Ammar dijodohkan dengan Safa yang merupakan anak dari adik angkat ibunya. perjodohan terjadi atas permintaan Ibunda Safa saat menjelang akhir hayatnya karena ingin anaknya memiliki pendamping setelah dirinya tiada
Sedangkan Sang Adik Ubay mengalami insiden tidak mengenakan, dia tidak ingin bertanggungjawab karena dia tak pernah merasa berbuat hal itu tapi karena permintaan sang ibu untuk menikahi gadis itu Maka dia menikahinya.
Begitupun dengan kedua adik lelaki kembar mereka yang menemukan jodohnya dengan cara tak terduga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keluarga Hangat dan Pengertian
Mereka pun keluar dari kamar untuk menemui keluarga Ammar karena akan ada ritual sarapan bersama dan itu memang diwajibkan saat mereka berada dirumah ini.
"Adudu pengantin baru baru bangun, sudah sholat Subuh kan?? Goda Arjun yang melihat kakak dan kakak iparnya nya keluar dari kamar mereka.
" Iya nih, pengantin baru ma bebas, gimana sudah jebol kan?? Ucap Aryan kini ikut menggoda sang kakak dengan menaikturunkan alisnya.
Shofiyah dan Ahmad hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah anak-anak nya itu. Inilah keseharian mereka jika berada dirumah yaitu saling usil terutama Ketiga pemudanya itu.
"Apaan deh kalian ini, memang nya kenapa??, iri bilang bos!! ". Ucap Ammar membalas menggoda mereka.
" Iya deh yang sudah menikah, tidak usah pamer juga kalee". Ucap Ubay yang melihat Ammar merangkul sang istri berjalan bersama menuju ruang makan.
"Aku tidak pamer, kan aku memang sudah punya istri gimana sih??, makanya kalau iri cari aja sendiri. Ummi banyak kenalan nya untuk dijodohkan sama kalian".
" Kakak tidak ingat umurku yah??, aku ini masih 21 tahun disuruh menikah?? Kakak sembarangan aja". Sungut Ubay kepada sang kakak.
"Iya ini, kami berdua malah lebih parah masih 19 tahun menuju 20, malah disuruh menikah, kakak ini mau ngeledek kami yah?? Sungut sikembar.
"Lah itu sudah cukup kok, lagian kalian sudah bekerja dan mapan, memang apa lagi yang dibutuhkan selain pendamping??". Ucapnya dengan mengindikkan bahunya dengan tatapan tak perduli.
"Kakakku sayang, menikah itu bukan seperti ijab Kabul kemudian selesai, tanggung jawab pernikahan itu berat dan kami harus jadi imam yang semuanya sudah siap". Sungut Ubay kesal pada sang kakak.
" Sudah ya anak-anak, kita sarapan dulu, nanti pembahasannya dilanjut lagi". Shofiyah menengahi mereka karena jika tidak, pembahasannya akan panjang.
"Iye ummi", kompak. Mereka semua
Ahmad dan kedua anak perempuan mereka menggelengkan kepalanya. Keempat saudara lelaki mereka itu hobby sekali saling menggoda sangat berbeda dengan mereka dan juga kakak tertua mereka yang lebih kalem dan juga pendiam, baik didalam rumah maupun luar rumah.
Sedangakan Safa tertawa kecil melihat interaksi mereka. Dia tersenyum sendu karena dia bahkan tidak bisa berinteraksi manis dengan sang kakak yang terkesan merasa lebih dari segalanya karena dia laki-laki.
"Duduk lah dek!! ". Ammar membukakan kursi untuk sang istri kemudian menyuruhnya duduk untuk makan terlebih dahulu. Kemudian dia menarik kursi untuk dirinya sendiri.
Mereka semua tersenyum melihat interaksi manis kedua pengantin baru. Kemudian mereka semua sarapan bersama dengan nikmat.
Setelah selesai makan mereka kemudian berkumpul di ruang keluarga, sedangkan kedua anak gadis yang masih sekolah itu sudah bersiap-siap untuk menjalankan kewajibannya sebagai siswi.
"Kak Umar tidak menginap disini ummi?? Tanya Ammar yang mengedarkan pandangan nya mencari sang kakak.
" Dia menginap nak, dan pulang setelah sholat subuh berjamaah. Istrinya kan akan masuk kerja, jadi harus secepatnya pulang". Ucap Shofiyah kepada sang anak.
Mereka semua mencoba mengerti, karena ini bukan yang pertama Kakak tertua mereka langsung pulang kerumah karena istrinya yang tidak nyaman bersama mereka entah karena apa itu.
"Kalian harus maklum yah nak, kakak kalian juga harus memikirkan kenyamanan istrinya ditengah kita agar dia tidak merasa terbebani". Shofiyah memberikan pengertian kepada sang anak yang memandangnya meminta penjelasan.
" Tapi kak Umar selalu seperti itu ummi setelah dia menikah, istrinya itu sangat dingin dan kaku bersama kita". Ucap Aryan mengemukakan pendapat nya.
"Itu benar, bahkan tersenyum dan hangat kepada ummi dan kedua adik perempuan kita saja tidak". Kini Arjun yang mengemukakan protesnya.
" Tidak apa nak, kita harus maklum dengan kondisi mereka. Karena mereka menikah dan tidak saling mengenal, apalagi mungkin itu pernikahan dadakan yang belum bisa diterima oleh Shifa jadi kita berikan dia waktu untuk beradaptasi dengan kita".
"Tapi itu sudah setahun ummi, mereka tidak seperti kak Ammar dan Safa selayaknya pengantin, begitu juga dengan ummi dan abi". Kini Ubaidillah yang membuka suaranya. Dia merasa janggal dengan pernikahan sang kakak yang tak ada manis-manis nya sama sekali.
"Itu adalah pilihan kakakmu nak, dia pasti sudah tahu resikonya, ummi selalu mengajarkan kalian untuk menghadapi segala resiko atas tindakan dan pilihan kalian, jadi kita harus menghormati nya". Ucap Shofiyah dengan penuh pengertian.
" Ummi benar nak, kita hanya terus berdoa untuk kebaikan pernikahan mereka. Biar bagaimanapun mereka sudah berumah tangga, kita tidak bisa mencampuri apapun didalamnya, kita hanya akan menasehati anak-anak kami saja".
Mereka juga merasakan hal yang sama dengan anak-anak nya rasakan, hanya saja mereka tidak bisa berbuat banyak karena itu rumah tangga yang dipilih anak mereka sendiri.
"Sudahlah dek, kita doakan saja yang terbaik. Kita tidak boleh berkomentar sembarangan karena kita tidak tahu apa yang terjadi diantara mereka jadi jangan kita campuri". Nasehat Ammar kepada adiknya itu.
" Iya kak". Ubay dan sikembar menunduk mendengar penjelasan sang kakak.
"Kalian juga akan menikah nantinya dan akan mendapatkan ujian yang berbeda-beda jadi kalian akan banyak berdoa supaya ketika kalian menikah, ujian yang kalian alami tidak seberat kakak kalian". Nasehat Shofiyah kepada ketiga anaknya itu.
" Iya ummi".
Safa menunduk dan merasa bersalah, kenapa kakak sepupunya itu harus memperlakukan lelaki baik seperti Umar seperti itu, sampai keluarganya pun ikut bersedih. Walau seperti itu, dia sangat salut karena keluarga suaminya itu hanya melihat dari jauh tanpa ikut campur di dalamnya.
"Ummi kalau begitu kami berpamitan yah, aku sudah mengemasi barang-barang yang akan aku bawah kerumah istriku dan sebagian lagi akan kusimpan disini untuk aku menginap nantinya".
"Iya nak, kalian berdua hati-hati disana, dan kamu Safa pastikan jangan sembarangan memasukkan orang jika kamu sendirian terutama kakak kamu". Shofiyah menasehati menantunya itu.
" Iya ummi aku akan lebih berhati-hati mulai dari sekarang". Ucapnya dengan sopan.
"Kakak jangan lupakan kita yah??, sering-sering lah main kesini temani kami jalan-jalan". Ucap Rumaisya dengan senyuman.
Dia sangat senang mendapatkan kakak perempuan baru dan dia sangat berharap mereka bisa akrab layaknya saudara.
" Iya dek, kalian aja main kerumah ya, soalnya rumah kakak sepi kalau kakak sendiri". Ucapnya mengelus kepala sang adik ipar.
"Aku juga mau ikut ya kak?? Boleh?? Ucap Hana dengan menggemaskan.
" Tentu sayang, rumah kakak akan selalu terbuka untuk kalian kapan saja, asal kakak dirumah, kan kakak akan kembali kuliah".
"Kakak masih kuliah?? Tanya Raihana dengan polos.
" Iya dong sayang, supaya kakak pintar, nanti jika kakak punya anak, bisa diajar anaknya supaya pintar".
"Harus ya kakak, kalau jadi ibu itu harus pintar?? Tanyanya lagi.
" Tentu dong sayang, memang yang ngajarin Hana belajar siapa??
"Ummi". Jawabnya polos.
" Ummi pintar tidak??
"Pintar banget, hanya saja jika belajar bahasa Arab, aku pasti disuruh ke abi atau kakak-kakak karena ummi tidak tahu". Jawabnya dengan polos
Hahahaha". Semuanya tertawa dengan jawaban polos si bungsu keluarga sedangkan Shofiyah menunduk karena ucapan sang anak.
"Setiap orang punya kelebihan sayangku, kalau belajar matematika atau berhitung, bagaimana?? Safa kembali bertanya
" Aku belajarnya sama Ummi dan kak Umar atau kak Ubay karena selain mereka semuanya tidak mau mengajari aku karena tidak tahu, pusing katanya". Jawabnya lagi.
Safa mengulum senyumnya ternyata kedua keluarga ini ada yang pandai berhitung dan pandai dalam hafalan. Keluarga yang sangat lengkap dan melengkapi.