Gadis polos yang berasal dari desa itu bernama Sri, karena tuntutan keadaan dan di jerumuskan temannya dia menjadi simpanan seorang sugar daddy yang memberinya berbagai kemewahan. Terlena dengan duniawi dan perhatian sang sugar daddy membuat Sri lupa diri dan ingin memiliki pria yang telah mempunyai anak dan istri itu. Bagaimana kisah selanjutnya? mari ikuti kisahnya,,,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon teteh lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tentang Regan
"Kenapa, apa ada yang salah? Jangan katakan anda ingin membatalkan kesepakatan kita. Meski baru mau berusia 19 tahun, aku siap menjadi pendamping anda, dan siap dengan segala aturannya, bahkan jika anda ingin memiliki ku saat ini pun aku siap." Entah apa yang di pikirkan Sri saat ini, yang jelas dia seperti tidak ingin kehilangan semua yang telah di rencanakan dalam kepalanya, memiliki uang, tempat tinggal mewah, rasa egois dan sikap tamak Sri tiba tiba muncul begitu saja saat Regan terlihat seperti ragu dan sedikit aneh saat mengetahui usianya.
Regan menghela nafas sangat dalam, "aku pasti akan meniduri mu, tapi tidak malam ini. Istri ku sejak tadi terus menghubungi ku, aku harus pulang. Besok aku datang lagi ke sini." ucapnya seraya kembali membalikkan tubuhnya dan melanjutkan langkahnya keluar dari apartemen meninggalkan Sri dengan wajah yang terlihat sedikit kecewa. Karena merasa jika Regan tidak tertarik dengan dirinya, bahkan meski dirinya sudah menawarkan tubuhnya pada pria tampan itu.
Namun nyatanya, bohong jika Regan tidak bernapsu dengan tubuh molek dan wajah cantik Sri, apalgi dengan pakaian yang di kenakan gadis itu, Regan pria normal yang hasrat kelelakiannya tentu akan muncul jika di suguhkan hidangan se nikmat itu, hanya saja hati Regan belum sepenuhnya siap untuk melakukan hal itu selain dengan sang istri.
'Ah, andai saja dia tidak bersikap sok pahlawan beberapa saat lalu!' sedikit sesal menyelimuti dirinya saat dirinya menolong Sri yang hampir di mangsa Bang Codet di mini market, pria itu merutuki dirinya, harusnya dia bersikap masa bodoh dan tidak ikut campur seperti yang di lakukan petugas kasir mini market yang justru saat itu dia caci maki karena mengabaikan permintaan tolong Sri saat itu.
Ponsel yang berada dalam kantong celana Regan kembali bergetar, sepertinya ibunya menelponnya lagi, panggilan dari sang ibu juga lah yang membuat Regan tadi akhirnya harus menahan keinginannya untuk tidak menerima tawaran menggiurkan Sri saat mempersilahkan dirinya untuk menikmati tubuhnya dengan sukarela.
Namun jantung bergetar hebat saat melihat ternyata yang menelponnya di malam menjelang pagi ini ternyata dokter Shinta, dokter yang merawat dan menangani penyakit sang ibu selama satu tahun terakhir ini.
Dengan perasaan yang gugup dia mengangkat panggilan dari dokter Shinta. Benar saja, dokter itu mengabari jika keadaan ibunya tiba-tiba drop.
Bak sedang kesetanan, Regan melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit swasta tempat sang ibu di rawat selama hampir satu bulan ini. Beruntung jalanan Ibukota dini hari ini terasa begitu lengang sehingga hanya membutuhkan waktu kurang dari setengah jam saja Regan sudah berada di rumah sakit.
"Ada apa dengan ibu ku?" Tanya Regan pada Dokter Shinta yang baru saja keluar dari ruang rawat Sari, ibu dari Regan.
"Ibu mu tadi mencari-cari mu, dia histeris, lantas tensinya naik dan drop, tapi sekarang beliau sudah tenang kembali." terang Dokter Shinta yang merupakan teman satu kampus saat mereka sama sama menimba ilmu di salah satu universitas negeri di Ibukota.
"Aku tadi keluar karena Ibu minta di belikan sate ayam di tempat langganannya, tapi ternyata tidak jualan, lantas aku mencari ditempat lain namun tidak menemukan penjual sate ayam di dini hari seperti ini." Ujar Regan, pria itu tidak sepenuhnya berbohong dengan alasan mengapa dia pergi keluar meninggalkan sang ibu yang sedang di rawat di sana, hanya saja Regan tidak menceritakan perihal pertemuannya dengan Sri malam itu sehingga dia melupakan untuk mencari sate ayam pesanan ibunya karena keburu bertemu Sri.
Ada sedikit rasa sesal dalam diri Regan, dia bahkan mungkin tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri jika sampai terjadi apa apa pada sang ibu akibat dirinya yang malah mengurusi gadis desa yang kini berstatus sebagai wanita simpanannya itu.
Tak selang berapa lama, seorang wanita cantik berjalan mendekat ke arah dimana Regan dan Dokter Shinta saat ini sedang berbincang.
"Bagaimana keadaan Ibu?" Tanya wanita yang mengenakan setelan piyama satin mahal dan kardigan rajut, wajahnya terlihat polos tanpa riasan dengan rambut yang di cepol asal, namun kecantikan wanita itu masih tetap terlihat jelas.
"Keadaan ibu mertua anda sudah stabil." Jawab Dokter Shinta.
"Hmmm, katanya drop, kritis,,, padahal aku sudah mau menyiapkan pakaian hitam untuk pemakaman." Ujar wanita itu dengan santainya.
"Karina, jaga ucapan mu!" Tegas Regan dengan nada sedikit kesal mendengar ucapan wanita bernama Karina yang tidak lain adalah istrinya itu.
"Kenapa? Apa kamu masih betah mengurusi ibu mu yang pikun dan penyakitan itu? Gara gara dia hidup kita berantakan!" Karina tampak tidak takut sedikit pun pada sang suami yang terlihat sudah menahan marah padanya.
"Mbak Karina, tolong jangan membuat keributan, lagi pula anda tidak sebaiknya mengatakan hal tidak pantas pada suami dan ibu mertua anda." Merasa ikut kesal dengan ucapan Karina, Dokter Shinta ikut memperingatkan Karina agar menjaga ucapannya.
"Cih, tidak usah cari muka di hadapan suami ku, aku tau kamu naksir dia sejak dulu, itu sebabnya kamu tidak menikah sampai usia mu setua ini, kalau kamu mau, ambil saja suami ku, rawat sekalian ibunya, ambil semuanya!" Karina melenggang pergi setelah mengatakan itu semua pada Dokter Shinta yang kini terlihat semakin kesal dan menahan marah seperti Regan, namun saat Dokter Shinta hendak melawan, Regan memberi isyarat untuk diam.
"Tidak usah meladeninya, hanya akan menambah keadaan semakin ribut. Lebih baik kamu kembali dan biar aku yang menjaga ibu. Apa kamu mengabari tentang kondisi drop ibu pada Karin, tadi?" Tanya Regan.
Dokter Shinta menggeleng pelan. "Aku hanya menghubungi mu dan Julian."
Regan tersenyum getir, "Julian? Pantas saja." Gumamnya pelan bahkan hampir tidak terdengar oleh siapapun kecuali oleh dirinya sendiri, saat nama sang kakak yang diam diam bermain api asmara terlarang dengan Karina sang istri di sebut
Oleh Dokter Shinta.