NovelToon NovelToon
Ibu Susu Bayi Sang Duda

Ibu Susu Bayi Sang Duda

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Janda / Selingkuh / Ibu Pengganti / Pengasuh / Menikah Karena Anak
Popularitas:39.6k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Hari yang seharusnya menjadi momen terindah bagi Hanum berubah menjadi mimpi buruk. Tepat menjelang persalinan, ia memergoki perselingkuhan suaminya. Pertengkaran berujung tragedi, bayinya tak terselamatkan, dan Hanum diceraikan dengan kejam. Dalam luka yang dalam, Hanum diminta menjadi ibu susu bagi bayi seorang duda, Abraham Biantara yaitu pria matang yang baru kehilangan istri saat melahirkan. Dua jiwa yang sama-sama terluka dipertemukan oleh takdir dan tangis seorang bayi. Bahkan, keduanya dipaksa menikah demi seorang bayi.

Mampukah Hanum menemukan kembali arti hidup dan cinta di balik peran barunya sebagai ibu susu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

07. pesta pernikahan mantan suami

Lampu kristal bergemerlap di aula hotel mewah tempat pesta pernikahan Galih dan Lilis berlangsung. Musik lembut mengalun, meja-meja bundar dipenuhi tamu dengan pakaian terbaik mereka. Para pelayan berlalu-lalang membawa minuman dan hidangan, suasana tampak megah, penuh senyum, dan tawa.

Hanum berjalan masuk diapit oleh Abraham dan Siska. Gaun anggun berwarna pastel yang ia kenakan membuat sosoknya tampak berwibawa, jauh berbeda dari penampilan sederhana biasanya. Rambutnya tersanggul rapi, wajahnya bercahaya meski ia berusaha keras menahan debar di dadanya.

Tatapan tamu undangan sontak tertuju padanya. Beberapa berbisik-bisik, sebagian bahkan terkejut.

“Itu … bukannya Hanum? Mantan istri Tuan Galih?”

Galih yang berdiri di dekat pelaminan bersama Lilis membeku begitu melihat sosok Hanum. Matanya membelalak, jemarinya mengepal di sisi tubuhnya. Ia tidak menyangka Hanum akan hadir. Lebih dari itu, dia melihat Hanum datang bersama keluarga Biantara, keluarga yang punya nama besar, keluarga itu masih terikat hubungan keluarga dengannya meskipun jauh.

‘Kenapa dia bisa bersama mereka?’ pikir Galih gusar. Dalam benaknya, ia segera menyimpulkan, 'Hanum pasti hanya dijadikan pengasuh anak Abraham Biantara. Itu satu-satunya alasan yang masuk akal baginya.' Dia menyeringai.

Lilis menyadari perubahan ekspresi Galih. Ia mengikuti arah pandang suaminya, lalu mendapati Hanum tengah berjalan anggun bersama Abraham. Seketika wajah Lilis menegang, api cemburu menyala di matanya.

Saat pesta sudah berlangsung beberapa jam, banyak tamu yang menghampiri Hanum. Mereka menyanjung penampilannya, beberapa bahkan salah paham mengira ia adalah istri Abraham. Namun Hanum selalu menjawab dengan senyum sopan tanpa menjelaskan lebih jauh. Hingga akhirnya, ketika Hanum sedang berdiri sebentar di dekat meja minuman, Lilis mendekatinya dengan senyum tipis yang penuh racun.

“Wah, Hanum … aku tidak menyangka kau berani datang ke pesta ini.” Suaranya terdengar manis di luar, tapi dingin menusuk. “Kau datang … untuk apa? Mau menunjukkan pada semua orang kalau kau masih belum bisa melupakan suamimu? Atau …” Lilis mencondongkan tubuh, suaranya merendah tajam, "kau mencoba menggoda Galih lagi? Jangan harap. Sekarang dia milikku, dan kau hanya tamu tak diundang yang menyedihkan.”

Hanum terdiam, jemarinya mengepal di balik gaunnya, menahan gejolak yang mulai memanas. Namun sebelum ia sempat menjawab, Miranti, yang kebetulan mendengar percakapan itu mendekat.

“Lilis! Jaga bicaramu.” Nada Miranti tegas, membuat beberapa tamu di sekitar mulai menoleh. “Hanum datang ke sini atas undangan keluarga, bukan untuk hal-hal kotor yang kau tuduhkan. Jangan permalukan dirimu sendiri.”

Lilis terperanjat, wajahnya memerah menahan malu. Dia ingin membalas, tapi tatapan dingin Abraham yang berdiri tidak jauh dari Hanum membuat lidahnya kelu. Pria itu tidak berkata apa-apa, hanya menatapnya datar, tapi aura yang terpancar cukup untuk membuat bulu kuduk Lilis meremang.

Hanum akhirnya mengangkat wajahnya, tersenyum tipis penuh wibawa. “Tenang saja, Lilis. Aku sudah tidak punya urusan apa pun dengan Galih. Aku datang … hanya untuk menghormati undangan keluarga.” Suaranya tenang, namun jelas terdengar oleh beberapa orang di sekitar, membuat bisik-bisik semakin ramai.

Galih yang sejak tadi mengamati dari kejauhan merasakan dadanya sesak. Tatapannya tertuju pada Hanum, tapi yang ia lihat bukan lagi wanita rapuh yang dulu ia tinggalkan. Kini Hanum berdiri dengan kepala tegak, didampingi Abraham yang aura kuasanya tidak bisa disentuh siapa pun.

'Kenapa aku merasa kehilangan lagi?' batin Galih, tanpa sadar jemarinya mengepal semakin kuat.

Siska, yang tak mau membuat keributan lebih panjang, segera menyentuh lengan Hanum. “Nak, mari kita duduk, jangan hiraukan kata-kata orang.”

Hanum mengangguk pelan, lalu melangkah kembali ke meja mereka. Suara tawa dan denting gelas di aula perlahan menipis menjadi gumaman, sekilas musik kembali mengisi ruang, namun udara di sekitar meja itu berubah tegang. Hanum duduk sendiri, tangan menggenggam tepi kursi, mencoba menenangkan detak jantungnya yang masih berdenyut pelan. Dia menatap piring kosong di depannya, sibuk menata napas supaya wajahnya tidak memperlihatkan betapa remuk hatinya baru saja disapa oleh langkah-langkah yang tak diundang.

Galih melangkah mendekat dengan senyum yang dipaksakan, matanya masih menyimpan sisa kebingungan sekaligus rasa kepemilikan yang sudah pudar.

“Hanum,” suaranya lembut, setengah ingin menenangkan, setengah ingin menilai, seperti orang yang kembali memeriksa barang yang dulu ia miliki. Hanum menegakkan punggung, menatap Galih tanpa kata. Dia tahu betul apa pun yang dikatakan sekarang tak akan mengubah masa lalu.

Di saat itu, Lilis menyelinap datang dari sisi meja lain. Wajahnya memerah setengah karena marah, setengah karena berambisi membuat atraksi. Dengan gerakan cepat ia meraih satu gelas air mineral yang berjejer di meja hidangan, lalu tanpa ragu menyiramkan air itu ke wajah Hanum.

Cairan dingin memercik, mengenakan gaun Hanum yang baru saja dirapikan, tetesan air menuruni pipi, kehormatannya seolah dicelupkan di depan ratusan pandangan. Suasana seketika membeku, sendok berhenti, percakapan terhenti, semua mata tersedot ke arah aksi murahan itu.

Abraham, yang sejak tadi berdiri tak jauh, merasakan sesuatu seperti garis merah melintasi batas. Tangan yang sedang memegang gelas cokelat serbuk sempat gemetar, lalu mengepal. Waktu seolah melambat ketika ia melihat Lilis bersikap seperti itu, tiap tetes air yang menyapu gaun Hanum terasa seperti penghinaan langsung ke ruang dalam dirinya.

Lilis kemudian melepas hinaannya dengan suara tinggi, sengaja menampilkan kebencian di depan umum.

“Kau datang ke sini bukan untuk menghormati pesta, Hanum,” katanya lantang. “Kau datang untuk mencari perhatian, menggoda mantan suamimu ... yang sudah membuangmu! Lihatlah, kau masih saja berpura-pura suci!”

Beberapa tamu menutup mulut, ada yang menahan geli jahat, tapi yang paling jelas reaksinya adalah Galih. Ia terkejut bukan main, mulutnya seperti kehilangan kata-kata.

Hanum mengangkat tangan refleks menyeka air dari wajahnya, pandangannya berkaca-kaca. Rasa malu, marah, dan sakit bercampur.

“Lilis,” suaranya pelan namun penuh kendali, “apa yang kau lakukan? Ini pesta pernikahanmu. Apa yang kau inginkan dari merendahkan orang lain?”

Lilis tak mau berhenti, dia melangkah maju, wajahnya menebarkan amarah, lalu dalam satu gerakan dramatis hendak menampar Hanum lagi, di depan seluruh undangan.

Tapi sebelum telapak tangan Lilis sempat menyentuh udara, sebuah tangan lebih cepat menahan pergelangan itu. Abraham bergerak seperti panah, sigap, dingin, penuh tenaga. Dia menangkis dan memutar, lalu dengan satu gerakan lutut yang terarah ia hempaskan tangan Lilis hingga tubuh wanita itu terhuyung mundur dan hampir tersungkur ke lantai.

Suasana meledak, ada desah kaget, ada bisik-bisik panik. Semua mata kini fokus pada sosok laki-laki tinggi itu yang menatap Lilis dengan mata yang tidak lagi hanya dingin melainkan berbahaya.

“Sekali lagi kau menyentuh istriku,” suara Abraham rendah tapi bergetar seperti badai yang siap menerjang. Kata istriku meluncur dari mulutnya seperti guntur yang menggelegar, mengoyak susunan sosial kecil yang selama ini coba dipertahankan Lilis dan Galih. “Sekali lagi kau yang melakukan ini, dan aku akan buat seluruh keluargamu hancur.”

Ucapan itu menempel seperti kilat, mengguncang. Wajah Galih berubah, antara marah, takut, dan malu. Lilis terpaku, matanya melebar tak percaya, bibirnya meraba-raba kata maaf yang tidak pernah keluar. Beberapa tamu menahan napas, bisik-bisik berubah menjadi gaduh.

Hanum hanya mampu menatap. Tubuhnya lemas bukan karena air yang meresap ke kain, tetapi karena sesuatu yang tak disangka, pembelaan dari pria yang selama ini dingin padanya.

Galih, yang selama ini memandang Hanum sebagai halaman belakang yang bisa ia pijak, kini melihat bahwa ada seseorang yang menandai Hanum bukan sebagai barang, tapi sebagai milik yang harus dihormati. Rasa kehilangan itu memukulnya, bukan hanya kehilangan hak sebagai suami, tetapi juga kehilangan posisi yang dulu ia kira tak tergantikan.

Di sisi lain ruangan, Miranti dan Siska yang sempat menyambut rekan bisnis, datang tergesa-gesa kembali. Mereka mendengar keributan, Miranti melangkah cepat, matanya terbakar ketika melihat Lilis terjungkal sedikit dan Abraham berdiri melindungi Hanum. Siska menegakkan tubuhnya, wajahnya memerah tapi napasnya stabil, ia tahu betul apa yang harus dilakukan sekarang.

“Cukup!” bentak Miranti ketika ia tiba tepat di samping Abraham. Suaranya menguasai ruangan. “Lilis, kau tak pantas! Di mana sopan santunmu? Kau membuat aib di atas aib!”

Lilis terjaga dari kebingungan, menatap Miranti penuh kebencian dan malu. Ia ingin membalas, namun tatapan Miranti yang dingin seperti es membuatnya kehilangan kata. Seketika tamu-tamu lain sibuk menundukkan kepala, sebagian berbisik tak enak, reputasi keluarga Lilis mendadak bergetar.

Galih, yang berdiri di dekat pelaminan, terlihat pucat. Ia melangkah maju setengah, namun tangan Abraham yang masih sedikit terangkat membuatnya menahan diri. Sekumpulan kerabat Galih menatap dengan wajah berubah, ada bisik miring tentang siapa yang sebenarnya berkuasa sekarang.

Abraham menurunkan tangan, napasnya masih berat. Dia menatap Lilis sekali lagi, dingin seperti es. “Maafkan aku,” katanya kepada Hanum, kata yang singkat tapi penuh makna. “Kita pulang.”

Hanum gemetar, suaranya hampir tak terdengar saat ia menjawab, “T-Tuan…” Namun sebelum ia sempat menoleh, Miranti sudah mengatur langkah, menarik lengan Hanum, menuntunnya ke arah mobil. Siska bergerak mendahului, memunggungi situasi yang masih menggelegak di belakang mereka.

 'Ke-kenapa Hanum bisa menikah dengan Paman Bian? Apa yang terjadi? Ibu nggak pernah cerita apapun padaku,' Galih mengepalkan tangannya menatap kepergian ke empat orang itu.

1
Lusi Hariyani
jgn sampe ada jebak menjebak kak othor emang siapa rania itu mantan bukan kluarga bukan bikin ulah trs
Fitria Syafei
Kk cantik kereeen 🥰🥰 terima kasih 😘
Kar Genjreng
cinta di tolak mbh dukun bertindak lampir
Rokhyati Mamih
Bian jangan lupa bawa istri mu yah ?
Hanum.bisa loh nakhlukin ranio
Ddek Aish
karna Julio ngeyel ngarap keuntungan yang besar akhirnya Abraham terima proyek ini dengan si pelakor berabe kan jadinya sekarang
Teh Euis Tea
awas bian waspada jgn ssmpe kena jebajan betmen😁
Ucio
Rania As Mak lampir mulai beraksi
waspada Abraham
IbuNa RaKean
ulet Keket😡😡
Lisa
Ciee Hanum & Abraham udh mulai mesra nih 😊😊 bahagia selalu y utk kalian bertiga..
Asri Yunianti
jangan ada peristiwa jebakan² ya kak🤭
Ani Basiati: lanjut thor
total 2 replies
IbuNa RaKean
aaahhhhh so sweet🥰🥰
Mbak Noer
bagus ceritanya seru
Lusi Hariyani
pasangan ini bikin gemes aja dech
Fitria Syafei
Kk cantik kereeen 🥰🥰 terima kasih 😘
Kar Genjreng
tersenyumlah Abraham agar dunia semaksimal n damai,,,wajah kaku kulkas lima pintu,,,mulai banyak senyum di hadapan hanum ❤️❤️lope lope sekebon mangga 😁😁
ken darsihk
Sadar kan kamu Bian , Hanum istri mu pantas di bangga kan
Istri mu nggak kaleng2 Biiii 👏👏👏
ken darsihk
Lanjuttt ❤❤❤
ken darsihk
Akhir nya es itu mencair juga 👏👏👏
Kar Genjreng
Qu kirim vote Yo Ben tambah semangat Mas menggarap Hanum 🤩❤️
Lisa
Seneng banget bacanya akhirnya Abraham benar² merubah sikapnya dan lebih menghargai Hanum apalagi Hanum mempunyai bakat design..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!