Monika (23), seorang aktris multitalenta dengan karier gemilang, harus menghadapi akhir hidupnya secara tragis, kepleset di kamar mandi! Namun, bukannya menuju alam baka, ia justru terbangun di tubuh seorang wanita asing, dalam satu ranjang dengan pria tampan yang tidak dikenalnya.
Saat matanya menyapu ruangan, ia segera menyadari bahwa dunia di sekitarnya bukanlah era modern yang penuh teknologi. Ia terjebak di masa lalu, tepatnya tahun 1990! Sebelum sempat memahami situasinya, penduduk desa menerobos masuk dan menuduhnya melakukan dosa besar: kumpul kebo!
Lebih parahnya lagi, tunangan asli pemilik tubuh ini datang dengan amarah membara, menuntut pertanggungjawaban. Monika yang dikenal mulut tajam dan suka tawuran harus mencari cara untuk keluar dari kekacauan ini. Bagaimana ia bisa bertahan di masa lalu? Dan siapa sebenarnya pria tampan yang terbangun bersamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tukang Onar Pasar
Setelah mendapatkan uang dari jasa rias nya yang lumayan besar, Lin Momo memutuskan untuk singgah ke pasar tradisional. Ia ingin membeli buah-buahan segar, sayuran, dan daging untuk persediaan di rumah.
Pasar ini dinamakan pasar sore, jadi hanya buka mulai dari siang hari dan akan selesai di pagi hari.
Suasana pasar ramai seperti biasa, dengan pedagang yang sibuk menawarkan dagangan mereka, ibu-ibu yang menawar harga, dan aroma khas makanan serta bumbu-bumbu memenuhi udara.
Lin Momo berjalan menuju lapak buah. Seorang penjual tua bernama Tang Hu, menyambutnya dengan ramah.
"Nona! Kau sangat cantik, dari mana?" tanyanya sambil mengusap tangannya yang dipenuhi debu buah-buahan.
Lin Momo tersenyum. "Aku baru saja menghadiri pesta pernikahan. Sekarang aku ingin membeli beberapa buah segar untuk di bawa rumah."
Ia mulai memilih beberapa apel, pir, dan jeruk. Saat sedang sibuk memilih, matanya menangkap sesuatu yang mencurigakan.
Tak jauh dari tempatnya berdiri, seorang ibu-ibu tampak memasukkan buah ke dalam kresek yang diberikan oleh penjual. Namun, Lin Momo melihat dengan jelas bahwa beberapa buah lainnya ia masukkan diam-diam ke dalam tasnya sendiri.
Lin Momo mengernyit.
"Paman, hati-hati. Sepertinya ada yang mencuri buah-buahanmu," bisiknya pelan sambil menunjuk jarinya ke ibu yang sengaja mencuri itu.
Tang Hu terkejut dan segera memperhatikan ibu itu. Dengan suara tenang tapi tegas, ia berkata, "Nyonya, apakah Anda sudah membayar semua buah yang ada di dalam tas Anda?"
Ibu itu, yang kini terlihat panik, segera menyangkal. "Apa maksudmu? Aku tidak mencuri! Kau menuduhku tanpa alasan!"
Lin Momo menyilangkan tangan di dada. "Oh? Benarkah? Tapi aku jelas melihat kau memasukkan beberapa buah ke dalam tasmu tanpa membayar."
Beberapa pembeli yang mendengar perdebatan mulai memperhatikan situasi.
"Aku tidak mencuri!" ibu itu membantah keras.
Namun, Tang Hu tidak bodoh. Ia segera memanggil seorang petugas pasar yang kebetulan sedang berpatroli. "Petugas, tolong periksa tasnya."
Petugas itu maju ke depan dan berkata dengan tegas, "Nyonya, mohon buka tas Anda. Jika tidak ada yang salah, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan."
Ibu itu tampak ragu, tetapi di bawah tatapan tajam orang-orang, ia akhirnya membuka tasnya. Dan benar saja, beberapa buah terselip di dalamnya.
Orang-orang mulai berbisik.
"Astaga, dia benar-benar mencuri!"
"Memalukan sekali! Sudah tua tapi masih mencuri?"
Ibu itu tampak pucat dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Polisi yang datang segera membawanya untuk ditindaklanjuti.
Tang Hu menghela napas dan menepuk bahu Lin Momo. "Terima kasih, Nona. Kalau bukan karena kau, aku mungkin tidak menyadarinya."
Lin Momo tersenyum. "Tidak masalah, Paman. Aku hanya tidak suka melihat orang berbuat curang."
Setelah membayar buah-buahannya, Lin Momo melanjutkan belanja ke bagian sayuran dan daging.
Setelah mendapatkan sayuran segar, Lin Momo berjalan menuju lapak daging. Lapak itu dikelola oleh Fu Jia, seorang pria bertubuh besar dengan suara lantang yang sudah dikenal di pasar.
Saat Lin Momo tiba, ia melihat hanya ada satu orang di depannya, Nyonya Yan, seorang pelanggan tetap yang sering datang lebih awal untuk mendapatkan potongan daging terbaik.
Fu Jia menyambutnya dengan senyum lebar. "Oh, Nyonya Yan! Mau beli apa hari ini?"
Nyonya Yan membalas dengan ramah. "Aku ingin membeli satu kilogram daging sapi dan juga sisa iga sapi yang ada."
Fu Jia mengangguk dan mulai menyiapkan pesanan.
Namun, sebelum ia bisa menyelesaikannya, seorang wanita tiba-tiba menyerobot dari belakang dan berbicara dengan suara nyaring.
"Aku mau beli dua kilogram daging dan berikan semua iga yang ada padaku. Cepat, aku sedang buru-buru!"
Lin Momo yang berdiri di belakang Nyonya Yan langsung mengernyitkan dahi. Wanita itu, Nyonya Jang Wu, dengan santainya melangkah ke depan tanpa memedulikan antrean.
Nyonya Yan menoleh, matanya melebar. "Nyonya tua, kau baru saja datang! Aku sudah lebih dulu memesan iga sapi itu!"
Nyonya Jang Wu mendengus. "Aku sedang terburu-buru. Lagipula, aku membeli lebih banyak darimu, jadi sebaiknya kau berbaik hati dan memberikannya padaku."
Lin Momo, yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. "Nyonya, kalau kau buru-buru, bukan berarti kau bisa menyerobot antrean orang lain. Semua orang di sini juga punya urusan masing-masing. Dan semua nya juga sama buru-buru."
Nyonya Jang Wu menatap Lin Momo dengan tatapan meremehkan. "Kau ini anak muda, tahu apa tentang sopan santun? Aku sudah lama berbelanja di sini!"
Lin Momo tersenyum tipis. "Oh, jadi semakin lama seseorang berbelanja di sini, semakin boleh ia tidak mengikuti aturan antrean? Menarik sekali logikamu."
Beberapa pelanggan lain yang mendengar itu mulai mengangguk-angguk setuju.
"Benar! Kita semua ikut antre, kenapa dia boleh menyerobot?"
"Jika semua orang berpikir seperti dia, pasar ini akan kacau!"
Nyonya Jang Wu tampak tidak terima. "Aku hanya ingin membeli daging lebih banyak! Apa salahnya?"
Nyonya Yan menatapnya dengan kesal. "Salahnya adalah aku yang lebih dulu memesan iga itu! Tidak peduli kau membeli lebih banyak atau tidak, tetap saja kau datang setelahku!"
Fu Jia, yang sejak tadi memperhatikan, akhirnya angkat bicara. "Maaf, Nyonya tua. Tapi memang benar, Nyonya Yan yang lebih dulu memesan. Aku tidak bisa memberikan iga itu padamu."
Wajah Nyonya Jang Wu memerah. Ia menatap Fu Jia, lalu ke arah Lin Momo dan Nyonya Yan, sebelum akhirnya mendengus dan berkata dengan ketus, "Hmph! Dasar orang-orang keras kepala!"
Ia berbalik dan pergi dengan tangan kosong, meninggalkan lapak dengan ekspresi kesal.
Begitu ia pergi, orang-orang langsung bersorak kecil.
"Hah! Itu pelajaran buat dia!"
"Syukurlah ada nona itu yang berani bicara! Kalau tidak, mungkin dia akan menang begitu saja."
"Itu Nyonya Tua Jang Wu, memang selalu membuat onar di pasar."
Fu Jia tertawa kecil dan menyerahkan daging serta iga kepada Nyonya Yan. "Ini pesananmu. Dan nona manis, terima kasih sudah membantu menegakkan aturan."
Lin Momo hanya tersenyum kecil. "Aku hanya tidak suka melihat orang berbuat semaunya sendiri."
Nyonya Yan menatap Lin Momo dengan kagum.
"Nona manis, terima kasih sudah membelaku tadi, siapa nama mu?" tanya Nyonya Yan dengan senyum hangat.
Lin Momo membalas senyumnya. "Sama-sama, Bibi. Namaku, Lin Momo. Tidak ada yang suka diperlakukan tidak adil, bukan?"
"Benar sekali. Kau ini pintar berbicara dan berani, jarang ada nona muda sepertimu." ucap Nyonya Yan.
Nyonya Yan mengamati Lin Momo dengan lebih teliti, lalu tiba-tiba matanya berbinar seolah menyadari sesuatu. "Eh, tunggu dulu... Aku mengenal wajahmu! Bukankah kau gadis yang dibawa oleh Nyonya Liu untuk merias adiknya hari ini?"
Lin Momo terkejut, tetapi kemudian tertawa kecil. "Bibi tahu?"
"Tentu saja! Aku juga menghadiri pesta pernikahan itu tadi. Aku melihat sendiri betapa cantiknya pengantin wanita setelah kau meriasnya. Banyak tamu yang memuji hasil riasanmu!"
Mendengar itu, Lin Momo merasa sedikit bangga. "Wah, kebetulan sekali kita bertemu di sini, ya Bibi!"
"Hem, memang dunia ini kecil," ujar Nyonya Yan sambil mengangguk.
Tiba-tiba, raut wajahnya berubah seolah memikirkan sesuatu. "Oh! Aku jadi ingat. Akhir bulan nanti aku akan menghadiri pesta ulang tahun keponakanku. Aku ingin terlihat lebih muda dan segar. Kau bisa merias wajahku seperti yang kau lakukan pada pengantin tadi?"
Lin Momo tersenyum penuh semangat. "Tentu saja, Bibi! Aku senang bisa membantu. Kalau begitu, bolehkah aku tahu nomor telepon Bibi? Nanti aku bisa menghubungi untuk janjian."
Nyonya Yan mengangguk dan segera mengeluarkan selembar kertas kecil dari tasnya. Ia menuliskan nomor telepon rumahnya dan menyerahkannya pada Lin Momo.
"Ini, simpan baik-baik. Kau bisa menghubungiku beberapa hari sebelum acara agar kita bisa menentukan waktu yang pas."
Lin Momo menerima kertas itu dengan senyum puas. "Baik, Bibi. Aku akan menghubungi nanti."
Nyonya Yan lalu memandangnya dengan rasa ingin tahu. "Ngomong-ngomong, kau tinggal di mana sekarang?"
Lin Momo sedikit ragu, tetapi kemudian menjawab dengan jujur, "Aku tinggal di mess pekerja, tempat tinggal pegawai pabrik sepatu unit 2."
Nyonya Yan mengangguk paham. "Ah, kalau begitu kau tinggal di area pabrik, ya? Hm… Kau tahu.. anakku adalah pemilik pabrik itu."
Lin Momo yang sedang memasukkan daging ke dalam kantong belanjaannya terkejut.
"Ah, benarkah?" tanyanya dengan mata membesar.
"Iya, pabrik sepatu itu milik anakku," kata Nyonya Yan sambil tersenyum bangga.
Lin Momo mengangguk mengerti. "Wah, luar biasa. Berarti anak Bibi pasti orang yang sangat sukses."
Nyonya Yan tersenyum lembut. "Ya, dia pria yang sangat berbakat dan pekerja keras."
Namun, sebelum Lin Momo bisa bertanya lebih lanjut, Nyonya Yan buru-buru melihat jam tangannya.
"Astaga, aku benar-benar harus pergi sekarang! Suamiku pasti sudah menungguku di dalam mobil."
"Oh, baiklah, Bibi. Hati-hati di jalan!" kata Lin Momo, tersenyum sambil melambaikan tangan.
Nyonya Yan hanya sempat membalas lambaian Lin Momo sebelum ia pergi dengan tergesa-gesa.
---
Terus support dengan :
✅ Klik tombol 'Like'
✅ Tinggalkan komentar kalian
✅ Support novel othor, klik tombol vote ya
✅ Bintang 5 untuk rating karya
Terima Kasih support nya, semoga kita semua sehat selalu. 🙏🏻
Jangan lupa baca novel othor lainnya, link ada dibawah ini.
mau ketemu menantu dan mertua teh drama aja 🤦🏼
akhirnya timbul kesalah pahaman kan kasian momo kena impeknya kecewa aja ma yang zie 😏laki g tegas
gassskeun...
lanjut..
tinggal siap2 menunggu ibu mertua datang aja mo..