NovelToon NovelToon
Perjalanan Hidup Pahlawan Kota

Perjalanan Hidup Pahlawan Kota

Status: sedang berlangsung
Genre:Epik Petualangan / Light Novel
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Abdul Rizqi

karya ini murni imajinasi author jika ada kesamaan nama itu hal yang tidak di sengaja

Galang Bhaskara adalah anak yang dibuang oleh ayah kandungnya sendiri waktu masih bayi. Setelah Galang tepat berumur tujuh belas tahun, Galang bermimpi bertemu kakek tua bungkuk yang mengaku sebagai leluhurnya.

Bagaimana perjalanan Galang untuk menjadi pahlawan kota? Dan, akankah Galang menemukan keluarga kandungnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

galang versus everybody

Galang langsung merem motornya di tengah hutan. Orang-orang yang melihat menatap Galang dengan bingung.

"Kenapa dia ga kabur, yah?" tanya Aldi.

"Mungkin dia udah pasrah mau mati," ucap Aditya.

Geng Serigala Liar langsung turun dari sepeda motor dan membawa parang, pipa besi, balok kayu, dan golok. Galang melirik ke arah para anggota geng tersebut. Tatapan Galang tertuju pada dua orang wanita muda dengan kaca mata hitam yang tidak turun dari motor.

"Hmm, kuat juga dua orang itu. Mungkin bisa buat latihan," ucap Galang dalam hati.

"Woy, udah siap mati lu?" tanya Aditya.

"Gw punya dua pilihan buat lu. Satu, jauhin Tanty dan suruh dia buat deketin Ucup. Atau dua, lu bakal mati di sini dan badan lu gw mutilasi," ucap Aditya.

"Hahahahaha, keroco!" ucap Galang langsung membuat seluruh anggota geng Serigala Liar marah, sementara dua wanita tersebut mengerutkan keningnya.

"Dia sudah diberikan kesempatan oleh Tuan Muda Aditya, tapi malah disia-siakan," ucap wanita berkacamata hitam pada temannya.

"Sepertinya dia memang sudah pasrah untuk mati," jawab temannya.

"Brengsek, sok banget lo! Lu pilih pilihan yang mana?" teriak Aditya.

"Gw pilih yang ketiga, gw bakal ngehajar kalian semua di sini!" ucap Galang.

"Ga usah banyak bacot, langsung aja sikat!" ucap Aldi.

"Serang!" teriak Aditya.

Galang tersenyum smirk. Galang melepas seragam sekolahnya, tidak ingin seragamnya sobek, dan langsung melesat.

"Plak! Plak! Plak!" Galang menampar satu per satu dari mereka membuat anggota geng Serigala Liar terjatuh di tempat dengan darah mengalir di hidungnya.

"Plak! Plak!" Galang kembali menampar Ucup dan Aldi, sedangkan Aditya melihatnya langsung berlari hendak menyelamatkan diri. Galang melesat, tetapi Galang menyadari bahaya datang dari sisi kanan dan kiri. Galang tersenyum.

"Belati tersebut mengenai tubuh kekar Galang, tetapi sama sekali tidak membuatnya terluka," 

"Cih, akhirnya kalian turun tangan!" ucap Galang.

"Boleh juga, kau bocah!" ucap dua wanita tersebut dan langsung membuat jarak dengan Galang.

"Mereka terlihat sangat ahli. Pasti mereka bukan orang sembarangan," ucap Galang.

"Siapa sebenarnya kalian?" tanya Galang.

"Karena kau akan mati di sini, tidak masalah jika kau mengetahui identitas kita. Namaku Rina, dan ini adalah Arin. Kami berdua adalah pengawal khusus Tuan Abimanyu," ucap wanita tersebut.

"Apa hanya kalian berdua pengawal dari Abimanyu?"

"Tidak, bukan cuma kami. Masih ada delapan lagi, tetapi kau tidak perlu tahu karena kau akan segera mati," ucap Arin sambil menodongkan belatinya. Terlihat ada energi merah, energi supranatural, tetapi energi milik dua wanita itu bahkan tidak ada seperempat dari energi supranatural milik Galang.

Galang melihat golok di bawah kakinya, lalu Galang mengambilnya. "Hehe, apa kalian mampu membunuhku?" ucap Galang, dan energi merah keluar dari golok yang dia pegang.

"Hati-hati, Dia bukan bocah biasa!" ucap Rina.

Galang langsung melesat dengan golok yang terselimuti aura merah. Dentang-dentang-dentang, bunyi golok dan belati yang beradu. Hanya dalam tiga menit, dua wanita tersebut kewalahan menghadapi kecepatan Galang.

Galang melihat dua wanita itu kewalahan, langsung mempercepat serangannya. Seketik, Rina dan Arin langsung membuat jarak dengan Galang.

Nampak Rina dan Arin yang berkeringat dengan sangat banyak, dan baju yang robek-robek, serta darah mengucur keluar dari lukanya.

"Apa hanya seperti ini kekuatan dari para pengawal Abimanyu? Cuih, sampah!" ucap Galang, memanasi kedua wanita tersebut.

Rina dan Arin menggertakan giginya. Tiba-tiba, Rina dan Arin mengangguk, mereka berdua langsung menggendong Aditya yang dari tadi menyaksikan pertarungan mereka bertiga, dan langsung melesat untuk menyelamatkan tuannya yang utama.

Galang melihat Rina dan Arin tidak mengejar. Bisa saja Galang mengejar dengan kecepatannya yang sekarang, tetapi dia tidak perduli dengan mereka.

"Sial, sebenarnya siapa yang sudah Tuan Muda singgung," tanya Arin.

Aditya tidak menjawab, dia sangat syok melihat kengerian Galang yang hanya menampar para anggota gengnya, bahkan membuat dua pengawal khusus ayahnya terdesak.

Sementara itu, Galang membuang goloknya dan memakai bajunya. Sebelum pergi, Galang melirik Ucup yang masih sadar tetapi tidak bisa berdiri. Galang mengacungkan jari tengahnya pada Ucup dan langsung menggas motornya pergi dari hutan.

"BAJINGAN!" teriak Ucup sambil melihat Galang yang pergi.

Sementara itu, Fatur datang dengan polisi yang cukup banyak ke arah hutan. Dia bingung, bukannya melihat Galang yang babak belur, justru para anggota Geng Serigala Liar yang babak belur.

Melihat banyak polisi, Geng Serigala melarikan diri dengan motor. Ada yang tertangkap dan ada yang lolos, termasuk Ucup dan Aldi.

Galang sampai di rumahnya pada sore menjelang malam. "Eh, Lang, udah pulang? Tumben pulangnya sore," ucap Bu Sari.

"Iya, Bu, tadi kerja kelompok dulu sama temen," bohong Galang.

"Ya sudah, sana kamu mandi terus makan."

"Iya, Bu."

Malam hari, Galang kembali berlatih di alam ghoibnya. Cukup lama Galang berlatih, akhirnya dia keluar.

"Singokolo, apa kau tahu pusaka yang kuat? Jujur saja, setelah melawan dua wanita tadi, senjata memang sangat membantu," tanya Galang pada Singokolo.

"Aku tahu, Tuan, tetapi Tuan sudah memiliki pusaka yang sangat kuat berada di tubuh Tuan. Kenapa tidak menggunakannya saja?"

"Kata leluhurku, aku hanya boleh menggunakan pusaka itu ketika dalam keadaan terdesak karena efek dari pusaka itu sangat merusak lingkungan."

"Baiklah, Tuan, aku paham. Pantas saja Tuan tidak pernah mengeluarkan pusaka itu."

"Jadi, apa pusaka yang kamu tahu?" tanya Galang.

"Oh, yah, nama pusaka itu adalah Keris kertana tuan".

"Ada di mana keris itu?"

"Seingatku, keris itu milik seorang pendekar yang sudah mati, dan keris itu dikubur bersama pendekar itu, Tuan. Untuk letak kuburan orang itu, sepertinya berada di hutan yang saat ini sudah berubah menjadi desa yang bernama Desa Candi Laras."

"Desa Candi Laras jauh juga," ucap Galang.

"Apa kau yakin keris itu ada di sana?"

"Oh, maaf, Tuan, aku lupa. Keris itu sudah diambil oleh seseorang."

"Siapa orang itu?"

"Dia adalah Rangga, Tuan."

"Siapa dia?"

"Dia adalah salah satu Tuan Muda yang memiliki ilmu kanuragan cukup kuat, Tuan."

Berikut teks dengan tanda baca yang tepat:

"Rangga? Dari keluarga mana dia?"

"Dari keluarga Pratama, Tuan."

"Besok, aku akan mencari Rangga dan merebut pusaka Keris Kertana. Dan kau, Singokolo, suruh salah satu pasukanmu untuk menggantikanku di sini. Usahakan cari yang bisa meniru kegiatan ku," ucap Galang.

"Baik, Tuan."

Esok hari pun tiba. Saat ini Galang pergi mengendap-endap dengan pakaian serba hitam. Galang membawa paku di saku jaketnya dan satu pisau dapur serta topeng hitam yang disembunyikan. Galang tidak naik motor, dia melesat dengan cepat untuk sampai ke kota.

"Di mana rumah Tuan Muda Rangga itu?" tanya Galang.

"Aku tidak tahu, Tuan."

Galang langsung menggunakan handphonenya dan mencari informasi di mana rumah Rangga. Setelah beberapa menit, Galang tahu rumah Rangga di Jalan Asri.

Tanpa berlama-lama, Galang mencari kendaraan untuk dia ke Jalan Asri. Tidak butuh waktu lama, Galang menemukan bus dan menaikinya. Setelah perjalanan 30 menit, Galang sampai di Jalan Asri. Galang berjalan mencari rumah Rangga.

Galang melihat rumah besar dengan gerbang besar dan cat putih. Tampak banyak pria berbadan kekar yang berjaga di depan gerbang dan di halaman rumah.

"Apa kau punya saran, Singo? Apa aku harus membuat keonaran sampai Rangga keluar?" tanya Galang.

"Hmm, jangan, Tuan. Akan sangat berbahaya jika membuat keonaran di rumah keluarga besar. Lebih baik kita menunggu Rangga keluar rumah," jawab Singokolo.

"Baiklah."

Hampir sejam Galang menunggu di pinggir jalan, akhirnya ada mobil yang keluar. Galang langsung mendekat.

Galang melihat dalam kaca ada pria dengan rambut yang diikat ke belakang.

"Apa dia Rangga?" tanya Galang pada Singokolo.

"Iya, Tuan."

Galang melihat motor salah satu warga yang kuncinya masih nyantol. Galang mengambil motor itu tanpa izin dari pemiliknya karena tidak mungkin dia berlari untuk mengikuti Rangga, akan sangat aneh jika orang melihat Galang berlari dengan sangat cepat.

"Bodo amat lah, nanti gw balikin," ucap Galang dan langsung menggas motor itu.

Galang mengikuti mobil Rangga. Setelah 12 menit perjalanan, Galang melihat jalan ini hanya ada perkebunan warga. Galang langsung menyembunyikan motor itu di dalam rumput ilalang dan melesat ke semak-semak kebun warga. Galang memakai topengnya dan mengambil paku dari saku jaketnya. Galang melempar paku tersebut hingga menancap ke ban mobil. Seketika sopir dan Tuan Mudanya turun.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!