MELAWAN IBLIS menceritakan tentang seorang gadis keturunan pendekar sakti yang hijrah dari Tiongkok ke Nusantara untuk mendapatkan kehidupan yang tenang.
Namun dibalik ketenangan yang hanya sebentar di rasakan, ada sebuah hal yang terjadi akibat kutukan leluhurnya di masa lalu.
ingin tahu bagaimana serial yang menggabungkan antara beladiri dan misteri ini?
mampukah wanita cantik itu lepas dari kutukan iblis?
simak selengkapnya dalam Serial Melawan Iblis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cut Tisa Channel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kerasnya Badai
Sebuah perahu besar berlayar dari Surabaya menuju ke india. Terlihat di dalam perahu tujuh orang pasukan kompeni dan tiga orang muda yang terdiri dari Aisila, Aisina dan Aisilya putra dan putri Tun Ai selain kapten dan beberapa anak buah kapal.
"Hei nona, benarkah kalian anak Tun Ai? Mau kemana kalian?" Tanya sang komandan bernama Van borgh.
"Mereka berdua adik ku tuan, aku putra tertua Tun Ai. Kami berencana mengunjungi kampung halaman nenek kami". Jawab Sina dengan nada sopan.
"Aku tidak bertanya padamu. Hei kau, jangan sombong sombong jadi wanita, nanti tak ada pria yang mau, hahahaha". Ucapan komandan itu di iringi gelak tawa anak buahnya yang melihat ke arah Sila dan Silya dengan pandangan liar kurang ajar.
Melihat Silya akan bangkit, Sina mencegah adiknya dengan pandangan tajam.
"Kami tidak mau ada masalah, permisi". Seru pemuda itu sambil menarik tangan kedua adiknya berjalan duduk di belakang rumah kapal.
Sesaat kemudian sang komandan tak tau diri itu mendekati tempat ketiga muda mudi tersebut sambil berseru,
"Aku hanya pdkt saja dengan nya, kenapa kau marah? Apa kau mau mengawini dia untuk mu sendiri? Jangan serakh,, Auhhh,, gedebuuuk". Sebuah tendangan Silya mendarat di mulut hingga komandan itu terlempar menabrak dinding kamar kapal itu.
"Hei,, hurang ahyar,,, seyang meyekaaa". Mendengar komandannya berteriak, enam pasukan bersenjata lengkap itu segera menyerbu ke arah ketiga muda mudi yang telah siap siaga.
Terjadilah perkelahian yang tak seimbang antara pasukan tersebut melawan tiga orang pendekar itu. Karena tempat yang sempit, pertarungan mereka menyebar kemana mana hingga mendekati nahkoda kapal.
Beberapa prajurit bahkan telah tercebur ke laut. Suatu ketika, serangan ke arah Silya melenceng hingga menewaskan kapten kapal yang ketakutan dibalik kemudi kapal.
Sina yang kaget melihat kejadian itu segera mengambil alih kemudi. Namun serangan komndan bersama dua bawahannya membuat kemudi kapal rusak.
Tak berapa lama, angin kencang pun datang di sertai badai besar yang membuat kapal terombang ambing.
Meski perkelahian masih berlangsung, namun tak seperti tadi, kini mereka bertarung sambil mencari pegangan akibat kapal yang tidak terkendali.
Sila yang terlalu dekat berdiri ke bibir kapal terjatuh ke dalam ombak lautan dan hilang dari pandangan.
Melihat hal itu, Sina pun terjun ke laut untuk menyelamatkan adiknya. Kini sibuk lah Silya menghadapi keroyokan empat pasukan yang terus mendesaknya.
Sabetan senjata komandan yang wajahnya dipenuhi darah itu mengenai lengan kiri Silya hingga gadis itu terpaksa mundur dua langkah ke balik kemudi.
Tiba tiba, Silya memandang tajam ke arah mereka dengan bola mata merah padam. Di seluruh wajah dan lehernya terlihat urat hijau menghitam tanda penyakit kerasukan nya sudah mulai kambuh.
Tiga orang bawahan komandan kompeni itu bergidik melihat Silya yang berubah seperti setan dan mundur hingga beberapa langkah.
"Jangan takut, serang,, habisi gadis siluman itu". Seru komandan yang sudah mulai bisa mengucapkan kata kata dengan benar.
Disertai lengkingan yang memekakkan telinga mereka, Silya yang sedang kerasukan iblis melesat cepat ke arah mereka bergantian menusuk ulu hati pasukan tersebut dengan tangan kosong dan mencabut jantung pasukan serta komandan yang tewas dengan mata terbelalak mengerikan.
Beberapa abk kapal yang melihat kejadian itu ketakutan setengah mati sampai ada yang melompat keluar kapal dan bahkan ada yang terkencing di celana hingga pingsan.
Tak cukup sampai di situ, gadis ganas tersebut merangsek ke arah anak buah kapal dan membunuh mereka semua dengan mengorek jantung mereka.
Habis lah orang yang hidup di atas kapal. Hanya tinggal Silya seorang hingga sebuah ombak besar membalikkan kapal dan tenggelam ke dasar lautan.
***~###~***
"Ketua, maafkan kami. Ampuni nyawa kami". Rengek kepala bajak yang di lumpuhkan oleh Saloka.
"Pergilah kalian. Sebelum aku mengunyah kuping kalian. Hahahaha". Canda Saloka yang membuat wajah beberapa bajak sungai itu pucat.
"Ketua, kami tidak akan pergi. Sebelum kau bersedia menjadi pemimpin kami". Seru Hekgu sambil sujud di kaki pemuda itu.
"Apa? Kau berani menyuruhku memimpin kalian para rampok tengik? Boleh boleh. Asalkan kuping kalian semua ku makan terlebih dahulu. Sini". Gertak pemuda itu membuat semua bajak lari ketakutan.
"Dasar pengecut". Gumam Saloka sambil melanjutkan perjalanannya.
Setelah berjalan hingga malam hari, pria tampan itu akhirnya menemui sebuah dusun. Di rumah pertama, Saloka melihat seorang pria tampan berusia 30 tahun sedang duduk di teras rumahnya.
"Permisi, bolehkah aku menumpang disini semalam saja?" Seru Saloka sambil memberi hormat.
"Ah, ku pikir Ahlan. Sebentar, tunggu istriku pulang dulu". Sahut pria berusia 30 tahun tersebut.
Tak lama mereka menunggu, seorang wanita berusia 35 tahun yang memiliki wajah buruk dengan badan kurus dan rambut kribo tiba disana.
"Sayang, ada pemuda yang bertanya padaku bolehkah dia menginap?"
"Siapa kau orang muda?" Tanya wanita itu sambil duduk di samping suaminya.
"Aku Loka, perantau dari himalaya yang kemalaman di jalan. Selain ngantuk, aku juga lapar. Bolehkah aku menginap disini?"
"Boleh, tapi kau harus bayar". Sahut wanita jelek tersebut.
"Aku hanya punya sekeping uang emas, jika tak boleh, aku permisi". Seru Saloka sambil melangkah pergi.
"Tunggu, baiklah. Kau boleh menginap dan makan asalkan kau cuci piring bekasmu sendiri. Masak sendiri dan tidur di kursi luar". Seru wanita bernama Ciriak itu.
"Baik, terimakasih". Sahut Saloka yang dipersilakan masuk.
Setelah meletakkan buntalan pakaian nya di sudut, pemuda itu segera bertanya bahan bahan dan memasak masakan untuk mereka bertiga.
Karena ibunya seorang ahli masak, maka Saloka juga memiliki hobby memasak dan masakannya pun lumayan enak.
"Mari makan. Aku sudah lapar sekali". Seru Saloka sambil menghidangkan makanan di meja makan sederhana itu.
"Ayo, kita makan. Aku pun lapar sekali". Seru pria tampan yang sering dipanggil kanda Ki oleh Ciriak.
"Tunggu, kau dulu yang coba". Seru Ciriak sambil memandang curiga ke arah Saloka.
"Tak perlu takut, aku bukan penjahat yang akan meracuni kalian". Sahut pemuda itu sambil mencicipi tiga macam masakan yang tadi di masaknya.
Setelah itu, ketiganya pun makan dengan lahap. Bahkan Ciriak dan suaminya sampai tambah hingga dua kali.
Selesai makan dan cuci piring, pemuda itu duduk sambil ngeteh bersama sepasang tuan rumah.
"Aku heran dengan kalian, kenapa bisa jadi suami istri seperti ini".
"Apa maksud mu? Tanya Ciriak dengan wajah emosi.
"Jangan marah. Aku memang orangnya suka blak blakan. Tidak menghina sedikitpun. aku hanya penasaran saja".
"Tak apa sayang, biar aku yang cerita. Aku beruntung menikah dengan dia. Di kampung kami ini, dia lah wanita paling pintar".
"Dan kau lelaki paling bodoh". Celetuk Ciriak memotong omongan sang suami yang hanya cengar cengir saja.
"Aku pria paling tampan dan istriku biasa saja".
"Apa kalian di jodohkan?" Tanya Saloka tertarik.
"Tidak. Aku memang mengejarnya dari dulu. Jika kami memiliki anak kelak, anak kami akan pintar seperti aku dan ganteng seperti ayahnya". Ciriak menjawab dengan senyum simpul di wajahnya.
"Hahahaha,, hahaha, hihihi, huhu hahahaha". Tiba tiba saja Saloka tertawa bergelak sambil memegang perutnya.
Setelah lima menit terbahak dan tawanya agak mereda, wanita itu bertanya,
"Apa yang kau tertawakan?"
"Tidak, lanjutkan saja cerita kalian". Jawab Saloka sambil menahan sisa tawanya.
"Katakan dulu. Cepat".
"Tak usah. Aku tak ingin membuat kalian marah". Jawab pemuda itu sungkan.
"kami tak akan marah". Sahut Ciriak penasaran.
"Maaf, bukan nya bermaksud menghina, aku memang begini orangnya, terus terang dan blak blakan".
"Katakan saja".
"Baik, baik. Kau bilang anak mu akan pintar sepertimu dan tampan macam ayahnya. Bagaimana jika sebaliknya? Hahahaha". Kembali Saloka tertawa terbahak.
Wajah wanita jelek itu nampak berubah. Namun si suami yang terlihat bingung bertanya,
"Jelaskan yang benar. Aku tak mengerti".
"bagaimana jika kelak putri kalian berwajah seperti istrimu dan kurang pintar sepertimu? Huahahahaha".
"Tidak, anak kami kelak pasti akan cantik dan pintar seperti ibunya". Dengan wajah cengengesan si suami menjawab.
"Maaf sebelumnya. Aku hanya ingin mengingatkan kalian, apapun pemberian Tuhan kelak, terimalah dengan ikhlas. Jangan banyak mengeluh agar kalian lebih berbahagia. Aku tidur duluan". Pemuda itu pun bangkit dan menuju ke kursi panjang merebahkan tubuhnya.
BERSAMBUNG. . .