Xiao An wanita karir yang tengah menjalani kehidupannya tanpa hambatan. Tidak sengaja masuk ke dunia novel yang baru saja ia baca. Di novel dia menjadi Nona pertama Han Yu karakter antagonis, putri dari kediaman perdana menteri keuangan Han. Keluarganya sangat kaya dan hidup bergelimang harta. Kedua orangtuanya sangat mencintai putrinya memberikan semua yang di butuhkan. Sebab itu Nona pertama Han Yu sangat manja, pemarah, juga memandang rendah kalangan bawah. Kekejammnya terhadap pelayan membuatnya di takuti semua orang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Takdir yang menentukan
"Huh," Han Yu menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur dengan lebih pelan. "Tokoh utama sudah sepenuhnya menuju jalur berbeda. Sekarang, apa yang harus aku lakukan?" Menatap kelambu yang ada tepat di atas tempat tidur.
Tikkk...
Suara ketikan terdengar kembali.
Han Yu bangkit duduk mencoba mendengarkan apa yang akan di katakan sistem yang telah membuatnya menderita.
...(Jalan cerita sepenuhnya telah berbeda...)...
...Mulai saat ini jalan cerita tidak ada kaitannya dengan sistem yang berjalan....
...Takdir yang menentukan....
"Apa lagi ini? Apa maksudnya tergantung takdir?"
...Telah terdeteksi adanya pengalihan ruang dan waktu....
...Pengguna yang terhormat......
...Semoga beruntung...
...❤️...
Doorr...
Gambaran hati berwarna merah terlihat melayang berterbangan. Dan meledak menjadi butiran serpihan halus di udara.
Wajah gadis itu sudah merah padam. "Hebat sangat hebat. Yyahshhhhh... sistem sialan. Apa kamu mempermainkan ku?" Teriak kuat Han Yu yang sudah tidak mampu lagi menahan rasa kesalnya. "Huhfs..." Gadis itu menjatuhkan tubuhnya di lantai. Berbaring menatap langit-langit kamar. Penglihatannya seperti terus memutar tanpa henti.
Brruukk...
"Kakak..." Tuan muda kedua Han Rui masuk tanpa mengetuk pintu kamar kakak perempuannya. Sejak sikap kakak perempuannya berubah pemuda itu menjadi tidak terlalu takut lagi. "Kenapa kakak tidur di lantai?" Menarik lengan kanan kakak perempuannya. "Kakak ayo bangun. Malam ini ada festival bulan darah. Kita tidak boleh berdiam di rumah. Ayo..." Tubuh kakaknya menjadi semakin berat.
Gadis itu melirik kearah adiknya. "Han Rui, biarkan aku diam di rumah. Di luar banyak kejatahan yang bisa saja menimpa kita. Lebih baik kita tetap berada di dalam kamar selamanya. Semua pasti akan berjalan lebih tenang juga aman."
"Kakak, saat ini malam festival bulan darah. Akan ada banyak pria muda bangsawan keluar dari kediaman. Ibu dan Ayah sudah bilang kakak harus segera mendapatkan suami. Jika tidak keluarga kita akan dalam masalah besar." Pemuda itu masih berusaha menarik kakak perempuannya.
"Hanya diam saja bisa mendapatkan masalah. Aku tidak cocok berada di dunia ini." Han Yu bangkit setelah adiknya mencoba menarik lebih kuat. "Pria muda bangsawan akan datang?" Pandangan mata Han Yu menjadi cerah.
Tuan muda kedua Han Rui mengangguk penuh semangat. "Iya. Semua orang akan keluar dari rumah untuk ikut dalam menyambut datangnya bulan darah."
"Ahh..." Gadis itu langsung berdiri dari lantai dingin. "Keluar, kakak akan berdandan sebelum pergi."
"Baik." Tuan muda kedua Han Rui berjalan keluar kamar. Dan menutup pintu saat dia telah melewati ambang pintu.
Pintu kamar di buka kembali, pelayan Li An masuk membawa gaun yang baru saja datang. Gaun pesanan Nona pertama sejak dua bulan yang lalu. "Nona pertama." Pelayan itu cukup terkejut melihat ruangan kamar sudah berantakan. Semua gaun yang ada di dalam lemari di keluarkan menyebar di setiap tempat. "Nona pertama." Dia mendekat.
"Iya," saut Han Yu membalikkan tubuhnya menatap pelayannya. Kedua pandangan matanya teralihkan dengan gaun yang ada di tangan pelayan Li An. "Ibu membelikannya untuk ku?"
"Ini adalah gaun yang Nona pertama pesan dua bulan yang lalu," jelas Pelayan Li An.
Han Yu memegang kain sutra halus dengan gradasi warna yang sangat indah. Warna putih pucat di bagian pundak jatuh kebagian bawah hingga kedada. Gradasi warna merah muda yang halus menjadikan kesan elegan pada gaun bagian dada sampai ujung bawah. "Gaun dengan warna bunga Magnolia ini sangat indah. Seperti di saat bunga bermekaran memenuhi taman. Memperlihatkan kesan jelas dan jujur." Gadis itu masih terpesona dengan keindahan gaun yang ada di depannya.
"Nona pertama ingin mengenakannya sekarang?" Suara pelayan Li An membuat gadis itu tersadar.
"Aku akan mengenakannya." Han Yu mengambil setiap lapisan gaun di kenakan satu demi satu. Setelah selesai gadis itu duduk di depan cermin besar yang ada di ujung kanan ruangan kamar.
Pelayannya membawakan kotak perhiasan yang sangat istimewa. Kotak yang selalu di simpan dan tidak pernah di keluarkan sejak di beli. "Nona pertama. Apa anda ingin menggunakan satu set perhiasan ini?"
Kotak perhiasan di letakkan di depan Han Yu. Saat kotak di buka perhiasan berbentuk bunga teratai terlihat sangat menawan. Bahkan sangat cocok dengan keindahan dari gaun yang di kenakan. "Li An, kamu bisa memasangkannya."
"Baik."
Setelah hampir dua jam berada di dalam kamar. Han Yu keluar dengan gaun yang sangat menawan saat melekat indah di tubuhnya. Wajah cantik dengan raut ketegasan benar-benar menambah keanggunan dari gadis itu.
"Aaahh..." Tuan muda kedua Han Rui menguap tanpa henti. Dia bangkit dengan malas saat mendengar pintu kamar di buka. "Kak..akkk... Waahhh sangat cantik. Kecantikan kakak perempuan memang nomor satu di Ibu Kota."
Han Yu berjalan dengan sangat anggun, "Huh..." Kakinya tidak sengaja menginjak gaun bagian depan. Hampir saja dia terjatuh dari tangga kecil di depan kamarnya. Senyuman canggung terlihat di wajahnya. Gadis itu langsung berlari dengan cepat merasa malu.
"Kakak, tunggu." Tuan muda kedua Han Rui berlari kencang mengejar kakak perempuannya.
Pelayan Li An juga mengikuti dari belakang.
Di pintu masuk kediaman sudah ada dua kereta berbeda yang siap mengantar keluarga Han. Untuk langsung menuju alun-alun Ibu Kota. "Yu er cepat masuk," Tuan besar Han berbicara lembut kepada putrinya. Namun menatap tajam kearah putranya. Dia masih tidak bisa melupakan kejadian siang itu.
Tatapan tajam Ayahnya itu membuat Tuan muda kedua Han Rui berlari mendekati kakak perempuannya.
Mereka menaiki kereta, baru setelahnya kedua kereta dengan sepuluh pengawal dan delapan pelayan wanita mengikuti dari belakang.
Keramaian terdengar saat kereta sudah memasuki jalur utama di Ibu Kota. Han Yu menyibakkan penutup jendela. Dia melihat ratusan ribu lentera memadati setiap tempat di jalur utama. Bahkan di setiap tempat yang ada di sana. Orang-orang berjalan perlahan saling mencari jalur pijakan kecil yang bisa mereka temukan.
Kereta di hentikan pada tempat yang lebih luas.
Keluarga Han keluar dari kereta berkumpul di tempat yang sama. Karena kerumunan yang terlalu padat. Semua orang saling menjaga.
Tuan muda kedua Han Rui menjadi sangat manja dengan kakak perempuannya. Tangannya bahkan tidak pernah di lepaskan dari lengan Han Yu semenjak turun dari kereta. "Kakak..." Pemuda itu menarik kakak perempuannya menuju ke salah satu kedai pembuatan patung tanah liat.
Senyuman Han Yu semakin terlihat sangat indah melihat kebahagiaan semua orang yang ada di sekitarnya. Hingga pandangan matanya tertuju pada sosok di salah satu paviliun lantai dua sebuah penginapan. Pria muda itu yang telah membuatnya dalam keadaan kacau saat berada di Paviliun Bunga Kapas.
"Kakak, ayo..." Adiknya menarik lebih jauh menembus keramaian.
Han Yu sesekali melirik kearah pria muda itu. Dan pandangan matanya masih saja tidak berpindah. "Apa yang ia lihat?" Gadis itu melihat kearah titik yang selalu di perhatikan pria muda itu. Menara besar yang ada di tengah Ibu Kota. Saat dia melihat kearahnya kembali pandangan mereka saling bertemu.
bau2 bucin sudah tercium sejak malam tadi🤣🤣
thor jgn ampe kndor 😁😁😁😁😁
sehat selalu untukmu author terbaikkuu