Kesalahan yang terjadi pada dua manusia yang saling mencintai. Hubungan keduanya yang sudah tidak direstui. Mungkin karena tidak memiliki status sosial yang setara. Alina hanya gadis biasa yang duduk di bangku SMA dan menggunakan beasiswa dan sementara Fathan anak seorang pengusaha kaya raya dan juga seorang ibu yang bekerja dalam dunia entertainment.
Fathan dan Alina terjebak dalam hubungan gairah yang akhirnya menjadi skandal dan siapa yang dirugikan dalam hal itu.
Alina harus menerima nasibnya yang masih duduk di bangku SMA dan mengandung akibat kesalahan fatal yang dia lakukan bersama dengan kakak kelasnya yang juga menjadi pacarnya.
Karena hubungan yang tidak direstui itu yang ternyata membawa Fathan pergi dari Alina.
Bagaimana Alina menjalani kehidupannya dengan janin yang ada di dalam kandungannya.
Lalu apakah mereka dipertemukan kembali?
Jangan lupa untuk mengikuti cerita Saya dari awal sampai akhir dan follow akun Instagram saya .
ainunnharahap12.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonecis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 30 Situasi Sulit.
"Gissele kenapa kamu diam? Kamu jawab aku!" ucap Alina sedikit mendesak.
"Pakai nanya lagi, sudah jelas-jelas di script dibuat kamu yang menyutradarai dan memang kamu sutradara dalam film ini bukan, jadi sudah jelas kamu," sahut Giselle.
"Bukankah kita masih ada produksi series dan aku mana mungkin bisa memegang sekali dua dan Bu Monica sendiri ingin syuting filmnya cepat selesai agar langsung launching," ucapnya mengelak.
"Ya ampun Alina, kamu seperti baru bekerja saja, bukankah biasanya juga kamu itu selalu menyutradarai dua bahkan sampai tiga film sekaligus. Aneh kamu..." sahut Giselle dengan geleng-geleng kepala.
Giselle cukup heran dengan sahabatnya itu yang tidak pernah mengeluh tentang masalah pekerjaan yang menumpuk dan dia hanya akan mengeluh jika Monica membuat dia ribet.
"Bagaimana mungkin aku menyutradarai film ini. Jika pemeran utamanya adalah dia," batin Aruna yang memperlihatkan wajah gusar.
Tiba-tiba saja Alina yang menjadi kegelisahan di dalam hati. Dia dan tim sangat bersusah payah untuk mencari pemeran yang cocok dalam film mereka. Mereka sudah memutuskan untuk memakai aktris yang sedang naik daun. Tetapi justru ditolak karena alasan yang kurang masuk akal.
Mereka mencoba untuk bekerja sama dengan artis terkenal yang karirnya tetap saja naik. Tetapi bukannya semangat Alina malah terlihat lemas yang justru tidak ingin menyutradarai film itu tersebut.
**
Setelah melakukan pekerjaan sampai sore Alina yang kembali pulang ke rumah.
"Mama!" suara yang membuat dia semangat yang tak lain adalah putranya yang langsung menghampirinya dan memeluk pinggang Alina.
"Mama sudah pulang?" tanya Keenan.
"Iya sayang. Mama juga sangat capek, boleh tidak Mama minta dipijit," keluh Alina yang terlihat lelah dengan lehernya tampak miring.
"Sini, sini, biar Keenan pijit," Keenan yang dengan semangat menarik tangan Alina dan membawanya ke sofa.
Alina tersenyum yang langsung mendapatkan service dari Keenan yang membuat rasa lelah hilang.
"Mama lain kali harus membawa Keenan ke lokasi syuting agar Keenan bisa memijit Mama kapanpun mama merasa pegal," ucap Keenan.
"Memang boleh Mama merepotkan putra Mama yang tampan ini?" tanya Alina
"Tidak masalah sama sekali," jawab Keenan.
"Baiklah, nanti Mama akan membawa kamu ke lokasi syuting dan pasti Mama tidak akan pernah capek kalau selalu dipijit," sahut Keenan tersenyum.
"Keenan juga senang ikut ke lokasi syuting, Keenan soalnya bosen di rumah sendiri. Nenek selalu saja pergi mengantar pesanan," keluh Keenan m
"Kalau Keenan bosan. Kenapa tidak telepon tante thalia dan nanti Keenan bisa main dengan Moza" ucap Alina menyarankan.
"Moza sangat sulit diajak main. Dia sangat manja dan sangat cengeng. Keenan tidak suka melihatnya yang sebentar-bentar pasti mengadu kepada tante Thalia," keluh Keenan.
"Namanya juga anak cewek. Jadi wajar saja Moza. manja dan mengadu," sahut Alina.
"Tapi Keenan tidak suka," protes Keenan.
Dratttt-dratt dratt
Tiba-tiba ponsel Alina berdering yang melihat panggilan itu yang ternyata dari Monica bosnya.
"Mama angkat telpon sebentar!" ucap Alina. Keenan hanya mengangguk.
"Iya Bu?" Alina langsung mengangkat.
"Alina kamu ke kantor sebentar, ini soalnya ada yang penting!" titah Monica.
"Saya baru saja sampai rumah," sahut Alina
"Iya saya tahu. Tapi ini sangat penting!" tegas Monica.
"Apa tidak bisa besok pagi saja!" kesal Alina yang paling sangat membenci jika jam kerja di naik-naikkan.
"Alina saya mengatakan ini sangat penting dan berarti tidak bisa besok. Cepat buruan kamu datang ke kantor!" tegas Monica.
"Ta___
Tut-tut-tut-tut.
Telpon itu sudah dimatikan secara sepihak.
"Issss apaan sih, main matematika!" kesal Alina dengan penuh emosi.
"Mama mau pergi lagi?" tanya Keenan yang bisa melihat dari ekspresi Alina.
"Benar sayang, wanita yang punya kuasa ini menyuruh Mama untuk balik ke kantor. Mama bener-bener sangat kesal dengan nenek-nenek ini!" oceh Alina dengan wajah cemberutnya.
"Nenek-nenek siapa?" tanya Keenan.
"Siapa lagi kalau bukan Mak Lampir itu," Alina kalau sudah kekal akan mengatai orang dengan sesukanya.
"Mak lampir siapa lagi?" tanya Keenan.
"Itu sangat tidak penting sayang," jawab Alina.
"Lalu Mama akan tetap pergi ke kantor?" tanya Keenan dengan Alina menganggukkan kepala.
"Keenan sendirian lagi dan nenek padahal belum pulang!" protes Keenan dengan wajah cemberut yang pasti tidak ingin ditinggal.
"Ya sudah Keenan ikut saja dengan Mama," ucap Alina.
"Memang boleh?" tanya Keenan.
"Boleh dong," sahut Aruna.
"Horeeeeee!!!!!!!!"
Keenan terlihat begitu bahagia yang membuat Alina tersenyum. Dia juga terkadang kasihan melihat putranya itu yang sering sendirian di rumah. Dia kerja terlalu keras dan terkadang juga pulang malam dan belum lagi mamanya yang sering keluar rumah mengantarkan pesanan kue.
**
Mobil Alina yang sudah berhenti di depan Perusahaan Produksi Picture.
Keenan dan Alina yang sama-sama turun dari mobil dengan tangan mereka bergandengan yang memasuki Perusahaan itu.
Baru sampai lobi Alina sudah bertemu dengan atasannya Monica.
"Kamu bawa anak Alina?" tanya Monica dengan matanya yang langsung persetujuan Keenan.
"Memang ada yang salah?" Alina bertanya kembali dan memang dia sedikit berani dengan atasannya itu. Mungkin karena kesal juga dengan jam kerja yang jadi tambah.
"Alina ini itu kantor dan bukan lokasi syuting. Kamu tidak bisa bekerja membawa anak," ucap Monica dengan tegas.
"Tapi waktu pekerjaan saya sudah selesai dan saya tidak bekerja dan saya datang ke kantor karena dipanggil!" Alina pasti saya selalu saja punya jawaban.
"Argggghhh sudahlah terserah kamu saja," Monica yang tampaknya tidak ingin berdebat dengan Alina.
Dia memang akan menjadi lemah jika mengambil masa waktu istirahat Alina karena wajah Alina akan memperlihatkan wajah yang sangat ketus jika jam istirahat dijadikan jam kerja.
"Kalau begitu untuk apa Ibu memanggil saya ke kantor malam-malam seperti ini dan apa tidak bisa dibicarakan ditelepon atau menunggu besok pagi saja?" tanya Alina dengan nada yang sedikit ketus.
"Malam ini kita akan langsung adakan meeting dengan manajer Fathan dan juga Fathan sendiri," jawab Monica.
"Maksud Ibu?" Alina tampak kaget mendengar pernyataan dari Monica sampai mengeluarkan suara yang sedikit keras.
"Tadi saya baru saja dihubungi manajernya dan Fathan mengambil peran ini dan maka dari itu kita langsung saja meeting untuk menandatangani kontrak dan juga persiapan segalanya. Agar syuting berjalan dengan cepat dan filmnya cepat keluar," jelas Monica dengan singkat dan padat.
Jika Monica terlihat sangat excited yang berbahagia menceritakan kabar tersebut kepada Alina dan berbeda dengan Alina yang memperlihatkan wajah masih sangat schok.
"Jadi dia menerima film ini..." batin Alina bengong yang seperti tidak menginginkan hal itu.
"Kamu kenapa jadi melamun. Ayo buruan kita langsung temui mereka. Mereka pasti sudah menunggu dan jangan sampai kita telat!" tegas Monica.
"Bertemu di mana?" tanya Alina.
"Di dekat sini di salah satu Restaurant," jawab Monica.
"Saya sepertinya tidak bisa ikut meeting, Ibu saja yang mengatasi semuanya," ucap Alina mengelak.
"Alina kamu harus ikut meeting, kamu yang membuat script dan kamu juga yang sutradara dalam film itu. Jadi kamu sangat diperlukan untuk meeting kali ini. Kalau tidak diperlukan saya tidak akan menelpon kamu!" tegas Monica.
"Tapi saya bawa anak," sahut Alina yang memberikan alasan dan sangat berharap Monica tidak membawa dirinya untuk meeting. Monica yang langsung melihat ke arah Keenan tadi diam dan tidak mengerti apa-apa.
Bersambung.......