Wilda Sugandi adalah seorang istri yang baik hati dan menurut pada sang suami, Arya Dwipangga. Mereka sudah menikah selama 5 tahun namun sayang sampai saat ini Wilda dan Arya belum dikaruniai keturunan. Hal mengejutkan sekaligus menyakitkan adalah saat Wilda mengetahui bahwa Arya dan sahabat baiknya, Agustine Wulandari memiliki hubungan spesial di belakangnya selama ini. Agustine membuat Arya menceraikan Wilda dan membuat Wilda hancur berkeping-keping, saat ia pikir dunianya sudah hancur, ia bertemu dengan Mikael Parovisk, seorang CEO dari negara Serbia yang jatuh cinta padanya. Bagaimana kisah selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah yang Sudah Rata Dengan Tanah
Pagi yang cerah, Nurjannah dan Wilda bergegas menuju rumah mereka yang dulu. Mereka berencana mengambil beberapa barang yang masih bisa diselamatkan dan bisa mereka gunakan untuk berjualan di tempat baru. Keduanya berharap, masih ada perabotan atau peralatan yang bisa mereka manfaatkan untuk memulai kembali usaha mereka.
Dengan hati yang sedikit lega, Nurjannah dan Wilda tiba di depan rumah mereka. Namun, betapa terkejutnya mereka melihat rumah yang dulu penuh kenangan itu kini telah rata dengan tanah. Tidak ada lagi dinding kokoh yang melindungi mereka, tidak ada lagi atap yang menaungi mereka. Yang ada hanyalah puing-puing bekas kebakaran yang menghitam dan mengeluarkan bau hangus yang menyengat.
Mata Nurjannah membelalak, mulutnya terbuka lebar. Ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Rumah yang selama ini menjadi tempat berlindung dan bernaung, kini hanya tinggal kenangan. Air matanya mulai menetes, membasahi pipinya yang keriput.
"Tidak mungkin! Ini tidak mungkin!" gumam Nurjannah dengan nada tidak percaya.
Wilda yang juga terkejut, berusaha menenangkan ibunya. Ia memeluk Nurjannah erat, mencoba memberikan kekuatan.
"Ibu, yang sabar ya, Bu," kata Wilda dengan nada lirih. "Kita harus kuat menghadapi semua ini."
Namun, Nurjannah sudah tidak mampu menahan kesedihannya. Ia histeris, berteriak memanggil nama Allah.
"Ya Allah! Kenapa jadi seperti ini? Kenapa Engkau memberikan cobaan yang begitu berat kepada kami?" teriak Nurjannah dengan nada putus asa.
Wilda semakin panik melihat ibunya histeris. Ia takut terjadi sesuatu yang buruk pada Nurjannah.
"Ibu, tenang, Bu. Istighfar, Bu," kata Wilda sambil terus memeluk ibunya.
Namun, Nurjannah sudah tidak terkendali. Ia terus menangis dan berteriak histeris. Tiba-tiba, tubuh Nurjannah melemas dan ia pingsan.
"Ibu! Ibu!" teriak Wilda panik. Ia segera membaringkan ibunya di tanah dan berusaha menyadarkannya.
"Ibu, bangun, Bu! Ibu!" panggil Wilda dengan nada khawatir.
Beberapa warga yang melihat kejadian itu, langsung menghampiri Wilda. Mereka membantu Wilda untuk menyadarkan Nurjannah.
"Bu, bangun, Bu! Ibu harus kuat," kata Wilda sambil menepuk-nepuk pipi ibunya.
Setelah beberapa saat, Nurjannah akhirnya sadar. Ia membuka matanya dan melihat Wilda yang sudah berlinang air mata.
"Wilda," panggil Nurjannah dengan nada lemah.
"Ibu sudah sadar?" tanya Wilda dengan nada lega.
Nurjannah mengangguk. Ia kemudian memeluk Wilda erat.
****
Zulaikha dan Agustine menyaksikan dari dalam mobil bagaimana Nurjannah histeris hingga pingsan di depan rumah mereka yang telah rata dengan tanah. Zulaikha tertawa terpingkal-pingkal, seolah dendamnya baru saja terbayar lunas. Ia merasa puas melihat Nurjannah dan Wilda menderita.
"Rasakan itu!" kata Zulaikha dengan nada sinis. "Kalian sudah membuatku malu di depan umum. Sekarang giliran kalian yang merasakan akibatnya."
Agustine, yang juga menyimpan dendam mendalam pada Wilda dan Nurjannah, tersenyum puas melihat penderitaan kedua wanita itu. Ia tahu, ini baru permulaan dari rencana balas dendamnya yang lebih besar.
"Ibu, ini belum ada apa-apanya," kata Agustine kepada Zulaikha. "Saya masih punya banyak rencana untuk membuat hidup mereka lebih sengsara lagi."
Zulaikha menatap Agustine dengan tatapan penuh harap. Ia percaya, menantunya itu akan mampu membalas dendam kepada Wilda dan Nurjannah.
"Saya serahkan semuanya kepada kamu, Agustine," kata Zulaikha. "Saya percaya kamu akan membuat mereka menderita."
"Tentu saja, Ibu," kata Agustine dengan nada yakin. "Saya akan membuat mereka menyesal seumur hidup mereka."
Agustine kemudian menyusun rencana yang lebih kejam dan sadis untuk membalas dendam kepada Wilda dan Nurjannah. Ia ingin membuat mereka kehilangan semua yang mereka miliki. Ia ingin membuat mereka merasakan sakit hati dan penderitaan yang sama seperti yang ia rasakan.
"Kalian akan merasakan akibatnya," kata Agustine dalam hati. "Aku akan membuat hidup kalian hancur sehancur-hancurnya."
****
Mikael, dengan hati yang dipenuhi rasa khawatir, segera mencari Wilda dan Nurjannah setelah mendengar kabar tentang kejadian yang menimpa mereka. Ia menyusuri jalanan dan bertanya kepada beberapa warga, namun tidak ada yang tahu di mana kedua wanita itu berada.
Hingga akhirnya, ia menemukan Wilda dan Nurjannah sedang duduk termenung di sebuah taman. Keduanya terlihat lemah dan putus asa. Mikael segera menghampiri mereka dengan langkah cepat.
"Wilda! Bu Nurjannah! Kalian tidak apa-apa?" tanya Mikael dengan nada khawatir.
Wilda dan Nurjannah terkejut melihat kedatangan Mikael. Mereka tidak menyangka pria itu akan datang mencari mereka.
"Mikael," sapa Wilda dengan suara lirih.
"Kalian kenapa? Kenapa kalian terlihat seperti ini?" tanya Mikael sambil menatap kedua wanita itu dengan tatapan penuh tanya.
Nurjannah kemudian menceritakan kejadian yang menimpa mereka kepada Mikael. Ia menceritakan bagaimana mereka diusir dari rumah mereka sendiri dan bagaimana rumah mereka kemudian dibakar habis oleh orang yang tidak dikenal.
Mikael terkejut mendengar cerita Nurjannah. Ia tidak menyangka akan terjadi hal sekeji ini pada Wilda dan Nurjannah.
"Saya tidak percaya ada orang yang tega melakukan ini kepada kalian," kata Mikael dengan nada marah.
"Kami juga tidak tahu siapa yang melakukan ini, Mikael," kata Wilda dengan nada sedih. "Yang kami tahu, kami sekarang tidak punya tempat tinggal."
Mikael kemudian bertanya kepada Wilda dan Nurjannah di mana mereka tinggal sekarang.
"Kami sekarang tinggal di rumah adik saya, Juwita," jawab Wilda. "Untuk sementara waktu, kami menumpang di sana."
Mikael mengangguk mengerti. Ia kemudian menawarkan bantuan kepada Wilda dan Nurjannah.
"Saya akan membantu kalian mencari rumah baru," kata Mikael dengan nada tulus. "Kalian tidak bisa terus menumpang di rumah Juwita. Kalian harus punya tempat tinggal sendiri."
Wilda dan Nurjannah terharu mendengar tawaran Mikael. Mereka tidak menyangka pria itu akan membantu mereka dengan tulus.
Terima kasih banyak, Mikael," kata Nurjannah dengan nada terharu. "Kamu sudah banyak membantu kami."
"Sama-sama," jawab Mikael. "Saya akan melakukan yang terbaik untuk kalian."
Mikael kemudian berjanji akan segera mencari rumah yang layak untuk Wilda dan Nurjannah. Ia ingin memastikan kedua wanita itu mendapatkan tempat tinggal yang aman dan nyaman.
"Saya akan segera mencari rumah untuk kalian," kata Mikael. "Kalian tenang saja. Saya akan membantu kalian sampai semuanya selesai."
****
Dari dalam mobilnya, Agustine mengamati Mikael yang sedang berbicara dengan Wilda dan Nurjannah. Ia merasa firasat buruk melihat kedekatan mereka. Agustine yakin, pria bule itu akan menjadi penghalang dalam rencana balas dendamnya.
"Sial! Pria itu pasti akan ikut campur," geram Agustine dalam hati. "Dia bisa merusak semua rencanaku."
Agustine mengepalkan tangannya kuat-kuat. Wajahnya memerah menahan amarah. Ia tidak akan membiarkan siapa pun menghalangi ambisinya untuk menghancurkan Wilda dan keluarganya.
"Tidak ada yang bisa menghentikanku," gumam Agustine dengan nada penuh dendam. "Aku akan membuat mereka menderita seumur hidup mereka."
Mata Agustine berkilat marah. Ia sudah tidak sabar ingin membalas dendam kepada Wilda dan Nurjannah.
"Kalian akan menyesal telah berurusan denganku," kata Agustine dalam hati. "Aku akan membuat kalian membayar semua perbuatan kalian."
Agustine kemudian menyusun rencana baru yang lebih kejam dan licik. Ia ingin memastikan bahwa Wilda dan Nurjannah tidak akan pernah bisa lolos dari balas dendamnya.
"Aku akan membuat hidup kalian hancur sehancur-hancurnya," kata Agustine dengan nada penuh dendam. "Kalian akan merasakan akibatnya."
Agustine sudah tidak sabar ingin melaksanakan rencana jahatnya. Ia ingin melihat Wilda dan Nurjannah menderita dan menyesali perbuatan mereka.
"Tunggu saja pembalasan dariku," kata Agustine sambil menyeringai sinis.