Melissa Permata Sari, gadis muda yang nekat menjual keperawanannya demi melunasi utang keluarganya sebesar 150 juta. Di hotel tempat "transaksi" berlangsung, ia justru bertemu Adrian Sutil, pria tampan dan kaya yang bukan mencari kesenangan, melainkan seorang pengasuh untuk putrinya yang berusia tiga bulan.
Adrian memberikan penawaran tak biasa: jika Melissa berhasil membuat putrinya nyaman, separuh utang keluarganya akan lunas. Namun, ada satu masalah—Melissa belum bisa memberikan ASI karena ia masih perawan. Meski sempat ragu, Adrian akhirnya menerima Melissa sebagai pengasuh, dengan satu syarat tambahan yang mengubah segalanya: jika ingin melunasi seluruh utang, Melissa harus menjadi lebih dari sekadar pengasuh.
Bagaimana Melissa menghadapi dilema ini? Akankah ia menyerahkan harga dirinya demi keluarga, atau justru menemukan jalan lain untuk bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Banggultom Gultom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 Cucu
Pupus sudah harapan untuk
hidup bersama dengan Andres. Kemalangan selalu datang, di saat sedang berusaha, rencananya tidak mulus. Penjagaan di rumah benar-benar sangat ketat sehingga aksi mereka gagal, dan ketahuan.
"Aku kangen banget sama ayah," gumamnya.
Perempuan itu mondar-mandir tidak karuan.
Perlu diketahui, si nona ini baru sadar beberapa jam lalu. Setelah bangun ia terus menangisi laki-lakinya, bahkan ia tak berhenti mengingat wajah Andres yang terluka tadi.
"Andai kita berhasil, aku pasti yang akan obati lukamu, Kak!"
Berselang beberapa waktu kemudian, tiba-tiba Sasa dan Yani datang. Mereka tersenyum seperti biasa. Namun, melihat ada body lation dan beberapa perlengkapan spa massage, Melissa sudah berpikir aneh.
"Nona, mari kita rilekkan badan. Mulai sekarang Nona akan menjadi ratu di rumah ini, dan kita dayang-dayangnya hehe ...."
"Gak mau!" tolak Melissa mentah-mentah.
Yani dan Sasa saling tersenyum, seakan sedang bekerjasama. Benar saja, tak lama setelahnya perempuan itu langsung ditarik hingga mau tak mau Melissa terjatuh di atas ranjang.
"Jangan berbuat semaunya, aku gak mau yaa jangan dipaksa!" Melissa berusaha untuk bangun, tetapi dijatuhkan lagi oleh mereka.
Sasa dan Yani memaksakan perempuan itu untuk mereka manjakan. Melissa dipaksa membuka baju, seakan privasi sudah tidak berlaku.
"Nona, banyak lho yang menginginkan posisi ini. Kenapa Nona terus menolak? Contohnya aku! Ingin sekali aku dimanjakan seperti ini," tutur Sasa.
"Jangan panggil aku, Nona.
Menjijikkan!" ketus Melissa .
"Di mana dirimu yang ceria itu? Bahkan kita gak seasing ini kemarin. Kembali lah, kita rindu dirimu yang gila," sahut Yani.
Melissa menatap Yani dengan nyalang, seakan ucapannya sebuah kesalahan besar. "Setelah aku habis-habisan digempur, dihina, sampai dikurung majikan kalian. Masih bilang di mana keceriaanku? Di saat aku diperlakukan kayak gitu, kalian ke mana?"
Yani dan Sasa seolah bungkam, mulut mereka merapat dengan ekspresi berpikir sambil menunduk.
"Awalnya kita teman bukan? Sekarang kenapa aku jadi seperti majikan kalian? Aku cuma mau kita berteman, kita saling membantu bukan justru menjerumuskan. Lagi-lagi perlakuan kalian seakan ingin menyiksa aku untuk terus ada di dalam kandang neraka Adrian !" tandas Melissa .
"Tenanglah Nona, sisi baikmu sekarang adalah menjadi majikan kita yang di mana kamu gak perlu capek-capek kerja lagi!" Sasa berusaha mencairkan nonanya.
"Lebih baik aku capek kerja seperti kemarin, daripada harus melayani majikan kalian yang haus seks itu!" tegas Melissa .
"Selama sebulan ini kamu bebas karena pak Adrian sedang dinas. Nikmatilah, dulu!" sahut Yani.
"Nikmati dulu sebelum aku kembali ke pekerjaan itu?" Melissa mengangkat alisnya seakan meremehkan ucapan Yani.
"Maaf Nona Melissa , andai kita orang yang berkuasa yang bisa melakukan apa aja, andai juga aku sendiri sebagai orang yang berperan penting di rumah ini.
Sudah pasti kamu akan aku bebasin, karena siapapun gak ada yang mau lihat Nona kayak gini. Jadi, tolong lihat lagi kita, aku dan Mbak Yani bukan apa-apa di sini, kita cuma pembantu, pekerja yang manut disuruh-suruh!"
Agaknya Sasa mulai geram dengan sikap Melissa yang selalu menyudutkan mereka. "Apa boleh buat, demi keluarga dan biaya kehidupan, kita tetap mempertahankan pekerjaan, ketimbang membantu Nona lari dari sini. Mungkin setelah bebas Nona akan santai menjalani kehidupan, lantas kita yang dipecat?"
Sekali lagi Sasa menegaskan. Wajah Melissa sudah mulai merunduk, tatapannya pun sendu, sementara Yani tidak percaya dengan ucapan Sasa yang begitu bijak memberikan pengertian. Dibalik sikapnya yang nyeleneh dan konyol, Sasa memiliki pribadi yang tegas.
"Walaupun begitu kita akan selalu melakukan yang terbaik.
Kita tetap menyayangimu, dan mengurus, serta berusaha untuk menyenangkan!" ujar Yani.
Lagi-lagi Melissa hanya terdiam sampai akhirnya kata-kata yang mereka inginkan keluar juga.
"Maafin aku!"
***
Jika ada yang bertanya bagaimana kondisi si kecil saat dititipkan di kediaman orang tua Adrian . Maka hari ini kita akan diperlihatkan anak bayi yang begitu anteng berada di gendongan oma-nya.
"Pah, jangan dekat-dekat, anak ini takut lho sama kamu!" Samitha adalah orang ketiga yang dapat disukai oleh Chia. Pembawaannya yang tenang membuat si kecil tidak rewel.
"Anak aneh!" gumam Agam.
Ucapan pria paruh baya yang wajahnya seperti kembaran Adrian itu, membuat sang istri murka.
"Ini cucumu lho Pah, jangan kayak gitu. Kamu maunya cuma gender laki-laki, jadi pantas gak disukai anak ini!" Samitha adalah perempuan yang berhasil menaklukkan kekejaman Agam di waktu muda. Keibuannya melekat sampai saat ini.
"Lebih tepatnya dari awal aku mau ibu anak itu tidak menikah dengan anak kita. Akibat keras kepalanya, dan dorongan restumu juga, Adrian jadi semrawut begini, ujung-ujungnya orang tua yang disusahkan!"
"Hidup cuma berdua-dua, justru aku seperti ada mainan, gak pernah sama sekali diberatkan. Hilangkan kebencian kamu sama perempuan yang sudah tiada hanya karena dia miskin. Ke depannya gimana anakmu mau nikah lagi Mas, sementara calonnya selalu kamu seleksi terus !" Niatnya ingin bermain-main dengan sang cucu yang menggemaskan itu, Samitha justru berujung adu mulut dengan suaminya.
"Sudah dari awal aku ingin dia menikah dengan Mauren, tetap saja perempuan miskin berpenyakitan itu jadi pilihannya. Jangan heran kenapa calonnya nanti harus yang benar-benar, supaya tidak berakhir jadi mayat lagi setelah melahirkan anak!"
Samitha hanya menggelengkan kepalanya mendengar penuturan sang suami. Hal keburukan yang tak pernah hilang. Jadi, bisa disimpulkan gen siapa yang lebih kuat sampai Adrian menjadi seperti sekarang?
***
"Sasa, main hp terosss!"
Yani mengomel, mereka kembali ke setelah awal dengan ciri khas mereka yang nyeleneh. Kini, keduanya tampak santai setelah menyelesaikan tugas.
"Apa sih Mbak, ini tuh jadi senjata aku mulai sekarang!"
"Senjata apa?"
"Jadi tadi tuh pak Adrian sempet telepon, katanya aku harus kirim foto-foto kegiatan Melissa setiap hari!" jelas Sasa.
"Sampai ke kamar mandi?" tanya Yani.
"Boleh juga kata dia!" sahut Sasa sekenanya.
"Gila kamu, itu ranah pribadi!" Yani membelalakkan.
Bagaimana bisa mereka mengabadikan setiap momen, bahkan pergerakan Melissa hanya untuk melaporkan kepada majikan. Terlebih sampai ke ranah privasi. Entah ada apa dengan sang tuan, tetapi sepertinya mereka menduga jika majikannya hanya ingin memantau.
"Memangnya hal pribadi apalagi yang gak diketahui bapak? Bahkan, sampai ke dalam-dalam tuh anak, bapak udah tau!" tandas Sasa. Jiwa bergosipnya seketika keluar. "Mbak, pernah gak si kepikiran kalau bapak itu suka sama Melissa ? Cuma dia kayak pakai cara kejam aja gitu!"
"Sempat, tapi aku juga ngira sekaligus ini ketakutan aku, kalau pak Adrian itu cuma mau manfaatin tubuh dia aja. Secara Melissa kalau diibaratkannya bunga, dia lagi sedang mekar-mekarnya, makanya Andres juga gercep banget jadiin dia kekasih!" papar Yani.
"Iya si, itu anak bodynya aduhai banget. Hmm... kira-kira gimana juga ya rasanya dibor abis-abisan sama duda, hehe ...."
"Mulai ... comberan mana yang kamu cobain lagi, sampai kotorannya naik ke otak?" sergah Yani.
Asik berbincang tiba-tiba mereka mendengar ponsel yang Sasa pegang berbunyi.
"Eh, pak Adrian , Mbak!"
"Angkat cepat!"
Mereka menggunakan tombol pengeras suara itu untuk mendengarkan seseorang dari sebrang sana.
"Selamat sore Pak, ada apa?"
ucap Sasa.
[Saya kepengen cepet-cepet pulang]
"Hah?" Mereka serentak kaget.
[Apa gadis itu aman?]
Bersambung ~