Enam tahun lalu, Arissa pernah menyelamatkan Damian, dan juga keduanya sudah menikah selama tiga tahun, tapi sedikitpun Damian tidak pernah melirik Arissa.
Meskipun sebenarnya, Arissa sudah bertahun-tahun menyukai Damian, dan jatuh cinta pada pria itu.
Namun, setelah sekian lama, akhirnya Arissa merasa lelah.
Dia lelah terus berharap pada sesuatu yang tidak mungkin bisa dijangkau, meskipun sesuatu itu tepat di depannya.
bagaimana kelanjutan kisahnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EP: 16
Melihat Damian yang sudah hampir menyentuh ponselnya, Arissa tidak bisa memikirkan apapun lagi, kecuali... Arissa mengulurkan tangan dan langsung memeluk pinggang Damian.
Tangan Damian sontak terhenti di udara.
Arissa berusaha menahan dirinya, dia benci dengan tindakannya itu.
"Maaf, aku merasa pusing." Kata Arissa memberi alasan.
"Aku tidak bisa berlama-lama di sini lagi, tolong bawa aku keluar." Sambung Arissa.
"Kamu tidak sedang bersandiwara kan?" Damian melepaskan lingkaran tangan Arissa di pinggangnya.
Damian menatap mata Arissa seakan menyelidiki apakah perempuan di depannya itu jujur atau sedang berbohong.
Arissa yang panik berusaha sekuat tenaga membuat ekspresi seperti orang yang benar-benar pusing dan tidak tahan berada di tempat itu.
"Aku tidak bohong. Tempat ini membuatku pusing dan mual." Kata Arissa.
Arissa menatap Damian penuh harap dengan tatapan kasihan menahan sakit.
"Baik, aku akan membawamu keluar tapi...." Damian tidak melanjutkan ucapannya.
"Ta...tapi apa?" Tanya Arissa, dia curiga pasti pria itu akan mengunakan taktik busuk lagi padanya.
"Cium aku dulu, setelah itu aku akan membawa keluar."
A...apa! Dasar pria licik!
"Yang lain saja, permintaanmu ini tukar dengan yang lain." Ujar Arissa tidak menyanggupi keinginan Damian.
Ponsel Arissa kembali berdering, Arissa tahu, itu pasti masih papa Richard yang meneleponnya.
Untung saja layar ponselnya menghadap lantai sehingga Damian tidak bisa melihat siapa yang menelepon.
Tapi, sebelum ketahuan, sebelum Damian mengambil ponsel itu, dia harus memikirkan cara agar Damian tidak tertarik pada ponselnya.
"Apa kalau aku mencium mu, kamu akan membawa ku keluar dari tempat ini?" Arissa mengalihkan Damian.
Sehingga membuat pria itu tak peduli lagi dengan ponsel yang berdering itu.
Damian menganggukkan kepala, tatapannya layaknya seorang pemburu yang sedang menatap hewan buruannya, tatapannya itu membuat Arissa merinding.
Arissa menggigit bibirnya, menarik nafas dalam-dalam, untuk membuat agar Damian tidak melirik ke ponselnya yang terus berdering.
Arissa kemudian menjinjitkan kakinya lalu melayangkan ciuman di pipi Damian dengan cepat. Secepat kilat.
"Sudah, sekarang bawa aku keluar." Kata Arissa dengan wajah memerah malu.
"Baiklah." Jawab Damian, meskipun bukan ciuman seperti itu yang dia inginkan. Tapi, melihat wajah Arissa yang merona dan lucu, membuat Damian merasa puas.
Arissa menghela nafas lega, untung saja pria itu tidak banyak menuntut.
Arissa segera mengambil ponselnya. Dan langsung membisukan nada deringnya. Dia takut jika ponselnya berdering lagi, dia tidak akan punya kesempatan untuk mengelak lagi.
Setelah keluar dari ruang bawah tanah, pikiran Arissa kini beralih pada papa Richard, Arissa berharap tidak ada hal buruk yang terjadi pada ayah mertuanya itu. Karena, entah kenapa ayah mertuanya itu terus meneleponnya.
Arissa berpikir, setelah pulang nanti, dia akan datang ke rumah ayah mertuanya itu untuk memastikan keadaannya.
"Direktur Damian, bolehkah saya pergi sekarang?" Arissa kembali mengunakan bahasa formal pada Damian.
"Karena saya harus pergi, masih ada pekerjaan yang harus saya selesaikan." Ucapnya.
Belum sempat Damian menjawab, ponselnya berdering.
Damian menjawab panggilan masuk ke ponselnya. Dan berbicara dengan orang yang menelepon. Entah apa yang di katakan orang yang menelepon itu..
Karena, hanya jawaban. Mmm.. dari Damian yang di dengar Arissa.
"Pulanglah, akan aku pesankan taksi untukmu." Ucap Damian setelah panggilannya berakhir.
"Aku juga akan pergi." Katanya lagi.
"Awasi perempuan itu, pastikan dia mengatakan semuanya." Instruksi Damian pada anak buahnya.
Si anak buah mengiyakan dengan sopan dan patuh.
Arissa merasa begitu senang, akhirnya
dia akan pergi dari tempat itu dan semoga Damian, pria kejam itu tidak akan mengganggunya lagi.
Taksi yang di pesan oleh Damian tiba di tempat. Damian membukakan pintu untuk Arissa dan mempersilakannya masuk.
"Antar dia dengan selamat." Beritahu Damian pada supir taksi.
"Baik pak." Jawab supir seperti takut menatap mata Damian.
Setelah itu, taksi melaju jauh meninggalkan kawasan vila.
Barulah, Arissa bisa bernafas dengan sangat lega.
Setelah cukup jauh, Arissa mengeluarkan ponselnya. Ada lima panggilan tak terjawab dari papa Richard.
Arissa takut jika mungkin memang ada sesuatu yang penting dan darurat yang terjadi.
Tanpa menunggu lama, Arissa langsung menghubungi ayah mertuanya itu.
"Halo, papa, tadi papa menelepon ku, aku tidak dengar karena berada di kamar mandi. Apa terjadi sesuatu?" Tanya Arissa setelah memberi alasan.
"Tidak ada nak, papa cuman mau mengajakmu pulang makan malam di rumah malam ini." Kata papa Richard tertawa kecil mendengar jika Arissa mengkhawatirkannya.
"Syukurlah, kalau tidak ada hal buruk yang terjadi, tadi Arissa sempat takut melihat panggilan masuk papa."
"Bagaimana? Apa kamu mau makan malam di rumah?" Tanya papa Richard.
"Apa papa sudah menghuni Damian?" Arissa harus memastikan apakah pria kejam itu datang atau tidak.
Seakan bisa menebak jalan pikiran menantunya. Papa Richard tidak ingin jujur kalau dia juga sudah menghubungi Damian.
Papa Richard tahu, pasti sesuatu telah terjadi pada Arissa dan Damian. Mungkin mereka sedang bertengkar akhir-akhir ini. Dan, mungkin salah satu dari mereka membawa diri keluar dari rumah, Jadi mereka saling tidak ingin bertemu. Pikir papa Richard.
"Sudah, tapi dia tidak akan datang, katanya dia terlalu sibuk. Terlalu banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan." Bohong papa Richard
Arissa senang mendengarnya. Artinya, tidak akan apa-apa jika dia datang ke rumah ayah mertuanya itu. Toh, Damian juga tidak akan datang, tidak akan ada di sana.
"Baik pa, Arissa akan datang makan malam." Sahut Arissa mengiyakan permintaan papa Richard untuk makan malam bersama.
"Bagus.. kalau begitu papa tunggu malam nanti. Kita makan bersama-sama." Kata papa Richard senang mendengar persetujuan Arissa.
"Iya pa, sampai jumpa nanti malam." Ucap Arissa, lalu panggilan pun berakhir.
Untung saja Damian tidak datang malam ini, karena Kalau Damian malam ini juga pulang ke rumah papa Richard, dia tidak akan datang, walaupun harus membuat papa Richard kecewa.
Karena, dia tidak mungkin menyerahkan dirinya bulat-bulat pada Damian.
Orang seperti Damian terlalu menakutkan, kalau pria itu tahu identitasnya, nasibnya pasti akan sama seperti mantan sekretaris tadi yang di gantung dengan wajah babak belur oleh bawahan Damian. Memikirkannya saja sudah membuat Arissa merinding ketakutan.
...****************...
Selamat membaca untuk kalian. Jangan lupa support author dengan like, komen dan vote ya, dan tolong berikan bintang 5. Terima kasih semuanya.
kapan Damain tahu
tentang istrinya
sekalian aja thor nanti klo mau end di kasih tau nya