Tea: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 2 replies
Ma Em
Rayyan kamu pasti akan menyesal karena sdh menyia nyiakan Inara istri yg baik dan Solehah .
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: betul Bun 🤭
total 1 replies
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
awas Rayyan aku sumpahin senjata kamu gak berfungsi selamanya kalau jahat sama Inara😡😡
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐: soalnya si Rayyan juga jahat😅😅
total 2 replies
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
jgn berlebihan membenci Rayyan, kelak kamu bener2 jatuh cinta pada Inara. maunya kebucinan tahap akut, baru kau tahu.🤣
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: tenang kak, nanti bakal kena batunya si rayyan 🤣
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!