NovelToon NovelToon
The Forgotten Princess Of The Tyrant Emperor

The Forgotten Princess Of The Tyrant Emperor

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Raja Tentara/Dewa Perang / Mengubah Takdir / Putri asli/palsu
Popularitas:340.3k
Nilai: 5
Nama Author: Demar

Sejak usia tujuh tahun, Putri Isolde Anastasia diasingkan ke hutan oleh ayahandanya sendiri atas hasutan selir istana. Bertahun-tahun lamanya, ia tumbuh jauh dari istana, belajar berburu, bertahan hidup, dan menajamkan insting bersama pelayan setia ibundanya, Lucia. Bagi Kerajaan Sylvaria ia hanyalah bayangan yang terlupakan. Bagi hutan, ia adalah pewaris yang ditempa alam.
Namun ketika kerajaan berada di ujung kehancuran, namanya kembali dipanggil. Bukan untuk dipulihkan sebagai putri, melainkan untuk dijadikan tumbal dalam pernikahan politik dengan seorang Kaisar tiran yang terkenal kejam dan haus darah. Putri selir, Seravine menolak sehingga Putri Anastasia dipanggil pulang untuk dikorbankan.
Di balik tatapannya yang dingin, ia menyimpan dendam pada ayahanda, tekad untuk menguak kematian ibunda, dan janji untuk menghancurkan mereka yang pernah membuangnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Demar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Putri yang Dibuang

Kabut tipis masih menggantung di antara pepohonan hutan Moonveil ketika fajar perlahan merekah. Cahaya keemasan menembus celah dedaunan, menciptakan bayangan panjang di atas tanah lembap. Burung-burung kecil berkicau riang, menghiasi kehidupan seorang putri kerajaan yang terbuang dari istananya sendiri.

Dialah Putri Isolde Anastasia, darah sah dari Ratu Lysandra dan Raja Roland yang sejak usia tujuh tahun diasingkan oleh ayahandanya sendiri atas hasutan selirnya, Lady Morgana. Hutan Moonveil adalah rumah yang menjadikannya berbeda, tajam, berani, dan tak terbiasa tunduk.

Putri Anastasia mengenakan gaun dari kain linen kasar berwarna gading. Gaun itu jauh dari kemewahan balutan sutra istana, namun tetap tampak anggun di tubuhnya yang lentur. Rambut hitamnya dikuncir setengah, diikat dengan pita kulit rusa hasil tangkapannya sendiri. Di pinggangnya tergantung sebilah belati pendek, sarungnya dari kulit cokelat tua yang sudah mulai usang.

Dengan langkah ringan, sang putri mendekati rusa muda yang tengah merumput di tepi rawa. Ia mengangkat busur kayu yang dipahat dengan tangannya sendiri, menarik tali dengan mantap. Gerakannya tidak kikuk seperti seorang bangsawan, melainkan cekatan seperti pemburu hutan. Jemari lentik yang seharusnya hanya tahu menyentuh sutra dan permata kini terbiasa merasakan tegangnya tali busur.

Swiiish! Anak panah melesat, menembus udara. Rusa itu terperanjat dan tak lama terjatuh menapak rerumputan hutan.

“Putri Anastasia!”

Sebuah suara nyaring datang dari arah semak. Seorang wanita setengah baya berlari kecil, sambil mengangkat rok panjangnya agar tak tersangkut ranting. Gaun wol lusuh berwarna kelabu membalut tubuhnya, ditambah celemek cokelat yang kotor oleh tanah dan abu dapur. Dialah Lucia, pelayan setia yang dahulu mengabdi pada Ratu Lysandra, kini mengabdikan sisa hidupnya untuk sang putri.

Lucia terengah, matanya membulat cemas melihat bangkai rusa di tanah. “Putri… apakah tidak cukup hanya memancing ikan di sungai? Mengapa Putri harus menantang binatang sebesar itu?”

Putri Anastasia menoleh perlahan, menatap Lucia dengan sorot mata dingin namun berwibawa. Ia berjalan mendekat, gaun linen miliknya menyapu rumput basah di sepanjang langkahnya. “Jika aku hanya tahu cara memancing ikan, bagaimana kita bisa bertahan hidup di hutan ini, Lucia?” ucapnya tenang.

Ia meraih tanduk rusa yang sudah tak bernyawa, mengangkat kepalanya seakan memperlihatkan trofi. Cahaya pagi membingkai wajahnya yang muda namun tegas, menegaskan keteguhan seorang gadis tujuh belas tahun yang tumbuh bukan dengan dongeng peri, melainkan dengan darah, keringat, dan tanah.

Lucia berdesir, di matanya Putri Anastasia bukanlah anak yang terbuang. Ia adalah singa betina muda yang perlahan ditempa oleh hutan untuk kelak merebut kembali apa yang menjadi haknya.

Dengan bantuan Lucia, tubuh rusa hasil buruan diikat pada sebatang kayu panjang. Keduanya memanggulnya bersama-sama melewati jalan setapak yang dipenuhi akar menjalar. Kabut pagi mulai menipis, berganti dengan aroma tanah basah dan suara dedaunan yang bergoyang diterpa angin.

Tak lama menelusuri jalan, tampaklah sebuah pondok kayu sederhana di antara pepohonan. Atapnya terbuat dari jerami kering, dindingnya dari batang pinus yang disusun rapat. Meski jauh dari kemegahan istana, pondok itu kokoh dan hangat. Di sekelilingnya terdapat kebun kecil tempat Lucia menanam sayuran liar seperti kubis, wortel, dan beberapa tanaman obat.

Putri Anastasia menurunkan hasil buruannya, lalu melangkah masuk ke dalam. Ruangan itu hanya terdiri dari satu aula besar dengan tungku batu di sudut, meja kayu kasar, dan rak tempat beberapa peralatan tersimpan.

Lucia segera menyalakan api, menggantung periuk besi di atas tungku, dan menyiapkan bumbu seadanya. Gaun wol lusuhnya tersibak sedikit, memperlihatkan kaki yang penuh luka gores akibat semak belukar. “Hari ini kita bisa makan enak, Putri,” katanya lirih, bukan karena sekadar rasa di lidah. Tapi perasaan terluka mengingat hari ini tepat sepuluh tahun Putri Anastasia diasingkan ke hutan.

Putri Anastasia duduk di bangku kayu. Ia melepaskan ikatan kulit rusa di pinggangnya lalu menaruh belati ke atas meja. Cahaya api memantulkan kilau dingin pada bilahnya. Dari cara ia menatap senjata itu, jelas terlihat bahwa baginya belati bukan sekadar alat bertahan hidup melainkan sahabat setia yang selalu siap melindunginya.

Lucia menoleh, menatapnya dengan lembut. “Putri seharusnya tidak tumbuh dalam keadaan seperti ini. Tangan yang halus itu seharusnya memegang pena emas, bukan busur kayu. Mata yang indah itu seharusnya menyaksikan pesta dansa di aula istana, bukan kabut hutan yang kelabu.”

Putri Anastasia menegakkan tubuhnya, menatap api yang bergejolak di tungku. Senyum samar muncul, namun matanya tetap tajam dan penuh perhitungan. “Aku tidak menyesali hutan, Lucia. Istana itu membuangku, tapi hutan ini memberiku kehidupan. Di sini aku belajar bahwa kelemahan hanya akan mengundang kematian. Dan aku… tidak berniat mati.”

Keheningan menyelimuti pondok. Hanya suara kayu terbakar yang terdengar, berderak pelan seakan mengamini kata-kata sang putri. Hutan Moonveil bergemuruh pelan diterpa angin, seolah ikut mengakui seorang penguasa yang tumbuh di dalamnya. Bukan di atas takhta emas melainkan di atas tanah liar yang keras.

Malam turun perlahan di hutan Moonveil. Udara menjadi dingin, dan suara serangga bergema dari segala arah. Api unggun di depan pondok menyala hangat, lidah apinya menari-nari melemparkan cahaya oranye ke wajah Putri Anastasia. Ia duduk di sebuah bangku kayu rendah, mengenakan gaun tidur sederhana dari kain wol tipis berwarna biru gelap. Rambut panjangnya terurai bebas, berkilau diterpa cahaya api. Dari sudut pandang manapun, ia tetap terlihat seperti seorang putri meski tak ada mahkota emas yang menghiasi kepalanya.

Lucia sibuk di dalam pondok, merapikan sisa santapan malam. Sesekali ia menoleh ke arah sang putri dengan sorot mata penuh kasih dan cemas. Namun ia tahu di dalam diri Putri Anastasia ada kekuatan besar yang akan muncul saat waktunya tiba.

Putri Anastasia mendongak menatap langit. Bintang-bintang bertaburan, seakan menghamparkan selendang perak di atas kanvas malam. Matanya yang biru pucat memantulkan cahaya bintang, seolah mencari sesuatu di antara kerlip itu.

“Lucia,” ucapnya pelan, suaranya seperti bisikan yang terseret angin. “Apakah Ibunda pernah memandang langit yang sama? Apakah ia pernah menitipkan doanya di antara bintang-bintang itu… untukku?”

Lucia terdiam, tangannya berhenti merapikan kain. Ia ingin menjawab, tapi kata-katanya selalu berakhir dengan tangis yang tak pernah sempat ia keluarkan.

Putri Anastasia tersenyum samar, namun sorot matanya lebih dingin dari udara malam. “Aku akan menemukannya, Lucia. Aku akan menemukan kebenaran tentang kematian Ibunda.”

Di tengah keheningan malam, Putri Anastasia tampak seperti bayangan takdir itu sendiri. Gadis muda yang dipaksa menjadi singa betina, dengan hati penuh luka, dan tekad yang kelak akan mengguncang singgasana yang pernah menolak darahnya sendiri.

1
Shierly Harryanti
sukkaaaaa bangett ceritanya seru👍
Osie
lexus akan menyerahkan tahta pd alexius? dan lexus sm anastasia akan pergi dr istana? waaahh g bnr nih thor..jgn pelit lah thor pd anastasia n lexus ..launching babyw thins lah utk menebus 4thn kekosongan..
Eskael Evol: sabar lah, gak seru dong lok sampe ninggalin istana🙏😁
total 1 replies
Osie
thor berbelas kasihlah dgn anastasia..sdh 4thn boleh lah launching baby twins sepasang or kalau boleh berharap tripple 🙏🙏🙏🙏🙏
Noorjamilah Sulaiman
iya bgs ke hutan tmpt anastasia
Wulan
mampir thor 😌😌
Icka R
lexus memilih melepas tahta kayaknya ini...anastasia
Siti Mariam Siti
waww ternyata authornya monstiez whehehe
Arhieva Jimshoneysruwen
aku pemburu novel end dan aku juga lihat komentar"nya positif, semoga sesuai yaa
ˢ⍣⃟ₛ 𝐀⃝🥀J💜⃞⃟𝓛§𝆺𝅥⃝©Adinѕ⍣⃝✰
jangan bilang jika Alexius yg akan menggantikan Kaisar
ˢ⍣⃟ₛ 𝐀⃝🥀J💜⃞⃟𝓛§𝆺𝅥⃝©Adinѕ⍣⃝✰
ko kayak nya Erivana iri dan TK ingin Evan drkat2 dg permaisuri
Kustri
evan calon penerus
ya Allah kasian thor klu g diberi anak
hah! smoga anas hamil kenbar
yulia uchiha
Lexus dan anastasia kehutan aja baru setelah itu hamil biar dewan, rakyat dan istana menyesal.. emang ada raja dan ratu sebaik Lexus dan anastasia
Nanin Rahayu
lanjut thorr
Devika Adinda Putri
si alexius, akan di jadikan kaisar
Maidar Mairis
mantap banget ceritanya jd pinisirin
Maria Lina
lgi thor mewek ni.jahat banget si lo thor gk ksh anak sama lexus n anastasia 🤨🤨🤨🤨
Titin Rosediana
sedihnya jadi Anastasia ... semoga cpt hamil
Nanin Rahayu
erivana merasa sombong karena udh punya anak😏
Eskael Evol
erivana kamu bikin masalah buat diri km sendiri
Anonymous
erivana jangan lupa diri, ga inget kebaikan permaisuri kau yh/Shame/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!