Anak Untuk Kakakku

Mobil berhenti tepat di depan rumah mewah bercat putih dengan pintu gerbang yang tinggi menjulang dan masih tertutup rapat, terlihat seorang laki laki yang berseragam satpam membukakan pintu gerbang.

Dengan segera evan memasukan mobilnya ke dalam carport, evan melirik melihat deri yang masih tertidur lelap.

"om... Om deri, bangun om. Kita sudah sampai, bangun om." evan mengoyang goyangkan lengan deru, agar deri terbangun. Terlihat deri menggeliatkan tubuh lelahnya, dengan kesadaran yang belum sempurna deri menatap evan.

"kita sudah sampai ternyata." ucap deri sambil membenarkan posisi duduknya.

"iya om, sudah dari tadi. niatnya tadi mau membangunkan om, tapi aku lihat om tampak lelah sekali. Makanya aku biarkan om dulu, selama beberapa menit."

"aduh... Maaf ya van, om hari ini capek sekali." dengan tidak enak hati deri segera membuka pintu mobil dan keluar dari dalam mobil. Sedangkan evan segera membukakan bagasi belakang, dia ingin menggambil kopernya.

Sedangkan deri langsung masuk ke dalam rumah, mencari keberadaan dini istrinya.

"Ma... Mama..." teriak deri agar dini dapat mendengarnya.

"iya pa... Mama di kamar.." balas dini dengan suara lantangnya, segera deri menghampiri dini.

"apa evan sudah datang pa..." tanya dini antusias sambil memasukkan pakaian ke dalam lemari.

"sudah, tuh anaknya ada di depan. Mama pasti pangling lihat evan sekarang, dia tambah tampan dan ganteng juga tinggi." ucap deri dengan nada menggebu, sedang dini yang penasaran segera menutup pintu lemari pakaian dan bergegas keluar.

Melihat evan yang mengeret koper miliknya, dengan segera dini menghampiri evan dan menghentikan langkah evan.

"evan... Ini beneran kamu van, wah... Makin cakep dan ganteng aja kamu, pasti dewi tidak akan tahu jika kamu adalah evan kakak kesayangannya." dewi menepuk kedua lengan evan dengan kedua tangannya.

"tante juga masih sama, masih cantik seperti dulu." goda evan yang melihat dini tersipu malu karena ulah evan yang mengodanya.

"tantemu memang cantik dari dulu van, ayo om tunjukkan kamar kamu." deri mengajak evan segera ke kamarnya, dia ingin evan segera beristirahat.

"iya om." evan dengan segera menarik kopernya dan pergi meninggalkan dini yang menatap kepergian evan bersama suaminya.

"aku harus segera menghubungi dewi, dia harus bertemu dengan evan. Pasti dia terkejut melihat evan yang sekarang." dini segra menghubungi dewi, tapi sayang dewi tidak mengangkat telpon dari dini.

"kemana sih ni anak, di hubungi kog nggak di angkat angkat."gerutu dini yang dengan kesal memasukan handphonenya ke dalam saku celananya, dia memilih mengikuti deri yang mengantarkan evan menuju ke kamar evan.

Sedangkan dewi yang saat ini sedang berada di runah sinta teman sekolahnya, tengah asik menonton drama kesukaannya.

"wi... Kamu nginep sini ya..., toh besok juga hari minggu. Kita juga nggak sekolah juga kan, mending kita seneng seneng sampai pagi mantengin cha eun wo sama yuan. Gimana kamu mau kan...?" sinta merayu dewi agar mau menemaninya malam ini, berhubung orang tua sinta sedang pergi keluar kita dan akan kembali besok sore.

"mm... Tapi aku ijin dulu sama mama dan papa dulu ya...?" sinta mengangukan kepalanya cepat, dia sangat senang karena dewi mau menerima ajak kan nya.

Dewi segera menghubungi dini, tapi sayang dini tidak mengangkat panggilannya. Dewi berfikir jika dini pasti akan memperbolehkan dewi malam ini menginap di rumah sinta, akhirnya dewi memutuskan mengirim pesan singkat ke dewi.

"bagaimana tante setuju kamu menginap di rumahku....?" tanya sinta penasaran, dewi menghendikkan bahunya pelan.

"aku sudah kirim chat ke mama,aku bilang aku akan menginap di rumah kamu malam ini."

"makasih ya wi, kamu memang sahabat terbaik aku." sinta memeluk erat dewi.

"apa sih yang tidak buat kamu " ucap dewi yang tahu jika dia tidak bisa menolak permintaan sahabatnya.

Malam ini dewi dan sinta akan bergadang melihat cogan cogan kesayangan mereka, tak lupa sinta menggambil beberapa makanan dan minuman yang ada di dalam kulkasnya.

Kita kembali ke evan yang tengah asik mengeluarkan pakaian di dalam kopernya dan memindahkan ke dalam lemari pakaian, kamar yang luasnya tujuh kali enam meter menjadi kamar pribadi evan saat ini.

Tak lupa di dalam kamar evan ada kamar mandi di dalamnya, dengan suhu ac yang sengaja evan setel 18 derajat celcius. Menjadikan kamar evan sedikit terasa dingin dan sejuk, evan dengan santai menata semua bajunya sambil mendengarkan musik milik justin biber.

Sekali kali evan mengikuti lirik yang justin nyanyikan, suasana yang tadinya tenang menjadi sedikit berisik karena evan yang memutar musiknya sedikit keras.

Sedang asik asiknya menata baju, terdengar suara ketukan dari pintu kamar evan. Evan yang terkejut segera menoleh ke arah pintu, dia beranjak dan memastikan siapa yang telah mengetuk pintunya.

"van, ayo keluar. Kita makan malam dulu, kamu pasti lapar bukan." ucap deri menyuruh evan segera keluar kamar.

"iya om, sebentar lagi aku nyusul." jawab evan, melihat deri berbalik arah dan menuju ke meja makan. Evan segera menyelesaikan pekerjaannya yang masih sedikit.

Setelah selesai dia segera keluar kamarnya dan berjalan menuju ke meja makan, terlihat di sana deri dan dini yang sudah menunggunya.

"ayo kita makan..." ajak dini yang sudah melihat evan mendekat.

"hmmm...." jawab deri sambil menarik piringnya.