Segalanya yang telah ia hasilkan dengan susah payah dan kerja keras. lenyap begitu saja. kerja keras dan masa muda yang ia tinggalkan dalam menghasilkan, harus berakhir sia-sia karena orang serakah.borang yang berada di dekatnya dan orang yang ia percayai, malah mengkhianatinya dan mengambil semua hasil jerih payahnya.
Ia pun mulai membentuk sebuah tim untuk menjalankan rencana. dan mengajak beberapa orang yang dipilihnya untuk menjalankan dengan menjanjikan beberapa hal pada mereka. Setelah itu, mengambil paksa harta yng dikumpulkan nya dari mereka.
"Aku akan mengambil semuanya dari mereka, tanpa menyisakan sedikitpun!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vandelist, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Dalam keheningan yang mencekam, ruangan luas itu terasa begitu sunyi. Hanya gema samar dari aktivitas di luar yang sesekali menyelinap masuk, seolah enggan mengusik kesunyian yang telah lama bersemayam. Suasana di dalam begitu lengang, nyaris menyerupai bayangan suram yang menyelimuti tempat itu.
Di tengah kehampaan, seseorang berdiri di balkon, menatap ke luar dengan mata yang dipenuhi pemikiran. Dari ketinggian, ia menyaksikan orang-orang bekerja, sibuk membersihkan rumahnya. Namun, meski hiruk-pikuk itu tampak nyata, baginya semua terasa jauh, seolah terpisah oleh batas tak kasat mata.
Tak ada yang benar-benar menarik perhatiannya dari pemandangan di luar. Hanya saja, pikirannya terus mengembara, mempertanyakan—jika suatu hal terjadi padanya, apakah dunia akan tetap berjalan seperti biasa?
Perjanjian yang dilakukannya dengan Fyneen. Akan membawanya untuk keluar dari rumah ini. Pria itu akan membawanya keluar tanpa sepengetahuan orangtuanya dengan cara pria itu sendiri. Entah apa rencana yang akan dilakukannya, dirinya hanya bisa mengikuti rencana itu dengan patuh.
“Kakak mau berangkat kerja?”tanya Raynar yang berjalan ke arahnya dengan pakaian rumahan.
Aurel menolehkan pandangannya ke arah adiknya itu. “Iya”jawabnya dengan senyum. Teman rumahnya yang selalu ada di saat dirinya sedang resah.
“Kak boleh aku pinjam buku tentang investasi? Apa… aku lupa judulnya, pokoknya yang tentang pelajaran bisnis itu. Boleh nggak?”
“Memangnya kamu mau mempelajari itu, buat apa? Itu kan nggak ada di pelajaran sekolahmu? Dan juga, kamu belum waktunya juga kan mempelajari itu?”tanya Aurel dengan mendekati adiknya yang berada di rak bukunya.
“Mama nyuruh aku buat pelajarin itu, padahal aku udah punya agenda sendiri buat masa depanku. Tapi Mama malah nyuruh aku buat pelajarin tentang bisnis. Yang sama sekali bukan passion ku”ujar Raynar dengan tangan menyentuh buku kakaknya yang berjejer rapi.
Aurel tidak tahu harus berkata apa. Dia juga pernah di posisi Reynar, di umurnya yang semuda itu. Ia juga mengalaminya. Bahkan bisa dibilang dari kecil, karena Mamanya selalu menekankan untuk dirinya menuruti semua ucapan orangtuanya. Dan ia tak boleh membantah.
Seakan-akan hidupnya sudah ada yang menggaris bawahi takdirnya. Dan ia tinggal menjalankan takdir itu. Entahlah, ia dulu tak begitu tahu tentang hal ini. Namun lambat laun, Aurel semakin sadar bahwa dirinya dijadikan boneka perah untuk mereka dalam meraih keuntungan pribadi. Yang itu berarti dia selamanya tidak akan bisa memilih takdirnya sendiri.
“Nah ketemu!”seru Raynar setelah ketemu apa yang dicarinya. “Kak aku pinjam ini ya?”ujar Raynar padanya.
Aurel yang melihat itu tersenyum padanya. Ia pun mendekati adiknya itu dan memeluknya dengan erat. Tinggi mereka memang tidak sama, dengan Aurel yang lebih tinggi dan tinggi Raynar sedadanya. Membuat dirinya sedikit membungkuk untuk merasakan pelukan Raynar dengan hangat.
Adiknya, yang begitu ia sayangi dan sangat dicintainya. Mereka memang bukan saudara kandung. Aurel hanya pendatang di rumah ini, dan selamanya akan terus begitu. Aurel tidak akan bisa selamanya berada di sini sampai kapanpun. Meskipun Mamanya mengklaim akan terus berada di sini. Tapi ia yakin bahwa ia dan Mamanya tidak akan berada di sini selamanya.
“Kakak bakalan kangen banget sama kamu”ucap Aurel dengan nada tulus.
Raynar yang merasakan pelukan kakaknya pun membalasnya. “Kakak kayak mau pergi jauh aja”seloroh Raynar dengan kekehan.
“Tapi kakak benar-benar akan merindukan kamu tau.”
“Iya iya Raynar tau kok, nanti kalau rindu tinggal bilang aja setelah pulang kerja.”
Sudut bibirnya tertarik ke bawah, hatinya gundah gulana. Ia ingin mengatakan sesuatu padanya adiknya itu, namun dia tidak bisa.
“Nanti kamu jaga rumah ya, jangan nakal, kalau mama atau papa berbuat jahat sama kamu. Kamu lawan jangan takut kakak akan tetap berada di samping kamu sampai kapanpun”pesan Aurel pada adiknya itu.
“Iya iya, Raynar percaya kok. Kakak bilang kayak gitu mau pergi jauh aja, udah ah pelukannya aku mau lanjutin belajar lagi ya”lerai Raynar dan pergi meninggalkan Aurel di kamarnya.
Ia tidak tahu harus mengatakan yang jujur atau tidak pada adiknya. Ingin sekali dirinya jujur pada anak itu, namun perjanjian yang dilakukannya. Melarangnya untuk mengatakan hal itu pada siapapun. Termasuk adiknya.
Adik angkatnya. Bukan, lebih tepatnya adalah kakak angkat bagi Raynar. Dia bukan keluarga kandung di rumah ini, dia hanya orang biasa yang diangkat menjadi anggota keluarga di sini. Mandaka Marleigh Kody adalah orang tua angkatnya yang menikahi Mamanya.
Hubungannya dengan Raynar bisa dibilang sangat dekat. Walaupun banyak pihak yang ingin menjauhkan dirinya dengan Raynar. Namun, karena kasih sayang yang diberikan Raynar dan kepercayaan pria kecil itu padanya. Membuatnya mereka menjadi dekat. Dan menjadi keluarga utuh seperti layaknya keluarga kandung. Meskipun tidak sedarah.
“Sudah siap?”tanya Fyneen pada wanita yang baru saja masuk ke dalam mobilnya.
“Sudah, kita berangkat sekarang!”ucap Aurel dengan nada tegas.
“Oke, mari kita berangkat”ujar Fyneen dengan nada yang dinyanyikan.
Mereka pun berangkat dengan membelah jalanan pagi yang tidak terlalu ramai. Di waktu seperti ini, tidak banyak orang yang melakukan aktivitas di pagi hari ini. Dikarenakan hari akhir pekan, membuat banyak orang memilih untuk mengistirahatkan waktu mereka dengan bersantai di rumah.
Mungkin ada beberapa orang yang masih keluar, itu pun para pencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
μμ
“Lo yakin kalau tempat ini bakalan aman buat gue tinggali?”
“Yakin, gue udah nelusuri tempat berbulan-bulan. Tenang aja.”
“Tapi tempat ini kan dekat dengan pemukiman? Emang bakalan beneran aman buat nyusun strategi?”
“Yakin kok. Gue udah renovasi rumah ini biar kedap suara, dan juga. Justru malah lebih aman kalau dekat dengan pemukiman, kalau ada apa-apa kan tinggal teriak pasti akan ada yang tolongin.”
“Tapi emang lo benar-benar yakin orang-orang yang ada di sini bakalan nolongin?”
“Yakin seyakin-yakinnya, Udahlah Lo masuk sana istirahat. Jangan lupa buat keluar nyapa warga yang ada di sini sekalian pendekatan lah biar nggak kaku-kaku amat.”
Aurel meraih tasnya, ia pun menyusuri tempat ini dengan penuh penasaran.
Rumah dengan gaya arsitek jaman dulu, dengan taman kecil yang ditumbuhi berbagai tanaman olahan dan juga bunga kecil. Yang bisa dibilang, termasuk tanaman olah juga. Serta tempatnya yang dekat dengan pemukiman warga.
Dari sini ia bisa mendengar ibu-ibu tetangga yang sedang berbicara tentang masakan. Yang akan diolah. Dan juga suara tangisan anak kecil yang begitu keras hingga terdengar olehnya dari tempat ini.
Entah bagaimana tidurnya nanti malam dengan suara-suara seperti ini, tapi Fyneen mengatakan bahwa rumah ini sudah direnovasi menjadi kedap suara.
“Semoga saja ucapan pria itu benar adanya”gumamnya. Ia pun berlalu dari tempat berdirinya dan masuk ke dalam rumah yang sudah dibuka pria itu.
Bau rumah yang baru saja direnovasi serta beberapa alat perabotan baru, masih terasa di tempat ini.
“Oh iya, untuk sementara lo tinggal di sini sendiri dulu. Nanti akan ada yang nganterin makanan ke rumah ini, dan gue berharap lo nggak komplain dengan makanan yang disediakan. Ini kuncinya jangan lupa buat ngunci pintu kalau lagi keluar”pungkas Fyneen. Dia berjalan menuju ke tempat pintu, kemungkinan pria itu akan melanjutkan aktivitasnya yang tertunda.
“Fyneen”panggil Aurel “Lo benar-benar ngelindungi tempat itu dan mereka kan?”
“Tenang gue udah janji sama lo bakalan ngelaksanain janji itu”jawab Fyneen.
Aurel tersenyum ke arah Fyneen “thanks.”
μμ
“Lo yakin orang-orang ini juga terlibat dalam hal ini?”
“Yakin, karena mereka sering bertemu bareng dan membahas tentang bisnis gelap yang mereka jalani.”
“Kira-kira ada penjelasan nggak mengapa mereka bisa buat bisnis gelap itu?”
Fyneen menghembuskan napasnya. “Kalau itu gue belum yakin sih bos, tapi menurut pendapat gue mereka nglakuin pasti ya karena kepentingan pribadi. Tapi entah kenapa gue ngerasa ada yang lebih dari kepentingan pribadi sih.”
“Kalau cuma mengambil keuntungan harta yang dipunya keluarga mu, jelas itu masih dalam jumlah yang kecil. Karena kalau dilihat lebih detail lagi, perusahaan yang dimiliki orangtuamu nggak sebesar perusahaan orang itu. Menurutku ini ada hubungannya dengan masalah kerja sama di masa lalu orang tuamu”saut Sabia dengan matanya menatap tajam ke arah berkas yang dibawa Fyneen.
Erica menghembuskan napasnya kasar, dan mengusap wajahnya. Kepalanya benar-benar berdenyut memikirkan semua ini. Permasalahan yang ia akan anggap mudah untuk diambil kembali, ternyata malah sangat rumit. Karena ia bukan hanya harus berhadapan dengan keluarganya sendiri, melainkan harus berhadapan dengan orang yang lebih kuat dari dirinya.
“Masalah yang gue kira mudah ternyata malah sangat rumit buat nyelesain nya”cakap Erica yang berdiri dari tempat duduknya. Ia pun mengambil minum untuk meredakan dahaganya yang kering. Serta mendinginkan otaknya, yang terlalu panas memikirkan orang-orang serakah itu.
“Makanya dari itu bos, gue bilang harus membentuk tim buat nyelesain semuanya,”ujar Fyneen dengan mendekati Erica yang sedang minum.
Fyneen membuka kulkas Erica dan mengambil air dingin yang di dalamnya. “Karena lawan lo kali ini bisa dibilang orang yang sangat kuat dalam industri bisnis di negara ini”lanjutnya.
Mereka pun mengobrol dengan berbagai banyak hal di samping kulkas. Entah itu tentang orang-orang yang terlibat, atau tidak tentang keluarganya. Serta membicarakan tentang nenek Amita yang sampai sekarang Fyneen tidak ingin membicarakannya secara langsung.
Sementara Sabia, saat ini ia membaca dokumen tentang orang yang dibicarakan mereka tadi. Ia membolak-balikkan kertas dokumen itu secara bergantian dan membacanya secara teliti. Semuanya tanpa terkecuali. Karena ia yakin dengan apa yang tertulis di sini seperti ada kejanggalan.
“Erica Fyneen lihatlah”panggil Sabia dengan nada serius pada mereka berdua yang sedang mengobrol.
Fyneen dan Erica yang sedang mengobrol pun menghentikan pembicaraan mereka dan berjalan menuju ke arah Sabia. Mereka tidak tahu mengapa Sabia memanggil mereka berdua.
“Ada apa?”tanya Fyneen yang berdiri di belakang Sabia dan menatap Sabia. Yang masih fokus dengan bacaannya.
“Setelah aku lihat-lihat lagi dokumen ini, ternyata memang banyak kejanggalan yang dalam dokumen nya. Dan sepertinya memang ada yang memanipulasi data ini agar kamu bisa percaya pada orang itu.”
“Maksudnya? Tunggu maksud kamu orang yang kupercayai memanipulasi data ini?”tanya Fyneen dengan ragu.
“Iya, karena ada beberapa penulisan yang diganti dan juga tidak menyambung dengan profil orang ini. Serta juga tanggal lahir dari orang itu, sangat berbeda dengan data yang ku dapat”jelas Sabia.
“Kamu yakin Sabia?”tanya Erica dengan bingung.
“Iya, ayahku dulu pernah menjadi detektif swasta dan aku sering diajari oleh ayahku tentang membedakan mana dokumen asli dan mana yang dipalsukan”jawab Sabia.
“Tapi orang yang ku suruh adalah orang kepercayaan ku dan juga sudah bekerja dengan ku selama bertahun-tahun. Mana mungkin orang itu melakukan sabotase dokumen.”
“Semua bisa jadi mungkin kalau orang yang dipercaya ditawari lebih banyak dari gaji sebelumnya”celetuk Erica.
“Gila”gumam Fyneen. Celetukan Erica, menyadarkannya pada orang-orang yang pernah bekerjasama dengan Erica. Orang kepercayaan yang pernah menjadi kawannya dalam berbisnis. Sekarang, malah berbanding terbalik mengkhianati Erica. Dan berpaling dari kesetiaan yang selama ini digaungkan. Dan itu benar-benar terjadi sekarang padanya.
μμ
“Baik pak, terima kasih atas infonya”ucapnya pada bosnya yang menelponnya malam-malam. Setelahnya ia mematikan ponselnya dan membantingnya di sofa.
Dia berteriak melampiaskan kekesalannya pada bosnya itu. Yang baru saja menjadi pimpinan nya selama 5 bulan ini. Bos yang tidak tahu aturan dan hanya berfokus pada paha seorang wanita. Yang selalu diumbar untuk menggodanya.
“Bajingan gila, asu, tai lah!!”teriaknya untuk melampiaskan kekesalannya pada pimpinan nya itu.
“Kenapa lo?”tanya seorang pria yang sedari tadi duduk di sofanya.
“Pimpinan gue, gila apa!! Gue ngerjain proposal selama berbulan-bulan buat nyelesain nya. Setelahnya malah diklaim oleh tuh orang, mana ngomongnya enteng banget lagi!”
“Lah bukannya itu udah hal biasa dalam dunia kerja? Apalagi tempat Lo kerja beneran tempat yang sangat-sangat toxic.”
“Biasa mah biasa, tapi kalau kagak ngehargain karya karyawannya ya percuma lah. Lagian tuh bangkotan kenapa nggak diberhentikan dari jabatannya sih. Kerjanya cuma duduk terus lihatin paha karyawannya, setelahnya nyuruh-nyuruh doang!”
“Yah kalau kasusnya kayak gitu, biasanya ada orang dalamnya yang pertahanin tuh orang. Biasalah gunain kekuasaan buat pertahanin jabatannya. Lagian lo juga kenapa kagak kerja di tempat gue aja sih, padahal gajinya juga sama. Malah lebih gedean tempat gue.”
Ia melempar bantal sofa yang ada di dekatnya pada temannya itu. Benar-benar menyebalkan, disaat dirinya sedang marah karena ulah pimpinannya. Temannya itu malah pamer gaji dari tempat usahanya sendiri.
Ia menekuk tangannya di dada. Dengan amarah dan kekesalan yang masih menggebu. Dia menatap pohon yang ada di depannya itu. Hanya tempat ini, yang menjadi sarana keluhannya serta kekesalannya. Karena orang yang benar-benar dekat dan peduli padanya hanyalah pria itu.
Disini dirinya adalah anak rantau, sama seperti teman prianya itu. Bedanya hanyalah pada nasib. Teman prianya itu lebih sukses daripada dirinya yang karyawan biasa. Teman prianya itu, bisa dibilang pemilik perusahaan swasta yang bergerak di bidang keamanan data. Kesuksesan pria itu, sangatlah hal yang patut di apresiasi olehnya. Karena banyak hal sulit ketika pria itu melewati semuanya.
“Ck Galuh Galuh, masih aja lo bekerja keras di sana. Apalagi sih yang lo kejar itu? Lo tuh ya, kalau kata gua mending diriin usaha aja kali. Kepintaran lo itu harus dimanfaatkan dengan baik”ujar teman prianya itu yang bernama Koswara.
Ia menghela napasnya. Ucapan pria itu memang benar adanya, tapi tidak semudah itu dalam melaksanakannya. Ia masih belum ingin keluar dari tempat itu sebelum cita-citanya tercapai.
Kalo berkenan boleh singgah ke "Pesan Masa Lalu" dan berikan ulasan di sana🤩